Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ini Kungkang Berkepala Mirip Kelapa yang Dulu Dikira Tak Nyata
3 Oktober 2022 11:07 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Salah satu spesies kungkang dengan kepala mirip kelapa (Bradypus crinitus) telah terbukti keberadaannya. Ia tampak berkeliaran di selatan Hutan Atlantik, Brasil.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, keberadaan Bradypus crinitus sudah terdeteksi sejak tahun 1811. Saat itu para peneliti menemukan kungkang bersurai Bradypus torquatus di Hutan Atlantik, Brasil. Kungkang ini dianggap satu-satunya spesies yang hidup di wilayah tersebut.
Kemudian pada 1850, pakar zoologi John Edward Gray mengklaim telah menemukan spesies kedua di tempat yang sama, dan dinamainya Bradypus crinitus.
Namun, hal itu dibantah oleh para ahli taksonomi. Mereka menyebut bahwa tidak ada yang nama hewan Bradypus crinitus, karena menurut mereka spesimen yang dideskripsikan oleh Gray hanyalah Bradypus torquatus.
Punya morfologi yang berbeda
Dalam studi baru yang dipublikasikan dalam Journal of Mammalogy, klaim Gray akhirnya dibenarkan usai para peneliti melakukan analisis morfologi terhadap 24 kungkang bersurai.
Mereka menemukan sebagian besar kungkang berasal dari Bahia dan Sergipe yang berada di utara, sedangkan sisanya berasal dari Rio de Janeiro dan Espirito Santo yang berada di selatan.
ADVERTISEMENT
Hasil analisis menunjukkan bahwa kungkang dari kedua wilayah memiliki morfologi berbeda.
Dibanding dengan kungkang di utara, kungkang di selatan memiliki tengkorak lebih datar, rahang lebih bulat, dan tulang pipi lebih lebar.
Para peneliti juga melakukan analisis genetika terhadap 55 kungkang bersurai dari utara dan selatan. Hasil membuktikan bahwa keduanya adalah spesies berbeda dengan perbedaan “genetika yang substansial”.
Lewat hasil peneliti mendalam, kungkang yang berada di selatan Hutan Atlantik Brasil berkepala mirip kelapa pun ditetapkan sebagai spesies berbeda dengan nama ilmiah Bradypus crinitus.
Peneliti mencatat populasi B. crinitus di sisi selatan Rio Doce semakin terbatas karena ketidakstabilan iklim. Dan, yang mengkhawatirkan, para peneliti menyatakan bahwa habitat yang ditempati oleh kedua spesies tersebut “sangat terfragmentasi,” dan keduanya kemungkinan akan dikategorikan sebagai “terancam”.
ADVERTISEMENT