Kenapa Lockdown Bisa Hentikan Penyebaran Virus Corona?

4 April 2020 9:02 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota polisi berjaga di perbatasan di Ciudad Juarez, Meksiko. Foto: REUTERS/Jose Luis Gonzalez
zoom-in-whitePerbesar
Anggota polisi berjaga di perbatasan di Ciudad Juarez, Meksiko. Foto: REUTERS/Jose Luis Gonzalez
ADVERTISEMENT
Pada saat ini, banyak negara di dunia seperti Inggris, Amerika Serikat (AS), India, dan China, memberlakukan "lockdown" atau karantina wilayah. Mereka menutup semua akses fasilitas umum, mulai dari restoran, toko, sekolah, mall, dan pusat-pusat keramaian lainnya.
ADVERTISEMENT
Warga negara pun diharuskan atau setidaknya dituntut keras agar tetap berada di dalam rumah masing-masing. Tujuannya demi menghentikan penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 yang sekarang telah menjadi pandemi.
Bukan hanya warga dan pemerintah yang berusaha menghentikan wabah ini, para peneliti di seluruh dunia juga sedang berlomba menemukan vaksin dan perawatan yang tepat untuk virus corona. Paling cepat, vaksin dan obat bisa ditemukan dalam waktu 12 hingga 18 bulan ke depan.
Sampai saat itu tiba, pembatasan sosial yang ekstrem adalah satu-satunya intervensi yang tersedia untuk membantu individu tetap sehat, sekaligus memutus rantai penularan. Kebijakan ini juga akan memberi kesempatan lebih banyak dampak positif kepada populasi rentan untuk selamat dari pandemi.
ADVERTISEMENT
Jika kamu penasaran mengapa lockdown atau karantina wilayah adalah langkah paling efektif, dan mengapa sangat penting bagi orang-orang muda untuk tetap tinggal di rumah, cukup bijak untuk memahami alasan ilmiah dan perhitungan matematikanya.
Jalan KHZ Mustafa di Kota Tasikmalaya yang sepi saat lockdown. Foto: Dok.istimewa

Tujuannya adalah R<1

Tujuan dari lockdown, menurut sebuah studi terbaru dari tim tanggap pandemi COVID-19 di Imperial College London, adalah untuk mengurangi Reproduksi (R) virus. Bisa dikatakan juga langkah ini untuk mengurangi jumlah orang yang terinfeksi oleh setiap kasus yang dikonfirmasi.
Mengurangi reproduksi virus berarti juga menetapkan "R" berada di bawah satu (R<1), dengan menjaga angka rata-rata penularan dari setiap kasus tetap kurang dari satu orang.
Dinyatakan oleh para penulis penelitian, ada dua cara untuk mendapatkan hasil R<1 itu:
ADVERTISEMENT
Siapa pun memang tidak akan senang merasakan kesulitan beraktivitas akibat lockdown. Langkah ini juga turut berpengaruh buruk terhadap pekerjaan banyak orang. Akan tetapi, tanpa lockdown dan social distancing, kita sama saja membiarkan kemungkinan kematian puncak pandemi untuk terjadi dalam waktu sekitar tiga bulan.
ADVERTISEMENT
Dalam skenario tanpa lockdown dan social distancing, 81 persen populasi di Inggris dan AS akan terinfeksi, dengan 510.000 orang akan meninggal di Inggris dan 2,2 juta orang meninggal di AS.
Proyeksi angka kematian terkait COVID-19 di Inggris dan AS tanpa lockdown dan physical distancing. Foto: Dok. Imperial College London
Di lain sisi, penerapan isolasi terhadap ODP, lockdown nasional, dan social distancing oleh seluruh populasi akan mengurangi dua per tiga calon PDP (Pasien Dalam Pantauan) dan mengurangi separuh jumlah kematian akibat COVID-19. Langkah ini pun akan membawa kita untuk lebih dekat dengan tujuan R<1. Setidaknya, tiga minggu setelah intervensi diterapkan, angka pasien baru tidak akan bertambah banyak.
Perbandingan dampak physical distancing atau lockdown terhadap jumlah ruang unit gawat darurat rumah sakit di Inggris Raya. Foto: Dok. Imperial College London

Apakah Lockdown Telah Memberikan Hasil?

Mulai 23 Januari 2020, pemerintah China mengkarantina wilayah Provinsi Hubei, termasuk Wuhan, kota berpopulasi 11 juta jiwa dan tempat wabah dimulai. Mereka menghentikan semua transportasi yang masuk dan keluar wilayah tersebut, melarang puluhan juta orang bekerja atau pergi ke sekolah, dan menutup semua toko, kecuali yang menjual makanan atau obat-obatan. Di beberapa daerah, penduduk bahkan dipaksa membatasi perjalanan berbelanja, pemesanan dan pengiriman, serta persediaan juga dibatasi.
ADVERTISEMENT
Lockdown terhadap puluhan juta orang itu, yang belum pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya, dianggap sebagai "percobaan besar" yang memberikan hasil bagus. Setelah dikunci, penyebaran kasus mulai melambat. Pada 19 Maret 2020, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan tidak ada lagi infeksi baru yang dikonfirmasi di Hubei.
Salah satu jalan yang diblokir oleh polisi untuk membatasi orang yang meninggalkan Wuhan di provinsi Hubei, China. Foto: AFP/Hector RETAMAL
Italia dan Spanyol juga telah berada dalam status lockdown nasional yang serupa, yang dimulai dari 9 hingga 15 Maret. Masing-masing warga negara diharuskan untuk tetap berada di rumah mereka, kecuali untuk bekerja, berbelanja makanan, atau jadwal medis.
Di bagian wilayah Italia, seperti di Lodi di mana lockdown telah dimulai sejak 23 Februari, angka kasus baru terkait COVID-19 bahkan telah menurun dengan grafik kurva yang mulai mendatar.
ADVERTISEMENT
Minggu ini, baik Italia dan Spanyol, memang melaporkan peningkatan terbesar secara harian dalam angka kematian terkait COVID-19. Tetapi, jika model lockdown-nya sudah benar, secara hipotesis dan kenyataan, maka puncak akhirnya sudah dekat.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!