Ini yang Bakal Terjadi jika Asteroid Bennu Tabrak Bumi Tahun 2182

7 Februari 2025 16:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi asteroid. Foto: SugaBom86/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asteroid. Foto: SugaBom86/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ilmuwan telah membuat simulasi potensi dampak asteroid seukuran bukit yang diprediksi berpotensi menghantam Bumi pada tahun 2182 atau 157 tahun dari sekarang. Menurut simulasi tersebut, manusia akan menghadapi kehidupan yang sangat berat.
ADVERTISEMENT
Sudah lama sekali Bumi tidak ditabrak asteroid besar, tapi bukan berarti kita aman. Luar angkasa dipenuhi bebatuan dan banyak di antaranya meluncur dengan kecepatan tinggi ke arah planet kita. Namun, sebagian besar batu tersebut hancur di atmosfer sebelum mencapai daratan.
Salah satu batu raksasa yang diprediksi berpotensi menabrak Bumi di masa depan adalah asteroid Bennu. Asteroid ini akan menghantam Bumi 157 tahun lagi, atau tepatnya pada tahun 2182. Peluangnya memang tipis, 1 berbanding 2.700 atau hanya 0,04 persen, tapi tetap saja ada peluang.
Agar siap menghadapi skenario terburuk, para ilmuwan iklim di Korea Selatan membuat simulasi dampak yang akan terjadi jika asteroid Bennu menabrak Bumi. Bennu memiliki ukuran 500 meter, jauh lebih kecil dari ukuran Chicxulub–asteroid yang membuat dinosaurus punah– yang mencapai 10 hingga 15 kilometer.
ADVERTISEMENT
Hasil simulasi mereka menunjukkan, hantaman asteroid Bennu dapat menghasilkan 400 juta ton debu ke stratosfer, menyebabkan gangguan iklim, kimia atmosfer, dan fotosintesis global.
“Suhu rata-rata global diproyeksikan turun sebesar 4 derajat Celcius, dan curah hujan global berkurang sebesar 15 persen dalam simulasi kami,” papar Lan Dai dan Axel Timmerman dari Pusat National University di Korea Selatan.
Apakah dampaknya besar atau sedang, belum bisa diketahui dengan pasti. Namun, peristiwa bencana seperti ini kemungkinan akan memiliki konsekuensi yang panjang. Para ilmuwan telah menyelidiki dampak Chicxulub berdasarkan catatan geologi, fosil, dan pohon yang jika digabungkan akan memberikan gambaran yang cukup suram.
Untuk memahami dampak di masa depan, Dai dan Timmerman menggunakan superkomputer Aleph di university’s IBS Center for Climate Physics untuk membuat model simulasi asteroid berukuran 500 meter yang bertabrakan dengan Bumi, termasuk simulasi ekosistem terestrial dan laut.
ADVERTISEMENT
Hasil studi yang terbit di jurnal Science Advances menjelaskan, bukan ledakan dahsyat yang akan menghancurkan Bumi, tetapi apa yang akan terjadi setelahnya. Seperti yang disebutkan sebelumnya, lepasnya 100 hingga 400 juta metrik ton debu ke atmosfer planet, akan mengganggu kimia atmosfer, meredupkan Matahari hingga mengganggu fotosintesis dan menghantam iklim seperti bola penghancur.
Selain penurunan suhu dan curah hujan, hasil simulasi menunjukkan akan terjadinya penipisan ozon sebesar 32 persen. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penipisan ozon dapat menghancurkan tumbuhan di Bumi.
“Dampak musim dingin yang tiba-tiba akan menyebabkan kondisi iklim yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, yang menyebabkan penurunan fotosintesis sebesar 20 hingga 30 persen di ekosistem darat dan laut,” kata Dai. “Hal ini kemungkinan akan menyebabkan gangguan besar pada ketahanan pangan global.”
ADVERTISEMENT
Tanaman mungkin akan sulit menghadapi perubahan dan butuh waktu lama untuk pulih, tapi alga yang hidup di perairan tidak hanya pulih lebih cepat, mereka juga tumbuh dalam jumlah yang tidak dapat dicapai dalam kondisi iklim normal saat ini. Perilaku tak terduga ini dikaitkan dengan zat besi dalam debu asteroid dan debu dari material yang terlempar dari Bumi saat terjadi benturan, nutrisi yang membantu alga tumbuh subur. Ini semua terjadi pada diatom laut yang menjadi makanan zooplankton.
Mustahil untuk bisa menghitung dengan pasti seberapa sering planet kita dihantam asteroid besar sepanjang sejarah. Kawah-kawah bekas tumbukan tertutup oleh proses erosi. Beberapa batu besar meledak di udara, hanya menyisakan puing-puing yang sulit diidentifikasi dalam catatan geologi.
ADVERTISEMENT
Namun, perkiraan menunjukkan bahwa peluang asteroid raksasa menghantam Bumi sejauh ini masih sangat kecil. Artinya, umat manusia kemungkinan akan selamat dari tabrakan dengan Bennu.
“Rata-rata asteroid berukuran sedang bertabrakan dengan Bumi setiap 100 hingga 200 ribu tahun sekali,” kata Timmermann. “Ini berarti bahwa nenek moyang manusia purba mungkin telah mengalami beberapa peristiwa pergeseran planet ini sebelumnya dengan dampak potensial pada evolusi manusia, bahkan susunan genetik kita sendiri.”