Ini Alasan Kenapa Kamu Sulit Berhenti Stalking Mantan di Media Sosial

30 November 2022 6:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi putus cinta. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi putus cinta. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
ADVERTISEMENT
Putus cinta adalah sesuatu yang sulit bagi sebagian orang. Rasa benci bercampur rindu sama mantan membuat kita susah berhenti memikirkannya. Akibatnya, stalking mantan di media sosial menjadi pilihan.
ADVERTISEMENT
Yang jadi pertanyaan, kenapa kita suka penasaran sama mantan dan buat kita tak berhenti stalking atau kepoin mereka? Jawabannya ternyata ada pada bahan kimia di otak manusia.
Jadi, mari kita bahas masalah ini secara ilmiah.

Apa yang terjadi pada otak saat kita jatuh cinta?

Apa yang terjadi pada otak ketika kamu jatuh cinta akan tergantung pada makna cinta yang kamu yakini, kata Brian D. Earp, peneliti senior dalam psikologi moral di Oxford University.
Saat seseorang jatuh cinta, bahan kimia otak termasuk serotonin dan oksitosin akan lebih banyak dilepaskan. Serotonin dan oksitosin adalah hormon saraf yang dilepaskan melalui sentuhan, pelukan, ciuman, orgasme, dan sebagainya.
Bagi sebagian orang, cinta bukan sekadar menjalin keterikatan belaka. Ia lebih dari itu. Nafsu atau libido merupakan bagian penting dari hubungan cinta seseorang. Maka, bahan kimia seperti testosteron dan estrogen yang mengatur dorongan seks di antara banyak proses tubuh juga akan berperan.
ADVERTISEMENT
"Bagaimanapun, ketika kita mencintai seseorang, tidak ada keraguan bahwa brain reward system (sistem penghargaan otak) kita, di mana dopamin adalah pengatur terpenting, akan diaktifkan oleh kehadiran mereka, dengan berbagi pengalaman dengan mereka, atau bahkan hanya dengan memikirkan mereka,” ujar Earp.
Pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) juga menunjukkan bahwa cinta dapat mengubah struktur area di otak yang terlibat dalam pemrosesan informasi dan penghargaan sensorik dan emosional.
Ilustrasi pacaran anak SMA Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Cinta adalah candu

Faktanya, cinta adalah candu. Tapi, candu atau tidak juga akan bergantung pada bagaimana kamu mendefinisikan kecanduan.
Ahli saraf memandang kecanduan itu seperti hubungan antara orang dengan zat tertentu. Rangsangan ini akan membajak brain reward system, memunculkan proses abnormal dan disfungsional sehingga mendorong substansi kompulsif.
ADVERTISEMENT
Brain reward system atau sistem penghargaan otak sendiri adalah sistem tubuh yang dirancang untuk memberi penghargaan pada otak ketika seseorang melakukan hal-hal yang mendorong kelangsungan hidupnya, seperti makan. Otak tahu bahwa ketika seseorang makan, mereka melakukan sesuatu dengan benar
Earp mengatakan, pandangan ahli saraf ini bisa digunakan untuk menggambarkan kecanduan cinta, di mana ketertarikan kimiawi yang tinggi bisa menentukan perilaku adiktif.
"Satu pandangan tentang kecanduan cinta adalah bahwa itu semacam keinginan kompulsif untuk terikat dan terlibat secara seksual dengan objek romantis yang melibatkan sistem penghargaan yang tak diatur, di mana keinginan untuk bersama seseorang telah 'membajak' otak, seperti obat-obatan tertentu," kata Earp.
Artinya, cinta bisa membuat seseorang ketergantungan atau ‘kecanduan’ dengan pasangan, bahkan terjadi di luar kendali sehingga bisa merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Benar kata Agnes Mo, cinta kadang-kadang tak ada logika.
ADVERTISEMENT

Kenapa putus cinta begitu menyakitkan?

Jika cinta itu soal candu, maka tidak heran kalau kita sulit melepaskan orang yang dicintai.
Zumping, putus cinta lewat Zoom. Foto: Shutterstock
Sebuah studi yang dilakukan oleh Columbia University menemukan bahwa, ketika peserta melihat foto mantan, ada pusat di otak yang aktif seperti ketika lengan mereka tertusuk jarum panas. Hal ini tidak terjadi ketika peserta disuruh melihat foto teman.
Kendati melihat foto mantan bisa menimbulkan rasa sakit yang nyata, tapi kenapa kita sulit menahan keinginan untuk kepo mereka di media sosial? Menurut Earp, ada banyak alasan kenapa kita selalu tergoda untuk melihat aktivitas sang mantan. Salah satunya adalah rindu.
“Kita mungkin merindukan kehadiran mereka dan menginginkan semacam sosok pengganti, merasakan perasaan atau suasana yang kita rasakan saat bersama mereka, meski dibumbui dengan sedikit rasa sakit,” kata Earp.
ADVERTISEMENT
Christopher Carpenter, profesor komunikasi di Western Illinois University mengatakan, meski sangat menggoda, kepo mantan di media sosial adalah ide buruk. Ini karena kamu akan sulit move on, akibatnya galau terus melanda.
“Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stalking mantan di media sosial bisa membuat sulit move on dan melupakan perpisahan,” katanya sebagaimana dikutip Newsweek.
Move on akan lebih sulit ketika kamu sering melihat mantan berhubungan dengan pria atau wanita lain. Ini menjadi lebih parah ketika kamu melihatnya di media sosial, bukan di kehidupan nyata.
"Kamu hanya melihat foto terbaik mereka, dan caption mereka adalah caption yang dipilih dengan hati-hati agar lebih pintar dan menarik daripada apa pun yang biasa kamu katakan selama hubungan," kata Carpenter.
ADVERTISEMENT
Nah, biar kamu enggak sulit move on dan terus galau, ada baiknya berhenti kepo mantan di media sosial. Enggak ada salahnya kamu hidden story mantan demi kehidupan yang lebih baik lagi. Segera cari pasangan untuk mengobati rasa patah hatimu dan lupakan mantan untuk selama-lamanya.
Ingat: "Piring pecah enggak bisa balik seperti semula. Begitupun cinta".