Kenapa Laut Dalam Selalu Didominasi Makhluk Raksasa?

13 Mei 2022 15:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cumi-cumi raksasa di Selandia Baru. Foto: Facebook/OCEAN HUNTER Spearfishing & Freediving Specialists
zoom-in-whitePerbesar
Cumi-cumi raksasa di Selandia Baru. Foto: Facebook/OCEAN HUNTER Spearfishing & Freediving Specialists
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi fakta umum bahwa makhluk penghuni laut dalam kebanyakan memiliki ukuran yang tidak biasa. Ternyata ada penjelasan menarik di balik hal itu.
ADVERTISEMENT
Kita sering melihat di media sosial postingan hewan laut dalam dengan ukurannya yang raksasa. Mulai dari Hiu Greenland, cumi-cumi raksasa, laba-laba laut raksasa, dan ubur-ubur raksasa. Fenomena ini memang umum dari lintas takson spesies. Namun kebanyakan gigantisme didominasi oleh hewan tak bertulang punggung atau invertebrata.
Ubur-ubur hantu raksasa. Foto: Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI)
Ada beberapa alasan yang mendukung hewan penghuni laut gelap dan dalam memperoleh ukuran raksasa. Disamping faktor di bawah ini, masih banyak hipotesis lain yang sedang diperdebatkan.
Pertama, sumber makanan sangat langka di laut dalam, dibandingkan dengan area dangkal atau bahkan dataran. Dilansir dari Live Science, ukuran tubuh yang besar memungkinkan hewan bergerak lebih cepat dan lebih jauh untuk mencari makanan.
Tidak hanya itu, ukuran yang besar juga memiliki keunggulan lain berupa metabolisme yang efisien dan penyimpan makanan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Alasan kedua adalah suhu yang sangat dingin menyebabkan metabolisme hewan bertubuh besar berjalanan lebih lambat. Oleh karena itu, hewan di kedalaman tumbuh dan dewasa dengan kecepatan yang sangat lambat.
Contohnya adalah Hiu Greenland. Per tahun, spesies ini tumbuh hanya sebesar 1 cm, dan tidak mencapai kematangan seksual sampai umur 150 tahun. Maksimal hiu Greenland tumbuh sampai berat 1,5 ton dan panjang 7,3 meter.
Hal ini tentu ada sisi negatifnya. Lamanya usia dewasa membuat tingkat perkembang biakan sangat lambat menjadikannya hewan rentan. Saat ini Hiu Greenland masuk kategori ‘near threatened’ atau hampir terancam oleh IUCN Red List.
Penampakan Hiu Greenland terdampar di Cornwall, Inggris. Foto: Cornwall Marine Pathology Team
Selain itu ada alasan minor lain. Di kedalaman laut kompetisi antar spesies sangat jarang dan tidak adanya predator mendukung hewan tumbuh sangat lama dan mencapai ukuran yang besar
ADVERTISEMENT

Ukuran raksasa, tempat tinggal di kutub, dan kandungan oksigen.

Sebelum eksplorasi laut secanggih sekarang, ilmuwan hanya tahu bahwa hewan laut tinggal di laut sekitar kutub selatan, dan sering berenang di air yang lebih dangkal. Ada hal khusus kenapa hewan laut dalam ini dapat berenang di air yang lebih dangkal di sekitar area kutub.
"Mungkin ada sesuatu tentang Antartika yang memungkinkan (spesies raksasa) hidup lebih dekat ke permukaan," ujar Art Woods, seorang ahli ekofisiologi yang telah mempelajari gigantisme kutub dan seorang profesor di Universitas Montana di Missoula, kepada Live Science.
Woods menyatakan bahwa gigantisme di Antartika dapat dikaitkan dengan pasokan oksigen di perairan dingin yang mengelilingi benua beku.
Air di kutub memiliki konsentrasi oksigen yag tinggi, namun seperti yang sudah dijelaskan bahwa makhluk raksasa laut memiliki metabolisme lambat sehingga hanya membutuhkan oksigen yang rendah.
ADVERTISEMENT
Woods menjelaskan bahwa suplai oksigen di air kutub yang melimpah jauh melebihi kebutuhan oksigen hewan, ada kemungkinan hambatan pertumbuhan tersebut hilang. Lingkungan "memungkinkan mereka untuk mengembangkan ukuran tubuh dan ukuran jaringan yang lebih besar tanpa menderita kekurangan oksigen," katanya.
Sementara pasokan oksigen yang kaya tidak serta merta mendorong makhluk laut menjadi besar, kemungkinan memungkinkan untuk itu, katanya.
Laba-laba laut raksasa. Foto: Andrey Armyagov/Shutterstock
Terlihat memang ada hubungan antara konsumsi oksigen dan tingkat pertumbuhan hewan raksasa laut. Pada penelitian yang dipublikasikan tahun 2017, Woods dan kolega meneliti hubungan kandungan oksigen laba-laba laut raksasa dengan pertumbuhannya.
Mereka menemukan bahwa laba-laba laut yang sudah besar memiliki tingkat oksigen yang lebih rendah di tubuhnya. Metabolisme aerobic membutuhkan suplai oksigen, dan jika oksigen terlalu sedikit maka hewan akan menderita kelangkaan oksigen. Melalui penelitian ini, peneliti menemukan indikasi bahwa keseimbangan antara suplai dan permintaan oksigen bergeser di laba-laba laut.
ADVERTISEMENT
"Anda bayangkan mereka bisa mencapai ukuran di mana mereka tidak bisa mendapatkan cukup oksigen," kata Woods. "Yang lebih besar mulai menabrak batas."