Ini Negara dan Kota yang Bakal Tenggelam di 2050, Jakarta Paling Terancam

28 Maret 2022 10:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dulu, Muara Baru cuma empang. Pengembangan pantai utara Jakarta sejak 1960an membawa kampung, kawasan industri, gedung tinggi, juga kawasan elite menjorok ke laut.  Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Dulu, Muara Baru cuma empang. Pengembangan pantai utara Jakarta sejak 1960an membawa kampung, kawasan industri, gedung tinggi, juga kawasan elite menjorok ke laut. Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Akibat pemanasan global, permukaan air laut naik dengan cepat. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), kecepatannya bahkan meningkat dua kali lipat dari 1,4 milimeter per tahun menjadi 3,6 milimeter per tahun sejak 2006 hingga 2015.
ADVERTISEMENT
NOAA mengatakan, tren ini akan terus berlanjut seiring dengan berjalannya waktu. Sementara Intergovernmental Panel on Climate Change di PBB memperkirakan permukaan air laut akan naik 40 hingga 63 centimeter pada 2100. Jika permukaan laut naik sampai demikian, maka ini bisa menjadi malapetaka bagi seluruh dunia.
Jadi negara dan kota mana saja yang terancam tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut?

Negara terancam tenggelam

Menurut Union of Concerned Scientists (UCS), Maladewa, yang terdiri dari 1.200 pulau dan rumah bagi 540.000 orang adalah negara pertama di Bumi yang terancam tenggelam. Jika Maladewa mengalami kenaikan permukaan laut 45 sentimeter, maka negara itu akan kehilangan 77 persen daratannya pada 2100.
Negara lainnya adalah Kiribati. Pulau kecil di jantung Pasifik dengan populasi hampir 120.000 orang. Kiribati bisa kehilangan dua pertiga daratannya jika permukaan laut naik 91 centimeter.
Salju di Antartika yang meleleh akibat pemanasan global. Foto: Johan Ordonez
Faktanya, nyaris semua orang yang tinggal di Pulau Pasifik kemungkinan besar akan sangat terpengaruh oleh kenaikan permukaan laut ini. Ada sekitar 3 juta penduduk Pulau Pasifik yang tinggal dekat pantai dan mereka semua harus dipindahkan. Kendati begitu, pulau Pasifik ini cenderung memiliki penduduk yang relatif sedikit. Jadi, adakah negara besar yang juga bakal terdampak parah oleh kenaikan air laut?
ADVERTISEMENT
Ada, itu adalah China. Ada sekitar 43 juta orang China yang bermukim di pesisir pantai yang saat ini menghadapi ancaman berbahaya. Negara lain yang juga akan merasakan dampak ini adalah Bangladesh, di mana 32 juta orang yang bermukim di pesisir pantai terpaksa harus angkat kaki pada 2100.

Kota pesisir

Kalau ditanya kota mana yang berpotensi tenggelam? Maka DKI Jakarta adalah jawabannya. Jakarta adalah rumah bagi lebih dari 10 juta orang. Menurut BBC, saat ini dunia menjuluki Jakarta sebagai “kota yang paling cepat tenggelam di dunia”.
Bagaimana tidak, permukaan tanah di Jakarta menurun 5 hingga 10 cm setiap tahunnya karena penggunaan air tanah yang berlebihan. Jika ini dibarengi dengan kenaikan permukaan air laut, maka ini akan menjadi bencana bagi Jakarta. Menurut World Economic Forum, sebagian besar kota Jakarta bakal tenggelam pada 2050.
Masjid Wall Adhuna menjadi contoh paling kentara betapa derasnya laju kenaikan permukaan laut, dan penurunan tanah, di Jakarta Utara. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Tapi Jakarta bukan satu-satunya kota yang bakal tenggelam. Dhaka di Bangladesh, Lagos di Nigeria, dan Bangkok di Thailand juga kemungkinan akan terendam air pada 2100. Begitupun dengan New York, AS, yang juga menghadapi ancaman sama.
ADVERTISEMENT

Apa ini bisa dicegah?

Tak banyak yang bisa kita lakukan. Tenggelamnya suatu kota atau negara akan tergantung pada negara itu sendiri apakah mereka punya solusi untuk mengatasi masalah ini atau tidak, termasuk mengembangkan cara untuk bertahan dari dampak kenaikan air laut dalam jangka panjang.
Dengan melihat hal ini, seperti apa planet kita dalam 100 tahun ke depan?
"Ini benar-benar sulit untuk diramalkan, karena selain tingkat kenaikan permukaan laut yang tidak pasti faktor utamanya adalah bagaimana negara dan masyarakat berniat untuk mengurangi kenaikan permukaan laut," kata Masselink.