Israel Mau Banjiri Terowongan Hamas di Gaza, Bisa Picu Bencana Mengerikan Ini

27 Desember 2023 8:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
Pintu masuk ke sebuah terowongan yang digali oleh militan Hamas di dalam kompleks rumah sakit Al-Shifa di di Kota Gaza pada Jalur Gaza bagian utara. Foto: Ahikam Seri/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pintu masuk ke sebuah terowongan yang digali oleh militan Hamas di dalam kompleks rumah sakit Al-Shifa di di Kota Gaza pada Jalur Gaza bagian utara. Foto: Ahikam Seri/AFP
ADVERTISEMENT
Rencana Israel untuk membanjiri sistem terowongan pejuang Hamas dengan air laut berisiko merusak "kondisi dasar kehidupan" di Gaza. Ahli hidrologi menyebut rencana ini sebagai salah satu unsur kejahatan genosida.
ADVERTISEMENT
Para ahli lingkungan telah memperingatkan strategi membanjiri terowongan pejuang Hamas berisiko menyebabkan bencana ekologis yang akan membuat Gaza tidak lagi memiliki air minum dan menghancurkan pertanian di sana.
Dilansir The Guardian, pakar hak asasi manusia atas air dari PBB, Pedro Arrojo-Agudo, membandingkan rencana Israel dengan legenda penggaraman Romawi Kuno di Ladang Katargo untuk membuat wilayah lawan tidak layak huni. Sementara pakar hak asasi manusia dan lingkungan hidup, David Boyd, mengatakan jika ini benar-benar dilakukan, maka satu-satunya pasokan air di Gaza akan menjadi bencana besar bagi lingkungan.
Laporan media, foto, dan citra satelit menunjukkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memasang pompa di kamp pengungsi al-Shati di garis pantai timur Jalur Gaza. Di tempat itu mereka akan memompa jutaan galon air laut ke dalam terowongan yang digunakan pejuang Hamas.
ADVERTISEMENT
Tentara Israel dilaporkan sudah mulai melakukan uji coba ini ke salah satu sistem terowongan pekan lalu. Tujuannya agar para pejuang Hamas keluar dari persembunyiannya.
Menurut sebuah studi dari akademi militer AS West Point, terdapat 1.300 terowongan yang membentang sepanjang 500 km di Gaza pada awal perang Oktober lalu. Diperkirakan dibutuhkan sekitar 1,5 juta meter kubik air laut untuk membanjiri seluruh sistem terowongan.
Pejuang Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP) berjalan di sebuah terowongan di selatan Jalur Gaza, pada 19 Mei 2023. Foto: Said Khatib/AFP
Mark Zeitoun, direktur Geneva Water Hub dan profesor di Geneva Graduate Institute, mengatakan air laut yang dipompa ke dalam terowongan sepanjang ratusan kilometer itu, akan melintas tanah berpasir dan berpori di Gaza, dan dipastikan meresap ke dalam akuifer. Akuifer telah menjadi sumber air bagi 2,3 juta penduduk di Gaza selama ini.
ADVERTISEMENT
Padahal, menurut Zeitoun, saat ini akuifer sudah terkontaminasi parah dari air limbah dan infiltrasi air laut yang disebabkan oleh pemakaian berlebihan selama bertahun-tahun.
“Jika Anda menambahkan lebih banyak air laut secara langsung melalui pasir ke dalam akuifer, hal ini tidak akan mengubah sumber daya berkualitas tinggi menjadi sumber yang rentan, melainkan akan mengubah sumber daya yang rentan menjadi sumber daya yang membawa bencana,” kata Zeitoun.
Lebih lanjut dia bilang, kontaminasi tersebut akan membuat warga Palestina tidak bisa mengolah air. Akibatnya bisa merusak kondisi kehidupan semua orang di Gaza.
“Membanjiri akuifer air tawar dengan air laut akan bertentangan dengan setiap norma yang telah dikembangkan oleh umat manusia, termasuk aspek lingkungan hidup dari hukum kemanusiaan internasional/aturan perang, dan prinsip-prinsip terbaru mengenai perlindungan lingkungan sehubungan dengan konflik bersenjata. Kerusakan terhadap lingkungan alam: ekosida.”
ADVERTISEMENT
Wim Zwijnenburg, peneliti di Dutch NGO Pax for Peace yang menyelidiki dampak perang terhadap lingkungan, memperingatkan adanya bahaya tambahan.
“Kami tidak tahu apa yang tersimpan di terowongan. Ada laporan yang beredar yang belum diverifikasi, tapi dikutip dari beberapa sumber bahwa sekitar 20.000 galon bahan bakar disimpan di terowongan tersebut. Jadi ada semua jenis hidrokarbon yang berpotensi memengaruhi tanah dan masuk ke akuifer serta air tanah,” kata Zwijnenburg.
Warga Palestina yang melarikan diri ke utara berjalan melewati tank Israel selama gencatan senjatas Hamas dan Israel di jalan Salaheddine di distrik Zeitoun, Gaza pada 24 November 2023. Foto: MAHMUD HAMS / AFP
Membanjiri terowongan dengan air laut juga akan menimbulkan risiko berbahaya bagi bagunan yang ada di Gaza. Jika terowongan itu runtuh, hal ini bisa menyebabkan bangunan yang ada di atasnya juga ikut runtuh.
Hadeel Ikhmais, kepala kantor perubahan iklim di Otoritas Kualitas Lingkungan Palestina mengatakan, langkah IDF membanjiri terowongan Hamas akan menjadi sejarah panjang Israel dalam merusak kehidupan di Palestina. Bahkan, sebelum rencana ini dilakukan, pemboman di Gaza telah merusak pasokan air sehingga membuat masyarakat di wilayah Gaza dan Tepi Barat kesulitan mendapatkan air minum.
ADVERTISEMENT
Di Tepi Barat, warga Palestina tidak memiliki akses terhadap air bersih sehingga membuat mereka harus membeli air dari Israel. Tentara Israel diketahui telah tiga kali merusak pasokan air di Tepi Barat, antara Januari 2022 hingga pertengahan 2023.
Di Gaza, akuifer air tanah tidak bisa diisi ulang untuk memenuhi permintaan akibat meningkatnya populasi dan dampak iklim termasuk kekeringan dan suhu lebih tinggi. Dalam perang terbaru, pabrik desalinasi, penampungan air, dan infrastruktur pengolahan air menjadi sasaran utama Israel, sehingga limbah terpaksa dibuang ke laut.
“Pembuangan air limbah ke laut membuat proses desalinasi menjadi lebih sulit. Dengan menargetkan pasokan air, Israel berusaha membuat Gaza tidak layak huni bagi warga Palestina,” kata Ikhmais.
Program Lingkungan PBB juga telah menerima laporan bahwa Israel mulai memompa air laut ke terowongan Gaza. Menanggapi hal itu, juru bicara PBB memberikan penilaian serupa tentang potensi berbahaya yang bisa ditimbulkan.
ADVERTISEMENT
“Akuifer pesisir, reservoir alami bawah tanah yang membentang dari pegunungan Carmel di utara hingga semenanjung Sinai di selatan, dan ekosistem Gaza yang sudah rapuh harus dilindungi agar tidak berdampak pada pertanian, industri, dan lingkungan, dan agar masyarakat dapat menggunakan air tanah dengan aman,” kata juru bicara PBB saat dikonfirmasi The Guardian.
“Metode apa pun yang digunakan oleh pihak-pihak yang bertikai selama konflik harus mengambil tindakan pencegahan agar tidak merugikan warga sipil, termasuk berdampak pada akses terhadap sumber air dan makanan.”
Adapun pemerintah Israel dan IDF, enggan mengomentari masalah ini.