Ini Penyebab Suporter Sepak Bola Indonesia Sering Rusuh

2 Oktober 2022 19:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).  Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Lagi, kerusuhan terjadi di dunia persepakbolaan Indonesia. Kini kerusuhan terjadi dalam pertandingan antara Arema FC dengan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10) yang berujung tragedi.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 174 orang meninggal dunia, menurut Wagub Jatim Emil Dardak, dan ratusan lainnya luka-luka. Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta mengatakan, kebanyakan korban tewas akibat sesak dan berimpit-impitan di stadion. Ini terjadi saat suasana di stadion chaos sehingga membuat polisi terpaksa menembakkan gas air mata.
Tragedi berdarah di dunia sepak bola Indonesia nyatanya bukan kali ini terjadi. Rivalitas suporter yang dibawa ke jalanan sering menimbulkan gesekan antar pendukung. Dan tak jarang menimbulkan korban jiwa.
Jakmania membentangkan spanduk dan baliho dukungan untuk klub kebanggaan mereka Persija Jakarta dalam laga uji coba melawan Rans Nusantara FC di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (16/7/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Yang jadi pertanyaan, kenapa suporter sepak bola Indonesia itu identik dengan kerusuhan? Menurut Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Drs. Koentjoro, tindakan anarkis maupun vandalisme yang dilakukan oleh suporter sepak bola terjadi karena dipengaruhi oleh jiwa massa.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, seseorang atau individu akan bersikap berbeda saat berada di tengah massa atau gerombolan. Massa dalam jumlah besar dapat mendorong munculnya perilaku atau tindakan yang tidak akan dilakukan saat sedang sendiri.
Tak hanya pada suporter bola, hal itu juga terjadi pada kerumunan massa lainnya seperti kampanye maupun demo. Misalnya, di tengah demo atau kampanye ada pemimpin yang meneriakkan kata-kata atau gerakan tertentu yang bisa memicu orang lain untuk mengikutinya. Orang sering kehilangan kesadaran saat sudah berkumpul karena terhipnotis lingkungan di sekitarnya.
Guna mencegah kericuhan massa, dibutuhkan upaya pengendalian massa. Pengengendalian massa bisa dilakukan dengan memecah massa dalam kelompok-kelompok lebih kecil agar jiwa massa tidak terlalu solid.
“Penting memecah massa agar massa tidak terkonsentrasi menjadi satu,” kata Prof. Koentjoro sebagaimana dikutip di situs resmi UGM.
Aksi Bobotoh Persib di Jalan Sulanjana, Kota Bandung pada Rabu (10/8/2022). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Lebih lanjut ia mengatakan, aparat keamanan dapat membuat pengaturan waktu kepulangan suporter dalam beberapa kloter. Mengatur rute juga berguna untuk memecah kerumunan.
ADVERTISEMENT
“Kalau jiwa sudah dikendalikan, massa itu kan susah apalagi kalau ada penyusup dengan tujuan tertentu seperti adu domba atau pun buat konten biar viral. Ini kan mengerikan. Jadi untuk mencegah kerusuhan perlu memecah konsentrasi massa baik lewat pengaturan waktu ataupun rute,” pungkasnya.
Jadi, untuk para suporter sepak bola Indonesia, hati-hati dengan provokator di mana pun kalian berada. Karena merekalah biang keladi kerusuhan. Semoga kita bisa menjadi lebih dewasa demi kemajuan dunia olahraga Indonesia di masa depan, terutama sepak bola yang digandrungi banyak orang.

Tragedi di Kanjuruhan

Soal tragedi di Stadion Kanjuruhan, kericuhan sebaiknya tidak hanya dilihat dari sisi suporter saja. Penanganan keamanan dari pihak polisi juga patut diperhatikan, mengingat ada penggunaan gas air mata yang dilarang dalam regulasi FIFA.
ADVERTISEMENT
Kemudian dari sisi PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) yang menolak usulan kick-off pertandingan Arema vs Persebaya untuk dimajukan pada sore hari pukul 15.30 WIB, meski sudah disurati oleh Polres Malang. Pertandingan malam hari dinilai kurang ideal dari segi keamanan suporter.
Panitia pelaksana juga perlu disorot, karena mencetak tiket melebihi kapasitas stadion markas Arema FC. Mereka tercatat mencetak 42 ribu tiket, padahal Stadion Kanjuruhan hanya menampung 38 ribu orang penonton.