Kenapa Jamur dan Bakteri Pengurai Selalu Muncul di Tubuh Mayat Manusia?

15 Februari 2024 9:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mayat anak-anak. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mayat anak-anak. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Studi baru menemukan hubungan aneh antara mayat manusia dengan bakteri dan jamur pengurai yang jarang ditemukan di lingkungan, tapi selalu berkumpul saat tubuh orang yang membusuk. Mereka selalu muncul di seluruh tubuh mayat manusia, tidak terpengaruh oleh lingkungan, iklim, dan cuaca.
ADVERTISEMENT
Menurut ahli entomologi forensik, dr. Devin Finaughty, mikroba ini diketahui berguna untuk memecah mayat dan merupakan bagian dari ekosistem dekomposisi. Mereka berkontribusi pada proses daur ulang untuk mencegah kita kelebihan mayat di lingkungan.
“Dekomposisi secara teknis didefinisikan sebagai konsumsi bahan organik oleh organisme lain,” ujar Finaughty, yang tidak terlibat dalam studi baru ini.
“Sistem pembusukan membuat mayat menjadi sumber daya, dan dalam hal ini menjadikan makanan (bagi organisme lain), namun banyak organisme juga akan menggunakannya sebagai tempat berkembang biak dan sebagai tempat berlindung.”
Meski terdengar sedikit mengerikan, ini merupakan bagian penting dalam kehidupan karena daur ulang benda mati (seperti mayat manusia) merupakan salah satu sumber penggerak fungsi ekosistem inti seperti produksi tanaman dan respirasi tanah.
ADVERTISEMENT
“Kita tahu bahwa jaringan mikroba merupakan unsur penting dalam terjadinya dekomposisis, namun ekologi sebenarnya masih belum jelas, mengaburkan kemampuan kita untuk secara akurat memahami dan memodelkan fungsi ekosistem, ketahanan dan biogeokimia karbon serta jumlah nutrisi,” papar peneliti.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang bagaimana komunitas mikroba pengurai muncul dan berkumpul, tim peneliti mengubur 36 mayat manusia yang sudah mendapat izin digunakan untuk ilmu pengetahuan. Situs pemakaman tersebut mencakup tiga lokasi dan kondisi lingkungan berbeda, serta mencakup empat musim di mana peneliti mengambil sampel kulit dan tanah di sekitarnya selama 21 hari postmortem.
Hasilnya, mereka menemukan kumpulan mikroba yang muncul di 36 mayat tersebut, terlepas di mana mereka dikubur atau jam berapa mereka dimakamkan. Kelompok mikroba ini juga ditemukan di lingkungan non-dekomposisis yang menunjukkan bahwa mereka hanya akan berkumpul saat ada sisa daging yang membusuk, baik manusia maupun hewan.
ADVERTISEMENT
Mengenai bagaimana kelompok mikroba ini berkumpul, penulis berpendapat bahwa serangga mungkin berperan dalam mengangkut jamur dan bakteri dari satu hewan yang membusuk ke hewan berikutnya.
Ilmuwan sebut riset ini akan berguna bagi peneliti karena memiliki implikasi penting buat ilmu forensik dalam menentukan waktu kematian. Selain itu, studi ini juga berguna untuk memperkirakan secara akurat berapa lama tubuh itu sudah menjadi mayat.