Kenapa Ada Perokok Aktif yang Tidak Kena Kanker Paru?

5 Juni 2022 17:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dokter memeriksa sel kanker. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dokter memeriksa sel kanker. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Persentase penderita kanker paru dari kalangan perokok aktif memang tinggi, namun faktanya tidak semua perokok terkena penyakit kanker paru-paru.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Very Well Health, merokok bertanggung jawab setidaknya 80 persen dari kasus kanker paru yang ada. Dikutip dari Reuters, ‘hanya’ 15 persen dari keseluruhan perokok yang kemudian mengembangkan kanker paru-paru.
Sebuah studi mengungkap bahwa genetik memainkan perang penting dalam kasus ini. Pada beberapa manusia, sel yang ada di paru-paru lebih sulit untuk bermutasi, sehingga lebih kecil kemungkinan membentuk kanker.
Kanker adalah kasus sel tubuh yang tumbuh dengan tidak terkontrol dan ganas. Kerusakan DNA (mutasi) menjadi salah satu penyebab pemantik berubahnya sel normal menjadi sel kanker. Kerusakan DNA terjadi karena adanya error ketika sel membelah diri lalu menyebabkan mutasi, atau substansi korsinogenik seperti rokok juga dapat merusak DNA.
Penelitian yang terbit di Nature pada 11 April 2022 mengungkap bahwa beberapa orang memiliki gen reparasi DNA yang lebih aktif dibanding orang lain, sehingga dapat melindungi individu melawan potensi timbulnya sel kanker, meskipun individu tersebut adalah seorang perokok berat.
ADVERTISEMENT
Peneliti mengisolasi sel di bronkus (bagian dalam paru-paru) subjek, yang beberapa di antaranya adalah perokok. Kemudian DNA subjek diekstrak dan diuraikan keseluruhan genomnya. Dengan ini, peneliti dapat mengukur mutasi yang terjadi di genom DNA tersebut.
Hasilnya, frekuensi mutasi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan mutasi ini lebih tinggi lagi di kalangan perokok. Namun anehnya, perokok paling berat tidak mengalami mutasi paling tinggi, alias tidak linear.
Peneliti menambahkan bahwa risiko pembentukan kanker mendatar ketika seorang individu merokok satu bungkus setiap hari selama 23 tahun. Mendatar di sini artinya risiko seseorang terkena kanker ketika merokok akan meningkat seiring durasi. Setelah di titik tersebut, risiko kankernya tidak meningkat meski individu tetap merokok.
"Data kami menunjukkan bahwa orang-orang ini mungkin bertahan begitu lama meskipun mereka perokok berat karena mereka berhasil menekan akumulasi mutasi lebih lanjut. Penurunan mutasi ini dapat berasal dari orang-orang ini yang memiliki sistem yang sangat mahir untuk memperbaiki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok," tangkas Spivack.
Ruang Merokok di Perusahaan Jepang. Foto: AP Photo/Koji Sasahara
Hal ini menjelaskan mengapa tidak semua perokok tidak mengembangkan kanker, khususnya kanker paru-paru. Gen tersebut—yang memiliki kemampuan memperbaiki DNA lebih baik—bisa saja merupakan hasil keturunan.
ADVERTISEMENT
Selain faktor genetik, ada juga pola diet seperti vitamin B6 dan beberapa jenis protein yang dapat menurunkan risiko kanker paru-paru.
Pemahaman soal gen ini masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, belum diketahui sebanyak apa gen ini, dan bagaimana ia bekerja.
Meski ada faktor yang menurunkan risiko terkena kanker paru-paru, bukan berarti perokok akan 100 persen sehat, atau sama sehatnya dengan non-perokok. Jangan lupa masih ada jenis kanker lain, ataupun penyakit kronis yang masih menghantui perokok.