Kenapa Ada Perokok Berat yang Lolos dari Kanker Paru-paru? Ini Penjelasannya

13 April 2022 14:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rontgen paru-paru. Foto: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rontgen paru-paru. Foto: Shutterstock.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan berhasil menemukan alasan di balik kenapa beberapa perokok berat bisa lolos dari penyakit mematikan kanker paru-paru.
ADVERTISEMENT
Sebelum masuk ke pembahasan, patut diketahui bahwa merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Ini bisa meningkatkan serangkaian penyakit seperti jantung, diabetes, dan stroke. Merokok juga bisa menyebabkan kanker paru-paru dan tenggorokan.
Namun, prevalensi perokok yang terkena kanker cukup rendah, hanya 10 hingga 20 persen perokok berat yang terkena kanker paru. Sementara sisanya, berhasil lolos dari cengkeraman penyakit mematikan tersebut.
Faktanya, menurut peneliti kemampuan beberapa perokok yang berhasil menghindari kanker paru-paru bukan sekadar masalah keberuntungan belaka, ada penjelasan ilmiah di balik itu semua.
Dalam studi baru yang dilaporkan di jurnal Nature Genetics, para ilmuwan di Albert Einstein College of Medicine di New York, mengatakan bahwa kemungkinan beberapa perokok memiliki mekanisme atau ketahanan tubuh kuat yang membantu membatasi mutasi di paru-paru dan melindungi mereka dari kanker paru.
Ilustrasi oksigen dalam tubuh. Foto: Shutter Stock
Sebelumnya, peneliti juga pernah bilang kalau merokok menyebabkan kanker paru-paru dengan memicu mutasi DNA pada sel paru-paru normal. Hal ini ternyata benar adanya, mereka menemukan lebih banyak mutasi pada sel paru-paru perokok ketimbang dengan orang yang tidak merokok.
ADVERTISEMENT
Mereka percaya, tubuh perokok memiliki semacam sistem untuk memperbaiki kerusakan DNA atau asap detoksifikasi agar tidak menyebabkan mutasi. Kendati perlu lebih banyak bukti untuk mengkonfirmasi temuan ini.
"Perokok terberat tidak memiliki beban mutasi tertinggi," kata Dr Simon Spivack, penulis senior studi dan profesor kedokteran, epidemiologi, kesehatan populasi, dan genetika di Albert Einstein College of Medicine, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip IFL Science.
Ilustrasi rokok. Foto: REUTERS/Eric Gaillard
Untuk menemukan simpulan ini, para peneliti melakukannya dengan teknik yang disebut amplifikasi perpindahan berganda sel tunggal yang dapat memberikan gambaran akurat tentang mutasi seseorang.
Teknik ini digunakan pada sel epitel paru yang dikumpulkan dari 14 orang yang tak pernah merokok berusia 11 hingga 86 tahun dan 19 perokok berusia 44 hingga 81 tahun dengan konsumsi rokok bervariasi. Jika temuan mereka benar, ini bisa menawarkan bagi peneliti untuk mendeteksi risiko dini kanker paru-paru.
ADVERTISEMENT
“Kami sekarang ingin mengembangkan tes baru yang dapat mengukur kapasitas seseorang untuk perbaikan DNA atau detoksifikasi, yang dapat menawarkan cara baru untuk menilai risiko seseorang terkena kanker paru-paru,” jelas Dr Spivack .
"Ini mungkin terbukti menjadi langkah penting menuju pencegahan dan deteksi dini risiko kanker paru-paru dan jauh dari upaya besar saat ini yang diperlukan untuk memerangi penyakit stadium akhir, di mana sebagian besar pengeluaran kesehatan dan kesengsaraan terjadi."