Ini Alasan Kenapa Suhu Udara 38°C di Jakarta Terasa Seperti 42°C

16 Oktober 2023 18:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang warga menggunakan payung guna terhindar dari panasnya matahari di Jakarta, pada Selasa (10/5/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang warga menggunakan payung guna terhindar dari panasnya matahari di Jakarta, pada Selasa (10/5/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suhu udara di Jakarta memanas seiring dengan kemarau panjang yang melanda Indonesia. Berdasarkan pantauan aplikasi Accu Weather di smartphone, suhu di Jakarta menyentuh 38 derajat Celsius (°C) pada Senin (16/10) siang.
ADVERTISEMENT
Suhu ini tercatat di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sekitar pukul 13.00-14.00 WIB. Accu Weather, aplikasi cuaca real time yang dikenal akurat, mencatat suhu 38°C ini dirasakan seperti pada suhu 42°C.
Banyak netizen mengeluhkan cuaca panas Jakarta ini di aplikasi X, bahkan ada yang menyebutnya sebagai “Simulasi di neraka”. Ada juga yang menunjukkan angka 40 °C di speedometer motornya. Pertanyaannya, kenapa suhu udara 38°C Jakarta bisa terasa seperti 42°C?
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin, menjelaskan situasi yang terjadi di Jakarta disebut sebagai fenomena Suhu Realfeel, atau juga dikenal sebagai “Feel-Like Temperature” atau “Apparent Temperature”.
Suhu Realfeel adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sensasi suhu yang dirasakan oleh manusia berdasarkan kombinasi suhu udara, kelembaban, dan faktor-faktor lain, seperti kecepatan angin dan sinar matahari.
ADVERTISEMENT
Suhu Realfeel ini memperhitungkan efek pendinginan atau pemanasan tambahan yang dapat dirasakan oleh tubuh manusia akibat kelembapan dan angin.
“Sebaliknya, pada hari dengan suhu rendah dan angin kencang, sensasi dingin yang dirasakan oleh tubuh bisa jauh lebih rendah daripada suhu sebenarnya karena angin dapat menghilangkan panas dari kulit dengan cepat,” papar Miming dalam keterangan tertulis yang diterima kumparanSAINS, Senin (16/10).
Suhu Realfeel ini, kata Miming, sangat penting untuk memahami risiko terkait cuaca ekstrem, terutama dalam situasi cuaca panas ekstrem atau dingin ekstrem, di mana faktor-faktor seperti kelembaban dan angin dapat mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan manusia.
Dalam situasi tersebut, memantau Suhu Realfeel dapat membantu orang untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi diri mereka sendiri. Salah satu langkah yang bisa diambil dalam situasi ini adalah dengan senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan, dan dampak buruk lainnya.
ADVERTISEMENT

Sampai kapan cuaca panas di Indonesia?

Berdasarkan pengamatan BMKG, selama periode 1-14 Oktober 2023 suhu tinggi terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada kisaran 34.8 - 38.6 °C pada siang hari. Suhu tertinggi terukur di Semarang, Jawa Tengah, pada 6 Oktober 2023 dengan suhu mencapai 38.6°C.
Secara umum, fenomena suhu panas terik ini terjadi karena dipicu oleh beberapa kondisi dinamika atmosfer. Saat ini, kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek) didominasi oleh kondisi cuaca cerah dan minim tingkat pertumbuhan awan, khususnya pada siang hari. Ditambah tingkat kelembapan udara juga rendah.
Suhu di Jati Padang, Jaksel, Senin (16/10/2023). Foto: Dok. Istimewa
“Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran Matahari di siang hari ke permukaan Bumi tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer, sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik sebagai dampak dari penyinaran matahari yang intens,” kata Miming.
ADVERTISEMENT
Wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator juga masih mengalami musim kemarau, sementara sebagian lainnya baru akan memasuki periode peralihan musim pada Oktober - November ini. Dengan begitu, kondisi cuaca cerah masih mendominasi sebagian besar wilayah di Indonesia.
Selain itu, posisi semu matahari masih menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator, yang berarti bahwa sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lain, di mana pemanasan sinar matahari cukup optimal terjadi pada pagi hingga menjelang sore.
Kendati demikian, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi. Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak lebih besar terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi di Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
Kondisi fenomena panas terik ini diprediksi masih dapat berlangsung dalam periode Oktober 2023. Sedangkan pada November, sebagian wilayah Indonesia diprediksi mulai memasuki masa peralihan atau pancaroba, sehingga potensi hujan mulai muncul dan akan berdampak pada penurunan suhu udara di wilayah tersebut.