Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Google bersama tujuh organisasi pelestarian lingkungan dunia telah menciptakan platform berteknologi artificial intelligence (AI) bernama Wildlife Insights yang resmi diluncurkan pada Selasa (17/12). Di Indonesia, platform yang mengawinkan teknologi dan sains ini digunakan pula di Tanah Bukit Barisan Selatan, Provinsi Lampung, sebagai salah satu kawasan konservasi.
ADVERTISEMENT
“Di Pulau Sumatra, Indonesia, sangat banyak ditemukan hewan-hewan kharismatik seperti gajah dan harimau. Kami senang sekali bisa bekerja sama dengan LSM lokal untuk melindungi satwa liar yang terancam punah,” ujar Tanya Birch, Program Manager Google Earth Outreach dalam sesi roundtable virtual dengan awak media di Google Office Indonesia, Jakarta, Rabu (18/12).
Birch berharap, kehadiran Wildlife Insights bisa mempermudah pekerjaan peneliti untuk melindungi margasatwa dengan lebih baik. Sebab faktanya, sebelum ada platform berbasis AI, peneliti belum memiliki cara untuk membagikan dan memadukan data dari hasil pemantauan jumlah spesies di suatu wilayah menggunakan kamera sensor gerak.
Menurut Birch, untuk bisa mempelajari lebih jauh keadaan populasi satwa liar di sebuah wilayah, ilmuwan bisa mengandalkan Wildlife Insights. Birch menjelaskan, dengan mengakses Wildwildlife Insights melalui wildlifeinsights.org, peneliti dapat mengelola, membagikan, menganalisis sekaligus memetakan data tentang margasatwa. Dari situlah, peneliti bisa mengambil keputusan yang tepat perihal spesies mana yang membutuhkan perlindungan beserta lokasinya.
Jason Tedjasukmana, selaku Head of Corporate Communication Google Indonesia menambahkan, Wildlife Insights dibekali dengan jaringan neural konvolusional multi-kelas yang didasarkan pada framework open source TensorFlow untuk melatih komputer mengenali sosok binatang dalam sebuah gambar.
ADVERTISEMENT
“Pasti ada puluhan juta gambar di seluruh dunia, tergantung siapa saja yang telah mengakses platform ini. Nantinya, kita bisa dapat gambar yang lebih akurat mengenai berapa banyak spesies yang tersisa. AI pada platform ini akan terus mempelajarinya,” terang Jason.
AI pada platform ini, kata Jason, juga bisa membantu mengurangi pekerjaan manual yang selama ini telah menghabiskan banyak waktu ilmuwan dalam menyeleksi jutaan gambar yang dihasilkan perangkap kamera. Menurut dia, Google telah melatih model AI yang disematkan pada platform tersebut untuk melakukan dua tugas berikut ini:
Filter Gambar Kosong
Tak sedikit peneliti satwa liar mengaku bahwa banyak waktu yang harus mereka habiskan untuk melakukan tugas manual, seperti menghapus gambar-gambar kosong (tanpa hewan) dari jutaan gambar yang tertangkap perangkap kamera.
Model AI dalam platform ini kemudian disesuaikan agar secara akurat mampu memisahkan gambar kosong tersebut. Selain itu, model AI juga dirancang untuk mengurangi kemungkinan menghapus gambar hewan yang benar-benar diperlukan untuk kepentingan penelitian.
ADVERTISEMENT
Klasifikasi Spesies
Wildlife Insights memberi kemudahan bagi para peneliti untuk menganalisis citra atau gambar dengan model AI pengidentifikasi spesies yang disediakan Google. Mesin kecerdasan buatan pada platform ini telah dilatih untuk belajar mengenali ratusan spesies dari seluruh dunia.
Sebelum meluncurkan Wildlife Insights, Google telah menjalin kemitraan dengan organisasi konservasi yang menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mengumpulkan dan membuat katalog atau memberi label pada gambar binatang yang dihasilkan perangkap kamera.