Inilah Hewan yang Bisa Hidup Tanpa Bernapas

26 Februari 2020 13:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ikan, sebagai inang dari Henneguya salminicola. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ikan, sebagai inang dari Henneguya salminicola. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu membayangkan ada hewan yang tidak bernapas? Jika iya, maka kamu tidak akan kaget dengan Henneguya salminicola, satu-satunya hewan yang mampu hidup di Bumi tanpa bernapas.
ADVERTISEMENT
Henneguya salminicola adalah hewan parasit. Spora dari gumpalan parasit ini bisa masuk ke dalam tubuh ikan untuk dijadikan sebagai inangnya.
Sebagai parasit, H. salminicola hanya menumpang hidup di dalam tubuh makhluk hidup lain. Seumur hidup, ia menghuni tubuh ikan dan cacing, sehingga sedikit sekali peluang untuk mengubah oksigen menjadi energi.
Kebanyakan, hewan multiseluler yang memiliki DNA berurutan, punya gen pernapasan. Tetapi tidak dengan genom salminicola yang tidak punya gen pernapasan. Ini telah dibuktikan dalam sebuah studi terbaru, terbitan jurnal Proceedings of National Academy of Sciences yang dimuat 24 Februari 2020.
Dalam kajian yang mengandalkan analisis mikroskopis itu, terungkap bahwa genom mitokondria yang seharusnya dimiliki setiap hewan, absen dari salminicola. Mitokondria merupakan bagian kecil namun vital dari DNA yang bertanggung jawab pada proses pernapasan.
ADVERTISEMENT
Fakta biologis yang mencengangkan ini baru pertama kali ditemukan oleh para ilmuwan, sehingga membuat salminicola dinobatkan sebagai parasit yang unik. Ia termasuk dalam kelas Myxozoa, parasit yang bebas berenang seperti ubur-ubur. Namun secara bertahap, salminicola telah berevolusi untuk menanggalkan hampir seluruh sifat multiselulernya.
"Salminicola telah kehilangan jaringannya, berikut sel-sel saraf mereka, otot-otot mereka, semuanya," ujar salah satu peneliti, Dorothée Huchon, yang juga merupakan ahli biologi evolusi di Universitas Tel Aviv di Israel, kepada Live Science. "Dan sekarang kita mendapati mereka kehilangan kemampuan bernapas."
Huchon menambahkan, pemangkasan genetik semacam ini kemungkinan telah memberikan keleluasaan bagi parasit seperti H. salminicola untuk bereproduksi secepat dan sesering mungkin.
Ilustrasi cacing air, hewan yang menjadi inang dari H. salminicola. Foto: Wikimedia Commons
Kelompok Myxozoa memiliki beberapa genom terkecil di dunia yang membuatnya begitu agresif. Namun Huchon menyebut H. salminicola relatif jinak, sementara parasit lain di keluarga yang sama telah menginfeksi dan memusnahkan seluruh stok perikanan. Hal ini tentu menjadi kabar buruk bagi nelayan komersial.
ADVERTISEMENT
Untuk melihat wujud H. salminicola yang bersemayam pada tubuh ikan, tandanya terlihat seperti serangkaian gumpalan uniseluler berbentuk gelembung putih. Ikan-ikan yang terinfeksi parasit ini disebut memiliki tapioca disease.
Hanya spora parasit yang menampakkan kompleksitas. Ketika dilihat dengan mikroskop, spora ini tampak seperti sel sperma berwarna kebiruan dengan dua ekor dan sepasang mata oval, mirip alien.
Ilustrasi sperma yang wujudnya disebut mirip dengan H. salminicola saat diamati menggunakan mikroskop. Foto: Shutterstock
Menurut Huchon, mata itu sebenarnya merupakan sel yang menyengat, tetapi tidak mengandung racun. Fungsinya tak lain hanya untuk membantu parasit menempel pada inangnya. Sel-sel menyengat ini merupakan satu-satunya sifat yang tidak ditinggalkan H. salminicola ketika berevolusi.
"Hewan selalu dianggap sebagai organisme multiseluler dengan banyak gen yang berevolusi menjadi semakin kompleks," kata Huchon. "Di sini, kita melihat organisme yang sepenuhnya bertolak belakang. Mereka telah berevolusi menjadi hampir bersel tunggal."
ADVERTISEMENT
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana H. salminicola mendapatkan energi jika tidak bernapas? Para peneliti tidak sepenuhnya yakin soal ini.
Menurut Huchon, parasit serupa lainnya memiliki protein yang dapat mengimpor ATP (pada dasarnya, energi molekuler) langsung dari inangnya yang terinfeksi. H. salminicola bisa melakukan sesuatu yang serupa, tetapi studi lebih lanjut tentang genom organisme eksentrik yang satu ini tetap diperlukan di masa depan.