Kapan CrossFit Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan? Ini Kata Dokter

21 Februari 2020 7:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suami Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair. Foto: Instagram / @ashrafsinclair
zoom-in-whitePerbesar
Suami Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair. Foto: Instagram / @ashrafsinclair
ADVERTISEMENT
Aktor sekaligus suami artis Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair, meninggal dunia usai terkena serangan jantung di usia 40 tahun pada Selasa (18/2) dini hari.
ADVERTISEMENT
Ini cukup mengejutkan karena Ashraf dikenal sebagai sosok yang rajin berolahraga, terutama CrossFit. Latihan kebugaran yang pertama kali populer di Amerika Serikat ini memang sudah digeluti mendiang Ashraf selama beberapa tahun belakangan.
CrossFit memang telah lama menjadi salah metode olahraga favorit penggemar latihan kebugaran selama hampir dua dekade. Metode CrossFit pertama kali diperkenalkan oleh Greg Glassman pada tahun 2000 lewat badan usaha CrossFit, Inc, yang berbasis di Amerika Serikat. Popularitas CrossFit yang kian menanjak sejak saat itu tak lepas dari kontroversi. Pakar kesehatan mengkritik metode latihan CrossFit yang disebut berisiko merusak otot.
Ilustrasi CrossFit. Sumber foto: Pixabay
Menurut dokter spesialis kedokteran olahraga, dr. Michael Triangto, Sp.KO, CrossFit secara sederhana merupakan pelatihan yang menggunakan gerakan biasa dalam kehidupan sehari-hari namun dilakukan dengan melampaui batas-batas kemampuan yang biasa.
ADVERTISEMENT
“Jadi, misalnya, orang biasa enggak ngangkat koper? Biasa kan. Ini (dalam CrossFit) yang diangkat adalah ban traktor, kan akan membutuhkan energi yang lebih besar dan kemampuan melihat bagaimana caranya mengangkat ini, memindahkan itu, seperti itu,” tutur dr. Michael, saat dihubungi kumparanSAINS, Kamis (20/2).
Selain gerakan mengangkat ban dalam ukuran raksasa, dr. Michael juga menyebut ada gerakan lain yang termasuk dalam CrossFit, seperti menarik tambang. Alih-alih menggunakan tambang yang berukuran biasa, semisal tambang jemuran, CrossFit menggunakan tambang pengikat kapal. Oleh karena itu, butuh bekal pengetahuan memadai sebelum memutuskan melakukan olahraga CrossFit.
Ilustrasi CrossFit. Sumber foto: Pixabay
“Dia harus mengenali gerakan-gerakan seperti apa. Mengetahui tingkat kemampuan dan kesehatan pada saat itu. Kalau dia tidak melakukan itu, ada kemungkinan dia mengalami cedera dan gangguan kesehatan yang lain,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT

Kapan CrossFit tak boleh dilakukan?

Satu hal yang sangat ditekankan bagi orang yang ingin melakukan CrossFit, yakni menilai kemampuan dan kondisi kesehatan sebelum berolahraga. Karena CrossFit tergolong olahraga anaerobik berintensitas berat, sedikit gerakan repetisi, dan waktu melakukannya sangat singkat.
Sedangkan bagi orang awam yang baru memulai berolahraga dan bertujuan mencari kesehatan, jenis latihan yang dianjurkan adalah gerakan aerobik. Latihan ini berintensitas ringan, berulang-ulang, dengan durasi latihan lebih panjang. Contoh olahraga aerobik antara lain jalan cepat, jogging, berenang, bersepeda, ataupun mendayung (rowing).
Ilustrasi lari jogging. Foto: Pixabay
“Kalau atlet saya itu no problem dia, dia bisa memang sudah terbiasa untuk memaksakan dirinya untuk berlatih untuk melampaui batas-batas kemampuannya. Sebab kalau dia tidak seperti itu, dia tidak akan maju, dia tidak akan menang, dia tidak akan mendapat medali dan uang,” lanjut dr. Michael.
ADVERTISEMENT
Selain tak dianjurkan bagi orang yang baru memulai olahraga, CrossFit juga sebaiknya dihindari, bahkan terlarang, bagi penderita penyakit berat, semisal diabetes atau memiliki riwayat penyakit jantung.
“Kalau tujuan atlet saya adalah prestasi, tentu tidak apa-apa dia berlatih melampaui batas-batas kemampuannya. Tapi kalau pasien saya yang tujuannya untuk meningkatkan kesehatannya, kenapa mau cari cedera? Kenapa mau cari nanti gangguan jantungnya? Berarti latihannya harus disesuaikan untuk kesehatan,” tuturnya.
Ilustrasi mendorong ban traktor. Sumber foto: Pixabay

Apakah wajib didampingi instruktur?

Dokter menyarankan setiap peserta CrossFit untuk latihan dengan selalu didampingi instruktur bersertifikat, terutama bagi yang belum terbiasa olahraga. Instruktur berperan penting untuk mengajarkan teknik-teknik khusus dalam CrossFit.
“Bahkan, penyelenggaranya itu harus membuat informed consent (lembar persetujuan) bahwa jika ada gangguan kesehatan dan terjadi risiko itu (semisal cedera), memungkinkan untuk dilakukan untuk terjadi, bilamana terjadi sesuatu itu bukan tanggung jawab kita. Kenapa? Di sini emosi dari masing-masing orang yang bermain di sana ‘Gue mesti bisa gue mesti bisa'. Harus dilarang tidak? Tapi tiap penyelenggara juga terhindar dari hal-hal yang terpaut dengan hukum,” ujar dr. Michael.
Ilustrasi tali tambang. Sumber foto: Pixabay

Tips aman melakukan CrossFit?

Untuk mencegah efek buruk dari CrossFit, dr. Michael membagikan beberapa tips yang perlu dipertimbangkan sebelum menggeluti jenis olahraga ini.
ADVERTISEMENT
Tujuan berolahraga ada tiga, prestasi, kesehatan, dan rekreasi. Kegiatan melatih fisik biasa untuk tujuan prestasi biasa dilakukan oleh para atlet. Wajar bila atlet menggeluti CrossFit, sebab sudah terbiasa melakukan olahraga berat.
Sedangkan dokter tak menganjurkan CrossFit untuk tujuan kesehatan, sebab tujuan tersebut paling baik dicapai dengan jenis olahraga berintensitas ringan seperti aerobik. Untuk tujuan rekreasi, olahraga yang bisa dipilih antara lain sepak bola, futsal, atau badminton.
Mengapa harus menilai kemampuan sendiri? Seperti diketahui, CrossFit melibatkan gerakan-gerakan ekstrem seperti mengangkat ban traktor. Tentu, seseorang harus memperhatikan kekuatan fisiknya sebelum melakukan hal itu. Kondisi kesehatan juga tak boleh disepelekan. Dokter menekankan, yang harus diperhatikan adalah kondisi kesehatan terkini.
ADVERTISEMENT
Semisal, seseorang pernah memiliki sertifikat sebagai pelatih CrossFit, lantas setelahnya beralih profesi dan tidak pernah lagi rutin latihan, maka jelas kemampuan fisiknya telah jauh menurun. Belum lagi faktor-faktor di luar itu, misalnya bertambahnya berat badan, stres, kurang tidur, dan tidak rutin medical check-up sehingga kondisi kesehatan terkini tidak dipantau.
“Jadi hanya orang yang benar-benar sehat yang boleh melakukan itu,” pungkasnya.