Ini Kuau Raja, Burung Raksasa Sumatera dengan '100 Mata' Tersembunyi

8 Januari 2021 6:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung Kuau Raja Foto: IUCN
zoom-in-whitePerbesar
Burung Kuau Raja Foto: IUCN
ADVERTISEMENT
Ini adalah burung Kuau Raja. Spesies fauna ini terkenal dengan bulu bercorak bulat-bulat kecil dengan dominasi warna cokelat dengan bintik keabu-abuan. Hewan ini memiliki ukuran tubuh yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Kuau raja jantan mencapai panjang 200 cm mulai ujung kepala hingga ujung ekor dan berat badan 3 hingga 5 kg. Sementara kuau betina berukuran lebih kecil, tak lebih dari 80 cm.
Kulit di sekitar kepala dan leher pada kuau jantan biasanya tidak ditumbuhi bulu dan identik dengan warna kebiruan. Sementara pada bagian belakang kepala burung betina terdapat bulu jambul yang lembut. Paruh berwarna kuning pucat dan sekitar lubang hidung berwarna kehitaman. 
Mata kuau berwarna hitam memiliki lingkaran luar yang berwarna merah. Warna kaki kuau juga kemerahan dan tidak bertaji.
Fauna ini adalah burung istimewa, terutama kuau jantan karena memiliki dua bulu utama di ekor sepanjang 1 meter. Bulu panjang ini tampak paling menonjol ketika ia sedang memamerkan keindahan bulu-bulu belakangnya, seperti membentuk kipas raksasa setinggi 140 cm.
ADVERTISEMENT
Ketika kuau memegarkan ekor tersebut, akan terlihat mata-mata kecil. Biasanya, kuau jantan melakukan aksi tersebut pada saat ingin memikat para betina ketika musim kawin tiba. Aksi memegarkan ekor ini sepintas mirip seperti burung merak. Bedanya, kipas kuau raja berada di bagian tengah tubuh dan jika dipertontonkan, maka akan nyaris menutupi bagian kepala si jantan.
Burung Kuau Raja Foto: Wikipedia
Mata-mata tersebut pula yang pada akhirnya membuat kuau memiliki julukan sebagai fauna ‘bermata seratus’. Nama tersebut diciptakan oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), ilmuwan Swedia peletak dasar tatanama biologi, dengan nama Latin; Argusianus argus. Dalam bahasa Inggris satwa ini juga dikenal sebagai Great Argus.
Burung kuau raja memang unik. Ia tidak bisa terbang jauh namun ia adalah pelari yang cepat. Burung ini juga dapat berpindah tempat dengan melompat ke dahan-dahan pohon.
ADVERTISEMENT
Fauna seratus mata ini adalah hewan yang dilindungi. Ia pun pandai menghindar dari bahaya karena penciuman dan pendengarannya yang tajam. Satu lagi, dia memiliki kebiasaan membuat sarang di permukaan tanah dan suka memakan buah-buahan yang jatuh dari pohon, biji-bijian, semut, dan berbagai serangga.

Kuau terkenal di dunia

Burung yang menjadi maskot Sumatera Barat ini mengeluarkan suara khas berbunyi ‘ku-wau’ berulang-ulang setiap 15 hingga 30 detik. Suaranya sangat keras dan bisa terdengar sampai jarak ratusan meter.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 48 tahun 1989 tentang Pedoman Penetapan Identitas Flora dan Fauna Daerah, disebutkan bahwa kuau raja dan pohon andalas (Morus macroura) ditetapkan masing-masing sebagai maskot fauna dan flora identitas Provinsi Sumatra Barat (Sumbar).
ADVERTISEMENT
Kuau raja jantan pun sempat diabadikan dalam perangko seri "Burung Indonesia: Pusaka Hutan Sumatera" pada 15 Juli 2009 dan dijadikan maskot Hari Pers Nasional 2018 yang dipusatkan di Padang, Sumbar, 8 Februari 2018.
Burung Kuau Raja Foto: Wikipedia
Burung ini dikenal warga dunia ketika menjadi bagian dari ilustrasi gambar buku karya Charles Darwin, 'The Descent of Man' yang terbit pada 1874. TW Wood sebagai ilustrator, menggambarkan kuau raja sedang mengembangkan kipas raksasanya.
Sampel bulu kuau juga disimpan di Natural History Museum London. Bulu ini ditemukan pada 1871 ketika disematkan sebagai hiasan pada topi dari Hindia Belanda yang dibawa ke London. Hal itu diketahui dari hasil riset profesor konservasi Asia asal Newcastle University, Phillip McGowan pada 2009.
ADVERTISEMENT

Kuau hewan yang dilindungi

Kuau raja adalah burung endemik kawasan hutan tropis Asia Tenggara. Selain di Sumatera, burung besar ini juga ditemukan di Semenanjung Malaysia.  Habitat yang disukainya adalah hutan primer di dataran rendah hingga ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Burung betinanya hanya bertelur sebanyak dua butir tiap kali bereproduksi.
Burung ini hampir tidak memiliki musuh, namun kuau kini menjadi salah satu fauna yang terancam punah. Ancaman terbesar terhadap kelestarian di habitatnya adalah kerusakan hutan akibat pembalakan liar, kebakaran hutan, dan alih fungsi hutan.
Burung Kuau Raja atau Argusianus argus. Foto: ebird.org/Ayuwat Jearwattanakanok
Perburuan liar untuk diambil daging dan bulunya yang indah juga salah satu ancaman bagi si raja seratus mata ini. Populasi kuau raja di alam liar terutama kawasan Bukit Barisan belum diketahui jumlah pastinya. Pihak BKSDA Sumbar sejak pertengahan 2018 melakukan pendataan jumlah si kipas raksasa ini.
ADVERTISEMENT
Untuk melindungi kuau raja, pemerintah membentuk Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Kuau raja menjadi salah satu dari daftar 294 fauna dan flora Indonesia yang dilindungi. Dalam daftar tersebut terdapat nama burung merak (Pavo muticus) dan burung maleo (Macrocephalon maleo).
Pada 2011, International Ornithologists Union, sebuah organisasi para zoolog yang mendalami ilmu burung (ornithologist) internasional telah memasukkan kuau raja dalam daftar burung harus dilindungi. 
Dua tahun kemudian atau tepatnya pada 26 November 2013, lembaga konservasi dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengeluarkan red list yang memasukkan kuau raja dalam Appendix II CITES dengan status Near Threatened atau mendekati nyaris punah.