Jurnalis China yang Hilang saat Liput Pandemi Corona Mengaku Ditahan Polisi

26 April 2020 19:37 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis daruruat China yang merawat pasien virus corona atau COVID-19 mulai meninggalkan Wuhan, Hubei, China.  Foto: REUTERS/STR
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis daruruat China yang merawat pasien virus corona atau COVID-19 mulai meninggalkan Wuhan, Hubei, China. Foto: REUTERS/STR
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dua bulan yang lalu, seorang jurnalis China memposting sebuah video yang menggambarkan situasi pandemi virus corona di kota Wuhan. Setelah postingannya marak diperbincangkan, ia ditangkap dan menghilang tanpa jejak.
ADVERTISEMENT
Kini, pria itu muncul kembali. Membuat geger semua orang. Dalam sebuah video yang diunggah di YouTube, ia mengaku dikarantina paksa selama kurang lebih dua bulan terakhir. Pria itu adalah Li Zehua (25), satu dari tiga jurnalis yang hilang di Wuhan.
Peristiwa bermula ketika Li memposting video yang memperlihatkan para pekerja tengah mengumpulkan mayat-mayat korban virus corona. Video yang diunggah di YouTube pada 20 Februari 2020 tersebut kemudian mendapat banyak sorotan dan dilihat lebih dari 850 ribu kali sebelum akhirnya diblokir oleh pemerintah China.
Beberapa hari kemudian, Li kembali memposting sebuah video yang memperlihatkan sejumlah polisi menyatroni tempat tinggalnya. Nahas, sejak saat itu Li tidak diketahui keberadaannya, dia menghilang secara misterius.
Petugas medis daruruat China yang merawat pasien virus corona atau COVID-19 foto bersama sebelum meninggalkan Wuhan, Hubei, China. Foto: REUTERS/STR
Dua bulan berlalu, Li muncul kembali dengan mengunggah video di YouTube pada Rabu (22/4). Dalam video tersebut, Li menceritakan apa yang telah ia alami selama kurang lebih 2 bulan terakhir. Kala itu, saat ia diciduk polisi dari apartemennya di Wuhan pada 26 Februari lalu, Li mengaku diinterogasi oleh polisi selama kurang lebih 24 jam karena dicurigai telah mengganggu ketertiban umum.
ADVERTISEMENT
Kepala kantor polisi yang menginterogasinya mengatakan, Li tidak akan dituntut secara hukum melainkan akan dikarantina dengan alasan telah mendatangi daerah zona merah.
Karantina pun dimulai di sebuah hotel pada 14 Maret 2020. Ia kemudian dipindahkan ke kota Wuhan, dan kembali diisolasi selama 14 hari. Polisi juga sempat menyita semua perangkat elektronik yang ia punya, termasuk ponsel.
Tidak jelas kenapa Li berani mengunggah video di YouTube setelah berhasil keluar dari penguncian, terutama ketika dia berani menceritakan semua pengalamannya selama menjalani karantina.
Selain Zehua, dua jurnalis lainnya, Chen Qiushi dan Fang Bin, juga diketahui menghilang setelah memposting video yang memperlihatkan suasana rumah sakit dengan mayat korban COVID-19 bertumpuk di dalam minibus. Sayangnya, baik Chen maupun Fang hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Menurut kesaksian ibu Chen, sebelum anaknya menghilang, Fang sempat memposting sebuah video di mana polisi mendatangi rumah Fang, sama seperti peristiwa yang menimpa Zehua.
Pada 31 Maret 2020, anggota Kongres AS, Jim Banks, melalui Departemen Luar Negeri AS mendesak agar China menyelidiki hilangnya ketiga jurnalis tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, menolak menerima panggilan Banks, ia menyebut peristiwa ini didasarkan informasi yang dibuat-buat, seperti dikutip dari Reuters.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.