Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Penyebaran virus corona yang masih dilaporkan nyaris menjangkiti 2 juta orang di seluruh dunia per Senin (13/4). Lonjakan jumlah penderita COVID-19 dengan kata lain mengalami peningkatan dua kali lipat hanya dalam waktu 11 hari.
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali terus mengingatkan agar setiap negara tak buru-buru mencabut kebijakan physical distancing. Berdasarkan data John Hopkins University, jumlah orang yang terinfeksi virus corona saat ini lebih dari 1.918.855 jiwa.
Dari jumlah kasus positif virus corona yang hampir menyentuh angka 2 juta kasus, setidaknya ada 119.588 nyawa yang tak berhasil selamat dari virus ganas SARS-CoV-2. Pada 2 April 2020, tercatat ada 1 juta kasus virus corona di seluruh dunia dengan jumlah kematian 50.000 kasus.
Sebelum menyebar luas, virus corona pertama kali muncul di Wuhan, China, pada akhir Desember 2019. Kala itu, SARS-CoV-2 masih disebut novel coronavirus. Tak banyak yang mengetahui tentang bahaya virus dari keluarga besar virus corona itu.
Empat bulan berselang, virus itu telah menjangkiti penduduk di lebih dari 180 negara lintas benua. Karena virus corona SARS-CoV-2, kebijakan mengunci wilayah atau lockdown jadi dikenal luas.
ADVERTISEMENT
Ketika penyebaran virus tampaknya melambat di beberapa negara yang terkena dampak parah, termasuk Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat, WHO memperingatkan negara-negara tersebut agar tidak terlalu dini mencabut kebijakan pembatasan sosial secara luas.
“Sementara COVID-19 berakselerasi sangat cepat, penurunannya jauh lebih lambat. Dengan kata lain, penurunan kasusnya lebih lambat daripada peningkatannya,” ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari CNBC. “Itu berarti untuk menghentikan langkah-langkah harus dilakukan secara bertahap dengan pengawasan, tidak bisa terjadi sekaligus.”
Sebanyak 25 persen dari keseluruhan kasus virus corona secara global, dialami Amerika Serikat. Ada 581.679 kasus yang dilaporkan di Negeri Paman Sam. Jumlahnya bahkan melampaui China sebagai muasal wabah.
Pejabat AS dan beberapa pakar ekonomi telah memperingatkan agar tidak membandingkan jumlah kasus virus corona dari satu negara dengan negara lainnya. Sebab menurut mereka, pemerintah China kemungkinan besar tidak melaporkan jumlah kasus sebenarnya di sana.
ADVERTISEMENT
Pejabat setempat di negara bagian di AS telah mengakui bahwa jumlah sebenarnya kasus COVID-19 di negara ini kemungkinan jauh lebih tinggi daripada yang telah dikonfirmasi karena kekurangan dan pembatasan pengujian.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!