Ini Hewan Paling Aneh dan Menyeramkan di Madagaskar, Mirip Goblin

12 Oktober 2023 7:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi aye-aye. Foto: The Natural History Museum, London
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aye-aye. Foto: The Natural History Museum, London
ADVERTISEMENT
Ada makhluk paling aneh dan ditakuti orang-orang di Madagaskar. Bukan setan atau pocong, dia adalah primata nokturnal terbesar di dunia dan merupakan lemur paling khas, namanya aye-aye (Daubentonia madagascariensis).
ADVERTISEMENT
Penduduk asli Madagaskar dengan perawakan mirip goblin ini adalah contoh hewan luar biasa bagaimana evolusi dapat mendorong terciptanya beberapa makhluk aneh.
Dengan rambut acak-acakan dan mata besar menyala, penampakan mereka di foto mirip seperti orang yang bangun mendadak tengah malam gara-gara kaget dengar bunyi petasan atau alarm mobil. Ini karena aye-aye hanya terlihat pada malam hari, dan setiap foto mereka di alam liar memerlukan flash yang kuat.
Aye-aye memiliki panjang sekitar 60 sentimeter, tidak termasuk ekor. Mereka ditutupi rambut hitam lebat berujung putih di kepala dan punggung.
Wajah mereka lebih mirip hewan pengerat atau opossum ketimbang primata. Aye-aye juga memiliki mata besar melotot sehingga bisa melihat jelas di malam hari. Telinga yang mirip kelelawar membuat mereka memiliki pendengaran tajam.
Ilustrasi hewan aye-aye. Foto: wikimedia.commons.org
Jari aye-aye yang kurus juga memiliki fungsi unik. Jari tengahnya sangat tajam dan tipis sehingga memungkinkan primata ini untuk berburu belatung dan serangga dari dalam pohon. Aye-aye diketahui menggunakan jari-jari yang sangat panjang ini untuk mengupil, dan tidak ada yang tahu kenapa mereka melakukannya.
ADVERTISEMENT
Yang lebih aneh lagi, para peneliti baru-baru ini menemukan fakta bahwa aye-aye telah berevolusi memiliki jari keenam untuk membantu mereka dalam menggenggam dan memanjat pohon.
Aye-aye hanya bisa ditemukan di Madagaskar di lepas pantai timur Afrika. Pulau ini terpisah dari anak benua India sekitar 88 juta tahun lalu sehingga memungkinkan hewan asli berevolusi menyesuaikan lingkungan, persis seperti hewan-hewan Australasia.
Karena di Madagaskar tidak ada burung pelatuk, aye-aye mengisi ceruk ekologis dengan mengacak-ngacak batang pohon untuk mencari serangga. Simpanse juga menunjukkan perilaku serupa, yakni menggunakan ranting untuk mencangkul tanah guna menangkap rayap.
Bayi aye-aye berusia 16 hari. Foto: Animal Search/Shutterstock
Aye-aye adalah satu-satunya anggota genus Daubentonia yang hidup di Bumi. Dahulu, pernah ada anggota kedua yang dikenal sebagai aye-aye raksasa (Daubentonia robusta) berukuran sekitar 2,5 hingga 5 kali lebih besar. Namun, spesies ini punah sekitar 1.000 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Kabar buruknya, spesies aye-aye yang saat ini masih hidup menghadapi kondisi mengkhawatirkan. Mereka menjadi hewan sangat langka, bahkan sebagian orang mengiranya sudah punah pada awal abad ke-20.
Namun beberapa dekade kemudian, populasi aye-aye kembali ditemukan dan masih bertahan sampai sekarang. Ini mungkin tidak terlalu mengejutkan karena mereka memang aktif di malam hari sehingga jarang terlihat manusia.
Daftar Merah IUCN mengklasifikasikan aye-aye sebagai spesies terancam punah, salah satunya akibat kerusakan habitat yang terus terjadi di Madagaskar. Selain itu, masyarakat Madagaskar meyakini aye-aye adalah hewan pembawa sial. Jika aye-aye terlihat di tengah malam, ini bisa jadi pertanda buruk. Bahkan, penduduk Madagaskar percaya, kalau aye-aye menunjuk seseorang, maka orang itu akan mati.
Citra negatif ini membuat aye-aye sering diburu. Lagi-lagi, manusia jadi predator puncak paling kejam di muka Bumi. Enggak ada yang ngalahin, gais.
ADVERTISEMENT