Ini Perbedaan Infeksi yang Disebabkan Bakteri dan Virus

5 Maret 2020 19:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona China buatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC. Foto: Alissa Eckert, MS; Dan Higgins, MAM/CDC/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona China buatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC. Foto: Alissa Eckert, MS; Dan Higgins, MAM/CDC/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Virus corona SARS-CoV-2 menjadi salah satu contoh bagaimana tubuh mengalami gejala tertentu saat tubuh terinfeksi patogen berbahaya. Virus penyebab penyakit COVID-19 itu masuk ke dalam tubuh manusia, ia akan menyerang paru-paru, menjadikannya reseptor dan berkembang biak di sana.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, penderita mulai mengalami beberapa gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. Gejala lebih parah bisa menyebabkan serangan jantung, pneumonia, gagal ginjal, hingga kematian.
Gejala awal penyakit yang disebabkan virus dan bakteri memang sulit dibedakan, bahkan nyaris sama. Namun, keduanya ternyata memiliki perbedaan.
Dijelaskan dalam Health Direct, pada dasarnya infeksi bakteri dan virus harus diperlakukan secara berbeda. Dalam hal penggunaan antibiotik misalnya, antibiotik tidak bisa digunakan untuk mengobati infeksi virus karena bisa berkontribusi pada masalah resistensi antibiotik. Sebaliknya, antibiotik diberikan kepada mereka yang terinfeksi bakteri.

Bakteri dan virus

Bakteri adalah mikroorganisme kecil yang terdiri dari sel tunggal. Mereka sangat beragam dan memiliki berbagai macam bentuk dan fitur. Bakteri dapat hidup di hampir setiap jenis lingkungan, termasuk di luar dan di dalam tubuh manusia.
Ilustrasi bakteri. Foto: skeeze via Pixabay
Sebagian besar bakteri tidak berbahaya. Mereka biasanya berkembang biak dengan cara membelah diri. Di dalam perut manusia juga terdapat banyak bakteri, terutama di bagian usus yang berperan membantu mencerna makanan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan virus adalah mikroba super kecil bersifat parasit. Artinya, mereka membutuhkan inang seperti manusia dan hewan untuk berkembang biak. Sebagian besar penyakit akibat virus adalah zoonosis, yakni ditularkan dari hewan ke manusia. Virus bisa menyebabkan infeksi dengan cara masuk ke dalam tubuh dan berkembang biak di dalam sel inang.
Secara sederhana, bakteri dan virus bisa dikatakan sebagai mikroorganisme. Artinya, mereka adalah makhluk hidup super kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Ketika menginfeksi manusia, virus dan bakteri akan menimbulkan gejala yang sama, cara penularannya pun sama. Namun, di situlah kesamaannya berakhir.

Infeksi bakteri dan virus

Bakteri dan virus sama-sama bisa menyebabkan infeksi. Namun, perawatan yang diberikan jelas berbeda. Sebagai contoh, batuk dan flu akibat virus tidak bisa diobati dengan antibiotik, walau gejalanya sama dengan batuk dan flu akibat bakteri.
Petugas Ambulans Puskesmas Kebayoran Baru, bersiap membawa pasien yang diduga terkena virus Corona di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Senin (2/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Beberapa infeksi akibat bakteri antara lain, batuk rejan, radang tenggorokan, infeksi telinga, dan infeksi saluran kemih. Sementara infeksi virus meliputi pilek, flu, batuk, bronkitis, cacar air, HIV/AIDS, MERS, SARS, Ebola, dan yang teranyar COVID-19.
ADVERTISEMENT
Cara penularan virus dan bakteri juga hampir sama, meliputi kontak dengan orang sakit, lewat percikan lendir dari pasien infeksi, penularan dari ibu ke anak selama atau setelah lahir, menyentuh permukaan yang terkontaminasi, seperti gagang pintu atau gagang keran, lalu tak sengaja menyentuh mata, hidung, atau mulut.
Untuk membedakan infeksi virus atau bakteri, harus dilakukan di fasilitas kesehatan, karena keduanya dapat menyebabkan gejala yang sama. Dokter membutuhkan sampel urine, feses, dan darah pasien untuk diidentifikasi dan menentukan penyebab penyakit.

Pengobatan

Ketika seseorang terinfeksi bakteri, dokter biasanya memberikan antibiotik kepada pasien. Antibiotik bisa membunuh bakteri atau menghentikan bakteri jahat berkembang biak di dalam tubuh. Namun, karena risiko resisten antibiotik--kondisi di mana bakteri tidak dapat lagi dibunuh dengan antibiotik-- bisa muncul, maka pemberian obat diresepkan untuk infeksi bakteri serius saja.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pengobatan infeksi virus bisa dilakukan dengan cara pemberian vaksin antivirus. Jika vaksin belum ditemukan, maka pasien akan dirawat dengan pengobatan yang sifatnya suportif, yakni pasien terinfeksi hanya akan diberikan penanganan medis untuk mengatasi gejala yang mereka alami.