Kecerdasan Buatan Google Bisa Perbaiki Kesalahan Ahli Radiologi

5 Februari 2020 8:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Google. Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa
zoom-in-whitePerbesar
Logo Google. Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa
ADVERTISEMENT
Raksasa teknologi Google berhasil mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mendeteksi kanker payudara. Model AI ini digarap dua peneliti di Google Health, Daniel Tse dan Shravya Shetty, bersama sejumlah lembaga, yang diklaim mampu mengurangi kesalahan diagnosis hasil screening kanker payudara.
ADVERTISEMENT
Mamografi digital, sebagai metode screening kanker payudara paling umum, memang terkadang memberikan hasil yang tidak akurat. Mamografi dilakukan dengan pencitraan sinar-X pada payudara, dan kekeliruan kerap terjadi saat dokter membaca hasil pemindaian. Kesalahan semacam itu biasa disebut hasil negatif palsu dan positif palsu.
“Positif palsu adalah ketika seorang ahli atau spesialis menemukan tanda kanker pada gambar, padahal sebenarnya bukan kanker. Hal itu dapat berujung pada banyaknya pemeriksaan dan prosedur yang tidak perlu. Masalah lainnya yaitu negatif palsu, ketika seorang spesialis membaca gambar dan mengatakan tidak ada kanker, padahal faktanya ada,” ujar Daniel Tse, Product Manager Google Health, dalam sesi Roundtable Virtual dengan awak media di kantor Google Indonesia, Jakarta, Selasa (4/2).
Ilustrasi kanker payudara. Foto: Shutterstock
Tantangan tersebut yang berusaha dijawab teknologi AI besutan Google. Bermitra dengan sejumlah lembaga seperti DeepMind, Cancer Research UK Imperial Centre, Northwestern University, serta Royal Surrey County Hospital, tercipta seperangkat model AI untuk mendeteksi tanda-tanda kanker payudara lebih akurat daripada pembacaan manual oleh manusia.
ADVERTISEMENT
“Kami membangun teknologi yang tidak hanya bermanfaat di tempat kami tinggal, tapi juga di seluruh dunia. Khususnya tempat-tempat di mana mereka sedang memulai membentuk program screening yang sering kali memakan waktu dan prosesnya sangat mahal. Kami harap teknologi kecerdasan buatan kami dapat memberikan inovasi perawatan kesehatan terbaik untuk pasien di seluruh dunia,” lanjut Daniel.
Algoritma AI buatan Google ini dilaporkan memiliki hasil yang lebih akurat setelah diaplikasikan untuk membaca hasil mamografi 25.000 perempuan di Inggris dan lebih dari 3.000 perempuan di Amerika Serikat. Dalam evaluasi tersebut, sistem AI Google memperoleh hasil penurunan positif palsu sebesar 5,7 persen/1,2 persen dan penurunan negatif palsu sebesar 9,4 persen/2,7 persen.
Peneliti juga melakukan evaluasi pada set data terpisah untuk menguji apakah model ini dapat diterapkan secara lebih umum ke sistem perawatan kesehatan lainnya. Model AI itu dilatih menganalisis hanya data dari perempuan di Inggris, dan kemudian mengevaluasinya pada set data dari perempuan di AS. Dalam percobaan terpisah ini, ada penurunan positif palsu sebesar 3,5 persen dan penurunan negatif palsu sebesar 8,1 persen.
AI Google berhasil mendeteksi lesi kanker pada hasil mamografi pasien (ditandai dengan warna kuning), yang tidak terbaca oleh enam ahli radiologi. Foto: Jurnal Nature
Shravya Shetty selaku Senior Staff Software Engineer Google Health mencontohkan satu kasus kesalahan analisis hasil mamografi seorang pasien. Pada saat gambar pemindaian diperiksa, enam ahli radiologi yang terlibat mengatakan payudara pasien normal dan tidak ada tanda-tanda kanker. Namun, hasil pembacaan mesin dan algoritma AI menunjukkan hal sebaliknya. Terdapat lesi (bercak) yang dicurigai sebagai kanker.
ADVERTISEMENT
“Kami mencoba mengindikasikan bahwa teknologi kecerdasan buatan tidak hanya membantu soal akurasi, tetapi juga memperbaiki efisiensi alur kerja,” tutur Shravya.
Walau begitu, Shravya menekankan kehadiran teknologi kecerdasan buatan tidak akan menggantikan peran dokter. Keduanya justru bisa berjalan beriringan untuk menghasilkan diagnosis pasien yang lebih baik. Dalam penelitian tahap selanjutnya, hal ini bakal menjadi fokus, termasuk bagaimana model AI dapat tersedia dan digunakan oleh para dokter.