Kabar Baik! Seekor Bayi Elang Jawa Langka Berhasil Menetas, Ini Wujudnya

13 Maret 2022 9:37 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi elang Jawa. Foto: Nusantara Endemics/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi elang Jawa. Foto: Nusantara Endemics/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kabar gembira datang dari Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Seekor bayi Elang Jawa menetas tepat pukul 01.40 WIB tanggal 11 Maret 2022.
ADVERTISEMENT
Dalam akun instagramnya Kementerian LHK, mengatakan, tim dari Tim Keeper PSSEJ Taman Nasional Gunung Salak telah melakukan pemantauan terhadap proses pengeraman telur. Pemantauan dilakukan sejak 9 Maret 2022.
Tampak dalam video, pengeraman dilakukan di salah satu tempat penangkaran. Pengamatan dilakukan dengan CCTV selama 24 jam dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Kementerian LHK.
Bayi Elang Jawa ini menetas dari pasangan Rama (pejantan) dan Dygta (betina). Sang bayi betina yang dijuluki 'Sang Garuda Muda' ini dierami selama kurun waktu 50 hari.
Kementerian LHK berharap bertambahnya jumlah elang jawa ini dapat menambah jumlahnya yang kini kian menyusut di alam liar.
Bayi elang jawa di Gunung Gede Pangrango. Foto: Mukti (Kader Konservasi TNGGP)
"Semoga dengan bertambahnya satwa ini menjadi harapan bagi pelestarian satwa dilindungi, dan menjadi penyemangat para Rimbawan untuk terus berbakti kepada negeri," tulis akun Instagram Kementerian LHK.
ADVERTISEMENT
Bayi elang jawa ini selanjutnya akan dipantau dan dirawat. Setelah dinilai layak, sang garuda muda ini nantinya akan dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya di alam di langit Kawasan Gunung Halimun - Gunung Salak.

Elang jawa

Elang jawa, memiliki nama ilmiah Nisaetus bartelsi. Menurut catatan Organisasi konservasi dunia IUCN, elang jawa biasa ditemukan di Pulau Jawa Indonesia. Mereka hidup di petak-petak hutan yang kini kian menyusut.
Selain itu, populasinya juga diperkirakan berkisar antara 600-900 individu, kira-kira setara dengan 300-500 individu dewasa, berdasarkan rasio 1:1 dewasa terhadap burung remaja dan dewasa, sebagaimana dicatat dalam penelitian sebelumnya (B. van Balen in litt . 2012).
Ilustrasi bayi elang. Foto: Vladimirs Suscinskis/Shutterstock
Spesies ini menghadapi ancaman hilangnya habitat dan perdagangan. Pertumbuhan populasi manusia di Jawa membawa serta tekanan yang kuat pada sumber daya alam, salah satu aspeknya adalah pengurangan besar-besaran tutupan hutan, terutama di dataran rendah.
ADVERTISEMENT
Ancaman ini terus berlanjut dalam bentuk konversi menjadi pertanian, pembangunan dan kebakaran yang tidak terkendali, bahkan di dalam kawasan lindung (Nijman et al. 2009).
Karena jumlahnya yang sedikit IUCN memasukkannya ke dalam status Endangered atau hewan terancam punah. IUCN menyatakan populasi elang Jawa ini sangat sedikit dan kemungkinan akan terus berkurang akibat gangguan yang ada di habitat aslinya.
Selain kerusakan habitat, perdagangan juga menjadi ancaman nyata, yakni sekitar 30 hingga 40 ekor diperdagangkan dalam setahun.