Kata Dokter soal Ivermectin Jadi Terapi Covid: Hati-hati Efek Sampingnya

29 Juni 2021 11:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:45 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi IVERMECTIN, obat cacingan yang disebut-sebut efektif mengatasi COVID-19.
 Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi IVERMECTIN, obat cacingan yang disebut-sebut efektif mengatasi COVID-19. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pro dan kontra mengenai penggunaan obat antiparasit Ivermectin sebagai terapi pada pasien COVID-19 terus terjadi hingga saat ini. Obat ini diklaim secara efektif menghambat proses replikasi virus dalam tubuh, meski penelitiannya masih terbatas.
ADVERTISEMENT
Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia Depok, dr Dewangga Gegap Gempita, isu obat ivermectin bisa digunakan untuk terapi COVID-19 muncul pasca-India diterjang gelombang COVID-19 kedua. Kala itu, salah satu obat yang digunakan India sebagai obat antiviral adalah ivermectin.
“Waktu terjadi serangan gelombang kedua corona di India, pemerintah India banyak memberikan ivermectin kepada pasien-pasien covid. Kita suka copy paste, melihat kejadian di negara mana dan menggunakan itu berhasil, kita coba-coba. Biasanya begitu,” kata dr Dewangga saat dihubungi kumparanSAINS, Senin (28/6).
Ivermectin Obat Terapi COVID-19? Foto: kumparan
Namun, hingga saat ini penelitian atau uji klinis mengenai efikasi obat ini di Indonesia masih tengah berjalan. Belum ada izin untuk penggunaan sebagai terapi COVID-19. Adapun izin yang dikantongi hanya sebagai obat cacing.
ADVERTISEMENT
Selain itu, baik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI) belum mengeluarkan pernyataan resmi bahwa ivermectin bisa digunakan sebagai obat atau preventif COVID-19.
Ditambah, Ivermectin merupakan obat keras yang penggunaannya membutuhkan resep dan pengawasan dari dokter. Dewangga mengatakan, obat ini tidak bisa dikonsumsi sembarangan dan harus berdasarkan rekomendasi dokter. Dengan begitu, masyarakat diharapkan tidak serta merta membeli obat ini karena beranggapan bisa jadi preventif COVID-19.
“Hati-hati, setiap obat itu pasti ada efek sampingnya. Nah, itulah yang saat ini diteliti, apakah efek samping yang ditimbulkan jauh lebih berbahaya dari manfaat yang didapatkan atau bagaimana,” katanya. “Jadi, jangan sampai terjadi panic buying karena ada statement seperti itu (bisa digunakan preventif COVID-19) sehingga mendorong masyarakat untuk membeli obat tersebut.”
Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko saat menggelar Rakor terkait PCR bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan. Foto: Dok. KSP
Sebelumnya, Ketua Umum Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI), Moeldoko, mengatakan bahwa pernyataan tentang penggunaan ivermectin yang berisiko sebenarnya tidak tepat. Bahkan, ia mengklaim telah sering mengkonsumsi ivermectin dan masih dalam keadaan sehat. Ia juga mengaku telah mengonsumsinya berkali-kali sebagai bentuk preventif terhadap COVID-19.
ADVERTISEMENT
Namun sekali lagi, dr Dewangga mewanti-wanti agar masyarakat tidak melakukan hal ceroboh dengan membeli dan mengonsumsi ivermectin tanpa rekomendasi dokter karena ivermectin termasuk obat keras.
“Sampai saat ini efek samping yang ditimbulkan masih belum diketahui, makanya beberapa organisasi profesi atau BPOM belum mengeluarkan pernyataan resmi. Kita itu biasanya menunggu pernyataan resmi supaya kita berbicara itu ada dasarnya,” tegasnya.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: