Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kita hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang yang suka mengupil. Sebuah studi di Journal of Clinical Psychiatry edisi 1995 menemukan, 91 persen orang dewasa mengupil secara rutin.
Upil sebenarnya bukan benda tak berguna di hidung kita. Justru, ia punya peran yang penting untuk menangkal virus dan bakteri jahat masuk ke tubuh.
Upil terbentuk saat kita bernapas, di mana udara mengeraskan lendir di hidung kita. Dalam komposisinya, upil sebagian besar terbuat dari air, protein seperti gel yang memberikan konsistensi lengket dan protein kekebalan khusus yang melawan kuman. Protein kekebalan itu sangat berguna karena upil penuh dengan virus berbahaya, seperti influenza.
Nah, dengan karakteristiknya yang seperti itu, upil berfungsi sebagai benteng awal bagi tubuh agar tidak terserang virus atau bakteri. Sebab, ketika kita bernapas, sebenarnya banyak kuman yang masuk bersama dengan udara. Berkat upil, patogen tersebut tersaring di hidung kita.
Namun, ketika seseorang memutuskan untuk makan upilnya sendiri, kasusnya jadi lain: Ia bisa bikin orang tersebut berada dalam risiko penyakit. Saat upil dicerna tubuh, patogen yang ada di sana bisa lepas dan masuk ke sistem tubuh kita.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, beberapa orang menganut hoaks legendaris bahwa upil dapat memperkuat sistem tubuh mereka. Kesimpulan ini sangat keliru, karena tidak ada bukti ilmiah untuk membuktikan itu. Artinya, sejauh ini enggak ada bukti bahwa makan upil dapat membawa manfaat, kecuali risiko yang sudah dijelaskan di atas.
Selain itu, terlepas dari orang makan upil atau enggak, mengupil itu sendiri dapat berbahaya, menurut laporan Business Insider.
Ketika kita menggaruk bagian dalam hidung saat mengupil, kita sebenarnya sedang membuka pintu bagi bakteri jahat yang bersembunyi di bawah kuku. Salah satu bakteri ini adalah Staphylococcus aureus.
Sebuah studi tahun 2006 dari Cambridge University menemukan bahwa seorang pengupil hidung lebih mungkin memiliki Staphylococcus aureus di hidung mereka daripada mereka yang tidak melakukannya. Padahal, bakteri tersebut dapat menyebabkan abses serius atau kantong berisi nanah di dalam hidung dan di wajah.
ADVERTISEMENT
Lebih buruk lagi, jika kamu terus-terusan mengupil, kamu bisa menusuk septum (dinding pembatas) hidung kamu.
Kasus ini pernah menimpa seorang perempuan AS berusia 53 tahun pada 1997. Menurut laporan American Journal of Neuroradiology, karena mengupil yang terlalu intens dan dalam, perempuan itu berhasil membuat lubang menembus sinusnya. Menurut ahli, jika sinus terinfeksi cukup parah, ia bisa mengikis tengkorak dan membiarkan pintu terbuka bagi bakteri untuk masuk ke otak.
Sebagai catatan, kasus tersebut adalah gambaran ekstrem dari mengupil. Ketika hidung kamu gatal, mengupil adalah hal yang wajar. Yang perlu diingat, pakai tissue saat mengupil dan jangan memakannya.