Kenapa Kasus Corona di Indonesia Tak Kunjung Turun? Ini Kata Juru Wabah

12 September 2020 15:35 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melakukan donor darah di kantor PMI DKI Jakarta di tengah wabah corona. Foto: Dok. PMI
zoom-in-whitePerbesar
Warga melakukan donor darah di kantor PMI DKI Jakarta di tengah wabah corona. Foto: Dok. PMI
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, kasus virus corona di Indonesia masih terus bertambah. Alih-alih menurun, jumlah kasus harian justru semakin tinggi, bahkan sudah menyentuh angka 3.000 kasus per hari.
ADVERTISEMENT
Padahal, selama enam bulan ini pemerintah telah menerapkan serangkaian peraturan untuk menekan laju penyebaran virus corona, salah satunya dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun faktanya, penularan masih terjadi di sejumlah daerah, terutama Jakarta yang mengalami kenaikan kasus dan kini kembali memperketat pengawasan dengan PSBB total.
Menurut Iwan Ariawan, ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), ada faktor penting yang menyebabkan kenapa penyebaran corona di Indonesia tak kunjung turun. Pada dasarnya, penyebaran dan penularan COVID-19 itu mengikuti pergerakan dan kerumunan orang.
“Pada saat PSBB ketat, penularan dapat dicegah dengan berkurangnya pergerakan dan kerumunan orang. Namun setelah PSBB dilonggarkan, seharusnya protokol kesehatan dilakukan dengan cakupan tinggi, hingga 85 persen,” ujar Iwan saat dihubungi kumparanSAINS, Sabtu (12/9).
Swab test virus corona para prajurit di Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat (Secapa) TNI AD. Foto: Dispen TNI AD

Faktor lain masih kenapa kasus corona di Indonesia terus meningkat

Selain protokol kesehatan yang tak boleh kendor, kata Iwan, tes COVID-19, lacak, dan isolasi juga harus dilakukan dengan rasio lacak paling tidak 1 banding 10. Tindakan pencegahan yang tidak dilakukan dengan baik saat PSBB juga menjadi faktor kenapa kasus corona di Indonesia terus meningkat.
ADVERTISEMENT
“Analisis kami menunjukkan, PSBB bermanfaat untuk mengurangi penularan COVID-19. Tetapi protokol kesehatan dan tes-lacak-isolasi tidak terlihat manfaatnya karena cakupan masih rendah dan tidak dilakukan secara konsisten,” katanya.
Terlebih, persepsi risiko tentang bahaya penularan virus corona di masyarakat juga masih rendah, di mana masih banyak orang yang merasa tidak akan mungkin tertular corona sehingga abai terhadap protokol kesehatan. Oleh karena itu, harus ada komunikasi risiko yang baik dan tepat sasaran dari pemerintah kepada masyarakat.
“Saya tekankan sistem tes-lacak-isolasi harus diperbaiki dan dipantau rutin. Strategi komunikasi harus sesuai dengan kelompok masyarakat sasarannya. Pesan yang disampaikan oleh para aparat harus sejalan. Saat ini, sering pesannya tidak sejalan sehingga masyarakat bingung,” ungkap Iwan.
ADVERTISEMENT