Ini Gunung Berapi Teraneh di Dunia, Keluarkan Lava Hitam Mirip Oli Motor

7 Mei 2024 7:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ol Doinyo Lengai berada di wilayah Arusha di Tanzania, yang merupakan pusat keanekaragaman, termasuk gajah, macan tutul, kuda nil, dan jerapah. Foto: Yehonatan Richter Levin/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ol Doinyo Lengai berada di wilayah Arusha di Tanzania, yang merupakan pusat keanekaragaman, termasuk gajah, macan tutul, kuda nil, dan jerapah. Foto: Yehonatan Richter Levin/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ol Doinyo Lengai bisa disebut menjadi gunung berapi teraneh di Bumi. Kenapa begitu? Ini karena saat kamu melihat kawah utara OI Doinyo Lengai, kamu akan disuguhkan penampakan lava hitam unik dingin yang mengalir seperti oli motor encer.
ADVERTISEMENT
Terletak di Celah Afrika Timur di Tanzania Utara, Ol Doinyo Lengai adalah satu-satunya gunung berapi aktif yang mengeluarkan lava karbon, dikenal sebagai lava natrocarbonatite. Ada beberapa bukti gunung berapi di planet Venus juga memuntahkan lava natrocabonatite, namun OI Doinyo Lengai di Afrika adalah satu-satunya penghasil lava hitam di Bumi.
Sebagian besar gunung berapi mengeluarkan lava kaya akan mineral silikat sehingga titik lelehnya melebihi 900 derajat Celsius. Lava Ol Doinyo Lengai mengandung silika relatif lebih sedikit, namun memiliki mineral karbonat sehingga lava memasuki keadaan cair pada suhu 540 derajat Celsius.
Kurangnya silika membuat lava menjadi sangat kental. Ketika terjadi letusan, letusan tersebut lebih terlihat seperti oli motor hitam yang mengalir dibandingkan jejak lahar panas.
ADVERTISEMENT
Mengingat kekentalan lavanya, para ilmuwan cukup terkejut ketika gunung berapi tersebut bisa meletus begitu dahsyat. Letusan eksplosif sering terjadi di gunung berapi lain karena gelembung gas terperangkap di dalam lava. Kendati demikian, Ol Doinyo Lengai bisa meletus dengan aliran lava yang cukup intens, mungkin karena mengandung karbon dioksida yang terlarut dan gas lainnya sehingga membuat dia tampak seperti buih soda.
Berdiri di ketinggian 2.962 meter, gunung berapi Ol Doinyo Lengai memiliki dua kawah, tapi kawah di utara yang sering meletus. Periode letusan terakhir dimulai pada April 2017 dan masih terus meluap hingga laporan terakhir terjadi Maret 2024.
Pada 2009, ahli vulkanologi pernah mencoba mengumpulkan sampel gas dari Ol Doinyo Lengai untuk mengetahui alasan di balik keunikan lava berbasis karbon. Anehnya, mereka menemukan, susunan gas di dalamnya tidak dapat dibedakan dengan gas yang keluar di sepanjang pegunungan tengah laut meski gunung berapi tersebut terletak di daratan.
ADVERTISEMENT
Ini membuat para peneliti menyimpulkan, lava unik kaya karbon tercipta dari mencairnya mineral di mantel atas Bumi, lapisan batuan tebal tepat di bawah kerak planet.
“Komposisi kimia dan isotop gas menunjukkan bahwa CO2 bersumber langsung dari mantel atas di bawah Celah Afrika Timur,” kata David Hilton, profesor geokimia di Scripps Institution of Oceanography di UC San Diego dan salah satu penulis studi tahun 2009, sebagaimana dikutip IFL Science.
“Gas-gas mantel ini memungkinkan kita menyimpulkan bahwa kandungan karbon di mantel atas yang menghasilkan karbonatit sekitar 300 bagian per juta, sebuah konsentrasi yang hampir sama dengan konsentrasi yang diukur di bawah pegunungan tengah laut.”
Sistem Celah Afrika Timur tempat Ol Doinyo Lengai sudah aktif secara tektonik selama 25 juta tahun dan menjadi salah satu titik panas geologi paling menarik di dunia. Membelah sisi timur Afrika, sistem tersebut sebenarnya robekan raksasa di Lempeng Afrika yang terpisah beberapa milimeter per tahun.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu jutaan tahun, sistem ini pada akhirnya bisa membelah benua Afrika menjadi dua, menciptakan samudra baru antara Afrika Timur dan lempeng Afrika yang tersisa. Batas lempeng yang berbeda ini menciptakan banyak puncak gunung yang menjulang tinggi, termasuk Gunung Kilimanjaro, Gunung Kenya, dan yang terakhir Ol Doinyo Lengai.