Kenapa Ada Hari Kabisat 29 Februari di Tahun Ini? Begini Penjelasannya

29 Februari 2024 15:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hari kabisat tanggal 29 Februari. Foto: MargJohnsonVA/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hari kabisat tanggal 29 Februari. Foto: MargJohnsonVA/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari Kamis ini bertepatan dengan tanggal 29 Februari 2024. Satu hari lebih panjang dibandingkan dengan Februari tahun sebelumnya yang hanya memiliki 28 hari ini.
ADVERTISEMENT
Ini karena 2024 merupakan tahun kabisat atau tahun yang jumlah harinya 366 hari dalam kalender Gregorian. Tahun kabisat terjadi setiap empat tahun sekali.
Nah, satu hari tambahan ini biasanya jatuh pada akhir bulan Februari. Itu sebabnya ada tanggal 29 Februari 2024, yang juga dikenal sebagai hari kabisat.

Kenapa Tahun Kabisat Bisa Terjadi?

Menurut NASA, tahun kabisat terjadi karena ada ketidaksesuaian antara tahun kalender dengan orbit Bumi.
Ilustrasi Bumi. Foto: NASA
Suatu planet (dalam hal ini Bumi) membutuhkan waktu satu tahun untuk mengorbit bintangnya (dalam hal ini Matahari) satu kali. Sementara itu, suatu planet memakan waktu sehari untuk menyelesaikan satu putaran pada porosnya.
Banyak dari kita mungkin berpendapat satu tahun berlangsung selama 365 hari. Padahal, Bumi membutuhkan waktu sekitar 365 hari dan 6 jam untuk mengorbit Matahari.
ADVERTISEMENT
Jadi tambahan 6 jam itu akan dibulatkan menjadi 24 jam atau satu hari setiap empat tahun. Karena 6 jam telah dikurangi dari 2021, 2022, dan 2023, maka kita harus mengganti total 24 jam atau satu hari itu pada 2024.
"Dibutuhkan sekitar 365,25 hari bagi Bumi untuk mengorbit Matahari —satu tahun Matahari," jelas NASA di situs web resminya, dikutip kumparanSAINS pada Kamis (29/2). "Kami biasanya membulatkan hari dalam satu tahun kalender menjadi 365."
Ilustrasi hari kabisat tanggal 29 Februari. Foto: Alekcey-Elena/Shutterstock
Dilansir National Geographic, ketidaksesuaian antara kalender manusia dan orbit Bumi dan Matahari sempat menyebabkan kekacauan selama berabad-abad. Bangsa kuno di Mesir, China, hingga Kekaisaran Romawi pernah berusaha mencari solusinya, tapi tidak ada yang berhasil —sampai Paus Gregorius XIII menerapkan kalender Gregorian dan sistem tahun kabisatnya.
ADVERTISEMENT
Tahun kabisat dianggap NASA penting agar tahun kalender cocok dengan tahun Matahari —jumlah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk melakukan perjalanan mengelilingi Matahari. Jika terus mengurangi 6 jam setiap tahun tiada henti tanpa ada pembulatan setiap empat tahun, maka bisa menyebabkan kekacauan waktu.
Contoh, Juli umumnya adalah bulan musim panas. Jika tidak ada tahun kabisat, semua jam yang hilang akan bertambah menjadi hari, minggu, dan bahkan bulan. Pada akhirnya dalam beberapa ratus tahun kemudian, Juli akan menjadi bulannya musim dingin.