Jangan Diam di Bawah ‘Pohon Kematian’ saat Hujan Kalau Kamu Mau Selamat

12 November 2021 7:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pohon tropis manchineel (Hippomane mancinella). Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Pohon tropis manchineel (Hippomane mancinella). Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Pada 1999, ahli radiologi, Nicola Strickland, pergi berlibur ke pulau Karibia Tobago, surga tropis dengan pantai yang indah dan sepi. Hari pertama di sana, dia pergi mencari kerang dan karang di pasir putih.
ADVERTISEMENT
Namun, liburan dengan cepat berubah menjadi mimpi buruk. Di antara pohon kelapa dan mangga, Strickland dan temannya menemukan beberapa buah hijau beraroma manis yang mirip seperti apel kecil.
Dengan bodohnya Strickland dan rekannya menggigit buah tersebut. Sejurus kemudian rasa manis yang menyeruak berubah menjadi sensasi pedas, terbakar, dan sesak yang menyiksa tenggorokan. Semakin didiamkan rasa tidak mengenakan itu makin parah. Mereka hampir tidak bisa menelan apapun.
Buah tersebut berasal dari pohon manchineel (Hippomane mancinella), terkadang disebut sebagai apel pantai atau jambu racun. Pohon ini merupakan tumbuhan asli wilayah tropis Amerika Utara bagian selatan. Tersebar di Amerika Tengah, Karibia, dan bagian utara Amerika Selatan.
Apel kematian yang tumbuh dari pohon tropis manchineel (Hippomane mancinella). Foto: Wikimedia Commons
Dalam bahasa Spanyol, tanaman ini disebut arbol de la muerte yang artinya pohon kematian. Menurut Guinness World Recods, manchineel adalah pohon paling berbahaya di dunia.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan oleh Institute of Food and Agricultural Sciences, semua bagian pohon manchineel beracun, menyentuh atau menelan bagian manapun dari pohon ini dapat berakibat fatal.
Manchineel termasuk dalam genus Euphorbia. Pohon ini mengandung decorative Christmas poinsettia. Dia mampu menghasilkan getah kental seperti susu yang jika terkena kulit bisa menyebabkan lecet parah seperti luka bakar. Itu karena getah Manchineel mengandung racun berbahaya di mana reaksi ditimbulkan akibat kandungan phorbol, senyawa organik termasuk dalam keluarga diterpen ester.
Phorbol mudah larut dalam air. Jadi, tidak disarankan untuk berteduh di pohon Manchineel saat hujan tiba, sebab tetesan air yang membawa getah encer bisa membakar kulitmu. Bahkan pernah ada laporan yang menyebut asap pohon manchineel yang terbakar membuat iritasi mata parah hingga menyebabkan kebutaan.
Pohon kematian yang memiliki racun berbahaya. Foto: Flickr
Kendati berbahaya, tukang kayu di Karibia telah menggunakan batang kayu manchineel sebagai furniture selama berabad-abad. Untuk menghilangkan getah dan racun, biasanya tukang kayu menjemur pohon di bawah sinar matahari.
ADVERTISEMENT
Karena sifatnya yang membahayakan, di beberapa wilayah pohon manchineel dicat dengan warna merah atau bahkan dipasang tanda peringatan. Kamu mungkin berpikir, kenapa pohon mematikan ini tidak ditebang saja.
Tidak semudah itu ferguso, karena manchineel sebenarnya memainkan peran penting dalam ekosistem lokal. Berkat batangnya yang kokoh dan besar, manchineel bisa menjadi penahan angin yang sangat baik dan mencegah erosi pantai di Amerika Tengah.
Adapun nasib Strickland dan temannya berakhir selamat karena mereka hanya memakan sedikit apel kematian. Pada tahun 2000, Strickland mengirim sebuah tulisan di The British Medical Journal, menjelaskan secara rinci gejala dari racun buah kematian.
ADVERTISEMENT
Butuh waktu lama untuk menghilangkan sakit yang ditimbulkan apel tersebut. Racunnya, kata Strickland, menyebar ke kelenjar getah bening di leher, memberikan penderitaan lebih lanjut.
“Menceritakan pengalaman kami kepada penduduk setempat menimbulkan kengerian dan ketidakpercayaan, seperti reputasi buah yang beracun," tulis Strickland. "Kami mengalami pengalaman yang menakutkan."