Ini Kata Ahli Soal Kenapa Kru KRI Nanggala Tidak Keluar saat Kapal Tenggelam

26 April 2021 16:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Selam KRI Nanggala-402.
 Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Selam KRI Nanggala-402. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono, resmi mengumumkan bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 tenggelam di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut, di mana seluruh kru dinyatakan gugur.
ADVERTISEMENT
Dari tangkapan citra kendaraan bawah air (Remotely operated underwater vehicle/ROV) kapal penyelamat MV Swift Rescue milik Singapura, kapal selam KRI Nanggala sudah terbelah menjadi 3 bagian besar.
Belum diketahui pasti penyebab kapal mengalami kecelakaan. Kendati berdasarkan temuan dan data awal, Yudo meyakini tidak ada kesalahan prajurit atau pelanggaran prosedur dalam pelayaran terakhir KRI Nanggala. Semua berjalan sesuai dengan SOP dan bukan human error.
"Sebenarnya sudah dievaluasi dari awal tapi saya punya keyakinan ini bukan human error tapi lebih pada faktor alam," ucap dia.
Terlepas dari itu semua, sejumlah spekulasi muncul di tengah masyarakat. Banyak netizen di media sosial yang melontarkan pertanyaan ihwal kenapa para awak KRI Nanggala tidak langsung keluar dari kapal jika sejak awal kapal bermasalah?
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui, bahwa semakin dalam kamu menyelam ke bawah laut, maka semakin besar pula tekanan yang dirasakan. Menurut keterangan lembaga penelitian National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tekanan air akan bertambah 1 atmosphere (atm) setiap kita turun 10 meter ke bawah laut. Satu atm setara dengan daya 10.332,27 kg/m2.
Bagian kapal KRI Nanggala 402 hasil citra Remotely Operated Vehicle (ROV) MV Swift Rescue ditunjukkan saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
Itu berarti, di lokasi KRI Nanggala berada saat ini, tekanan air di sekitarnya berjumlah 83 atm. Jumlah daya tekan tersebut sangat jauh melampaui batas kemampuan tubuh manusia. Jika dicontohkan, tekanan sebesar itu sama dengan kamu diinjak sekitar 200 gajah dewasa dalam satu waktu.
Hingga saat ini, para ilmuwan memang belum mencari tahu seberapa kuat tubuh manusia mampu menahan daya tekan air di bawah laut. Namun, kedalaman 838 meter di bawah laut sangat jauh dibandingkan rekor selam terdalam yang mampu dilakukan manusia.
ADVERTISEMENT
Tekanan air yang luar biasa besar di bawah laut diprediksi bakal menekan tubuh orang, menyebabkan setiap ruang yang berisi udara di tubuh, seperti paru-paru menjadi runtuh. Inilah salah satu kemungkinan kenapa kru kapal Nanggala tidak keluar menyelamatkan diri saat kapal bermasalah.
Hal ini juga diungkapkan oleh Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi. Ia mengatakan, jika posisi kapal berada di kedalaman lebih dari 500 meter di bawah permukaan laut, maka keputusan untuk keluar kapal adalah hal konyol.
Orang awam bisa saja berpikir prajurit TNI AL dibekali dengan kemampuan berenang yang sangat andal, tapi banyak orang lupa bahwa manusia punya batasan terutama saat menyelam di laut dalam. Mereka tak menghitung atau bahkan tak mengetahui bahwa semakin dalam laut, semakin tinggi pula tekanan di dalamnya.
Prajurit TNI menunjukkan baju keselamatan awak kapal KRI Nanggala 402 yang ditemukan saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
"Jadi jangan berandai-andai jika awak KRI Nanggala di kedalaman 700-850 meter berusaha keluar dan berenang ke permukaan, maka ada peluang selamat. Itu hampir mustahil. Baru sampai pada upaya membuka pintu kompartemen penyelamat saja sudah akan sangat fatal," ungkap Fahmi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut ia mengatakan, kapal selam memang didesain sangat presisi karena harus menghadapi tekanan arus bawah laut yang sangat tinggi. Alih-alih selamat, membuka katup di kedalaman laut untuk menyelamatkan diri justru bisa menyebabkan kondisi yang lebih fatal.
“Jika katup dibuka, air akan dengan cepat membanjiri kapal dan mengakibatkan kefatalan. Apalagi di kedalaman, tekanan hidrostatis sangat tinggi, di atas ambang toleransi manusia hingga tingkat yang menghancurkan," ujarnya. "Makanya jika situasi tidak mampu diatasi sendiri, maka kapal selam mengandalkan penanganan eksternal untuk mengatasi masalah atau penyelamatan.”
Adapun rekor penyelam scuba diving terdalam di dunia, dipegang oleh Ahmed Gabr. Penyelam asal Mesir ini bisa turun ke kedalaman 332 meter di lepas pantai Dahab, Mesir. Itupun dengan bantuan beberapa silinder yang diisi oleh dengan obat Trimix. Jadi sudah bisa membayangkan apa jadinya jika manusia menyelam di kedalaman lebih dari 500 meter di bawah permukaan air tanpa atau menggunakan alat bantu sekalipun?
ADVERTISEMENT