Kabar Baik, Lubang Ozon di Kutub Selatan Mengecil

24 Oktober 2019 8:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lapisan ozon. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lapisan ozon. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Lubang ozon yang berada di Kutub Selatan semakin mengecil. Menurut laporan peneliti NASA, luas rata-rata lubang di lapisan ozon pada akhir 2019 ini adalah 9,3 juta kilometer persegi.
ADVERTISEMENT
Luas itu jauh lebih kecil dibanding tahun 2006, ketika lubang ozon dilaporkan sangat besar hingga mencapai 26,6 juta kilometer persegi. Bahkan, ukuran lubang ozon sekarang ini jauh lebih kecil dibandingkan saat pertama kali ditemukan pada 1985.
"Ini benar-benar kabar baik," ucap Paul Newman, peneliti NASA, kepada AP. "Ini berarti ada lebih banyak ozon di atas Bumi, dan lebih sedikit radiasi ultraviolet di permukaan Bumi," lanjutnya.
Lapisan ozon melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi berbahaya luar angkasa. Tapi, senyawa klorin buatan manusia merusak ozon. Senyawa itu bisa bertahan di udara hingga 100 tahun dan membuat adanya penipisan di lubang ozon.
Ilustrasi langit. Foto: Ant Rozetsky/Unsplash
Lubang ozon itu bisa hilang dan muncul. Biasanya, lubang menjadi sangat besar pada September atau Oktober lalu menghilang pada akhir Desember. Lubang akan muncul kembali ketika belahan Bumi sebelah selatan memasuki musim semi.
ADVERTISEMENT
Pada 1987, semua negara di Bumi untuk pertama kalinya bisa bersepakat. Mereka setuju melarang penggunaan banyak senyawa klorin. Hal ini dituangkan dalam sebuah perjanjian yang disebut Montreal Protocol yang disepakati pada 1987.
Meski begitu, ada peneliti yang berpendapat bahwa pengecilan lubang ozon di Kutub Selatan bukan akibat usaha tersebut. Brian Toon, peneliti atmosfer dari University of Colorado, mengatakan bahwa hal ini kebetulan terjadi akibat cuaca.
Newman sendiri menjelaskan bahwa klorin di udara memerlukan temperatur dingin di stratosfer dan awan untuk berubah bentuk menjadi senyawa kimia lain yang merusak ozon. Awan-awan itu bisa menghilang ketika suhu menghangat.
Ilustrasi kutub. Foto: Dok. Luxury Action
NASA melaporkan bahwa pada September dan Oktober ini, suhu di atmosfer ketinggian 20 kilometer jauh lebih hangat. Tercatat temperatur di sana 16 derajat Celcius lebih hangat. Selain itu, kecepatan angin juga menurun dari 259 kilometer per jam menjadi 108 kilometer per jam.
ADVERTISEMENT
Newman mengatakan bahwa hal ini pernah terjadi beberapa kali, yaitu pada 1988 dan 2002. Tapi, biasanya akibatnya tidak seekstrem ini.
"Tahun ini kita mendapat sedikit manfaat dari hal itu," imbuh Newman.