Inilah yang Terjadi Pada Tubuh Ketika Konsumsi Makanan Cepat Saji

12 Januari 2018 19:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makan fast food di dalam mobil. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Makan fast food di dalam mobil. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Mengkonsumsi makanan cepat saji membuat sistem kekebalan tubuh menjadi agresif dalam jangka panjang, menurut studi terbaru dari sekelompok peneliti University of Bonn di Jerman.
ADVERTISEMENT
Tim ilmuwan itu melakukan penelitian dengan menempatkan tikus selama satu bulan dalam wadah berisi makanan tinggi lemak, tinggi kalori, dan rendah serat, ciri-ciri dari makanan cepat saji. Hasilnya, ada respons inflamasi yang kuat di dalam tubuhnya, seperti terinfeksi bakteri berbahaya.
“Makanan tidak sehat menyebabkan kenaikan jumlah sel kekebalan tubuh di dalam darah tikus,” ucap salah satu peneliti, Annete Christ, seperti dilansir Medical Daily.
Makanan cepat saji menyebabkan tubuh cepat meningkatkan imunnya. Ketika peneliti memberikan makanan sehat kepada tikus selama empat minggu, peradangan hilang. Yang tidak hilang adalah pemrograman ulang genetik sel kekebalan dan prekursor mereka. Itu sebabnya imun tikus masih terus aktif.
"Setelah terinfeksi, pertahanan tubuh tetap dalam keadaan alarm, sehingga mereka dapat merespons lebih cepat serangan baru," ucap peneliti. Mereka menyebutnya ini sebagai 'pelatihan imun bawaan'. Pada tikus, proses ini tidak dipicu oleh bakteri, namun dengan pola makanan tidak sehat.
Jangan makan fast food. (Foto: thinkstockphotos)
zoom-in-whitePerbesar
Jangan makan fast food. (Foto: thinkstockphotos)
Respons inflamasi ini memiliki konsekuensi jangka panjang untuk respons sistem kekebalan tubuh. Makanan tidak sehat mengubah cara informasi genetik dikemas. Bahan genetik disimpan dalam DNA dan setiap sel mengandung beberapa untai DNA, yang panjangnya kira-kira dua meter.
ADVERTISEMENT
Memberikan stimulasi lebih terhadap sistem kekebalan justru membuat tubuh menjadi rentan terhadap penyakit berbahaya, seperti misalnya diabetes dan masalah jantung.
“Makanan sehat kini menjadi bagian penting dari pendidikan,” kata pemimpin studi, Ericke Latz. “Dengan membiasakan makan makanan sehat, kita bisa membuat anak-anak tetap sehat, dan mereka bisa melawan godaan dari industri makanan. Anak-anak bisa memilih mau makan apa setiap hari. Kita (orangtua) yang harus mengarahkan kebiasaan makan mereka.”