Isolasi Pasien Virus Corona di AS, Tim Medis Wajib Pakai Masker N95

30 Januari 2020 11:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi masker N95. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi masker N95. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Hampir genap sebulan sejak diumumkan otoritas China ke badan WHO, wabah virus corona novel (2019-nCoV) telah menginfeksi lebih dari 7.000 orang di China, dan menewaskan 132 orang. Penyebaran virus berasal dari Pasar Seafood Huanan di Kota Wuhan, China, dan kini menjalar lintas negara.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah warganya tertular virus, beberapa negara memutuskan mengevakuasi warganya dari China, terutama mereka yang berada di Wuhan. Salah satu negara yang telah mengambil langkah tersebut adalah Amerika Serikat (AS).
Di AS sendiri, tercatat ada 5 warganya yang positif terjangkit novel coronavirus. Perawatan pasien tersebar di beberapa rumah sakit di Chicago, Washington, dan Illinois.
AMITA Health Medical Center di Lisle, Illinois, menyatakan ada salah satu pasiennya positif terjangkit virus corona asal Wuhan pada Rabu (22/1) lalu.
“Pasien sedang dipantau secara terpisah (diisolasi), sesuai dengan protokol pengendalian infeksi yang sudah ada,” tulis pernyataan resmi rumah sakit. “Kita sudah menghubungi sejumlah pasien dan staf yang mungkin telah melakukan kontak dengan pasien.”
Pekerja medis mengukur suhu penumpang setelah mereka turun dari kereta api di Jiujiang. Foto: REUTERS / Thomas Peter
Prosedur isolasi memang lazim digunakan untuk memisahkan orang dengan penyakit menular dari mereka yang sehat. Menurut para pakar penyakit, isolasi diibaratkan benteng pemisah yang aman untuk mencegah orang lain terpapar virus pasien penderita penyakit menular.
ADVERTISEMENT

Prosedur isolasi pasien novel coronavirus

Berdasarkan penuturan Dr. William Schaffner, profesor Vanderbilt University dan Direktur Medis National Foundation for Infectious Diseases, pasien coronavirus akan diisolasi dalam respiratory isolation atau isolasi pernapasan.
“Semua orang yang masuk (ruang isolasi) akan mengenakan respirator N95,” ujar Schaffner, sebagaimana dikutip NBC News.
Masker N95 merupakan jenis respirator yang dapat mengurangi 95 persen partikel berukuran lebih dari 0,3 mikron. Masker berfungsi untuk melindungi diri dari virus, polusi udara, PM 2,5, dan polutan berbahaya lain yang ada di udara.
N95 memiliki lebih dari satu lapisan filtrasi, serta katup untuk mengeluarkan udara yang dihembuskan. Hal ini berguna untuk mencegah kelembaban terperangkap di dalam topeng. Beberapa masker N95 juga dilengkapi dengan lapisan karbon aktif tambahan.
Ilustrasi orang memakai masker N95. Foto: Shutter Stock
Ketika seorang pasien dikonfirmasi memiliki penyakit menular, pasien akan ditempatkan dalam ruang isolasi, baik di rumah sakit atau di rumah. Khusus untuk virus corona, pasien ditempatkan di ruang karantina tekanan negatif dengan pintu tertutup untuk mencegah kontaminasi antar ruangan lainnya. Ruang isolasi khusus ini dapat mengontrol aliran udara untuk mencegah kuman keluar ke bagian lain rumah sakit.
ADVERTISEMENT
“Udara di ruangan ini tidak bisa keluar ke koridor membawa partikel infeksi dan menginfeksi pasien atau siapapun yang berjalan di koridor,” lanjut Schaffner.
Selain itu, karena ada banyak yang tidak diketahui tentang seberapa mudah virus corona novel menyebar, petugas layanan kesehatan memakai peralatan wajib, antara lain masker, baju pelindung khusus, dan pelindung mata.
Tindakan pencegahan khusus untuk karantina pasien novel coronavirus memang sangat ketat, namun pasien masih memiliki akses ke televisi, telepon, dan hiburan lainnya.
“Itu kamar rumah sakit biasa,” ujar pakar penyakit penular, Dr. Amesh Adalja dari John Hopkins Center for Health Security.
Suasana di Rumah Sakit Wuhan, China yang merawat pasien terjangkit virus corona. Foto: THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO /via REUTERS

Kapan pasien dirawat di ruang isolasi?

Pasien ditempatkan dalam ruang isolasi tergantung pada gejala-gejala penyakit yang mereka miliki.
ADVERTISEMENT
“Menularnya coronavirus benar-benar tergantung pada gejalanya: Apakah mereka masih mengalami demam, batuk aktif, dan bersin?” ujar Adalja.
Menurut Messonier, risiko infeksi coronavirus sebelum ada gejala terhitung rendah. Jadi, orang yang telah melakukan kontak dengan pasien tidak akan dikarantina sampai mereka mulai menujukkan gejala. Setelah petugas medis mengidentifikasi orang-orang yang kontak dengan pasien coronavirus, mereka mungkin meminta orang-orang tersebut untuk periksa ke dokter setiap hari atau rutin mengukur temperatur tubuh.
Infografik Waspada Virus Corona. Foto: Andri Firdiansyah Arifin/kumparan

Risiko staf medis yang rawat pasien coronavirus di AS

Selalu ada risiko bagi petugas medis tiap merawat pasien dengan penyakit yang dapat ditularkan lewat udara (airborne). Pada awal wabah virus corona Wuhan, petugas kesehatan kemungkinan besar tidak memiliki informasi yang sesuai untuk melindungi diri dari penularan virus. Hal ini lazim terjadi saat virus baru muncul.
ADVERTISEMENT
“Kesadaran sekarang sekarang sudah tersebar luas sehingga pekerja perawatan medis kemungkinan memiliki protokol yang sesuai,” ujar Dr. Aneesh Mehta, kepala penyakit menular di Emory University Hospital.

Berapa lama pasien harus tinggal dalam isolasi?

Setiap rumah sakit memiliki protokol masing-masing. Saat penanganan flu, misalnya, seorang pasien mungkin berada dalam karantina selama tiga hari atau sampai hasil tes nasal swab teruji negatif. Pada isolasi pasien di China saat wabah baru mulai merebak, mereka ditempatkan dalam ruang khusus selama 10 hari setelah gejala demam mereda.
Tetapi untuk kasus pasien novel coronavirus di AS, mereka akan tetap diisolasi sampai Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention/CDC) menyatakan pasien boleh dipulangkan, seperti yang diungkap para ahli.
Cegah Virus Corona. Foto: Masayu Antarnusa/kumparan