Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ini yang Bakal Terjadi saat Pesawat Jatuh ke Uranus atau Neptunus
22 November 2023 13:08 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Meski Uranus dan Neptunus penuh dengan gas, komposisinya punya perbedaan dengan Jupiter dan Saturnus, kendati keduanya memang sangat mirip satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Sudah sejak lama para ilmuwan ingin mengirim pesawat ruang angkasa ke salah satu dari empat planet tersebut. Namun, untuk pergi ke sana membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terlebih perjalanan akan memakan waktu sangat panjang.
Di sisi lain, Badan Antariksa Eropa (ESA) berupaya membuat replikasi atmosfer keempat planet tersebut untuk melakukan simulasi ihwal apa yang akan dialami wahana antariksa saat memasuki atmosfer Raksasa Es.
Seperti Jupiter dan Saturnus, sebagian besar Uranus dan Neptunus terdiri dari hidrogen dan helium. Meski begitu, konsentrasi metana di Uranus dan Neptunus 3 hingga 8 kali lebih tinggi dibanding konsentrasi metana yang ditemukan oleh pesawat ruang angkasa Galileo dan Cassini saat memasuki Jupiter dan Saturnus.
Hasil penelitian di Oxford University dan Stuttgart University menunjukkan bahwa selain gas, Uranus dan Neptunus diyakini memiliki lautan cairan raksasa. Tidak ada wahana yang bisa bertahan lama di dalamnya, seperti halnya Cassini yang tidak pernah bisa memasuki Saturnus.
ADVERTISEMENT
“Tantangannya adalah bahwa wahana apapun akan terkena suhu tinggi, dan oleh karena itu memerlukan sistem perlindungan termal berkinerja tinggi untuk menahan gesekan atmosfer dalam jangka waktu lama,” kata Louis Walpot dari ESA dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip IFLScience.
Dalam waktu dekat, NASA tampaknya akan melakukan misi besar dengan mengirim pesawat ke salah satu raksasa es tersebut. Jika ini benar-benar dilakukan, di masa depan pesawat ruang angkasa harus siap memasuki salah satu planet dengan kecepatan orbital yang mendekati atau sekitar 24 km per detik. Saat ini belum ada fasilitas yang mampu mencapai kecepatan ini.