Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Kamis (24/2) dini hari waktu setempat, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan armada militer negaranya untuk menginvasi Ukraina. CNN melaporkan bahwa Rusia sudah masuk wilayah Ukraina, dan melancarkan serangan darat dan udara di berbagai wilayah, ditambah serangan siber yang menargetkan bank dan situs pemerintah Ukraina.
ADVERTISEMENT
Sebagian dari masyarakat awam mungkin bertanya alasan apa yang mendorong Rusia untuk mengambil keputusan riskan ini. KumparanSAINS merangkum beberapa poin untuk menjadi pondasi pemahaman konteks eskalasi konflik yang bakal menjadi salah satu catatan sejarah terbesar abad 21 ini.
Rusia Khawatir Ukraina Gabung NATO
Dilansir dari BBC, alasan utama Putin memulai konflik bersenjata ini adalah kekhawatiran Rusia jika Ukraina bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Secara singkat, NATO adalah aliansi militer dari 27 negara Eropa, ditambah AS dan Kanada.
Sejak dibentuk pada 1949, semakin banyak negara Eropa yang bergabung dengan NATO. Rumania, Lituania, Latvia dan Estonia adalah beberapa negara Eropa yang bergabung dengan NATO serempak pada 2004. Posisi geografis meraka cukup dekat dengan Rusia, sehingga ada kekhawatiran keamanan bagi Kremlin.
ADVERTISEMENT
Sementara Ukraina, yang berbatasan langsung dengan Rusia, adalah “negara mitra”, yang bisa kapan saja bergabung dengan NATO.
Putin dilaporkan mengeklaim bahwa Barat menggunakan aliansi untuk menekan batas di Rusia, dan dia ingin NATO menghentikan aktivitas militernya di Eropa timur.
Serangan ini bukanlah deklarasi perang terhadap NATO, tapi manifestasi dari upaya Rusia mengamankan posisinya di masa depan.
“Putin tidak akan menyerang NATO. Dia hanya ingin menjadikan Ukraina menjadi sebuah negara bawahan (vassal state) seperti Belarusia," kata seorang petinggi militer Inggris, seperti dikutip BBC.
Ketika isu Rusia akan menginvasi Ukraina naik beberapa minggu lalu, ada negosiasi yang disponsori oleh negara-negara NATO. Rusia merespons tidak akan melancarkan aksi militer ke Ukraina jika permintaannya dikabulkan, salah satunya ialah NATO tidak akan menambahkan anggota baru, khususnya Ukraina.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Rusia juga meminta NATO tidak menempatkan tentara-tentaranya di sekitar Rusia, khususnya di negara-negara Eropa Timur yang gabung NATO setelah tahun 1997. NATO tampaknya mencoba mencari alternatif lain karena tidak bisa menerima permintaan Rusia ini.
Jelas isu keamanan dan geopolitik memprakarsai keputusan Kremlin untuk melumpuhkan kekuatan di Ukraina.
Kesamaan Kultur Jadi Motivasi Rusia Caplok Ukraina
Alasan lain yang memotivasi Putin untuk mencaplok Ukraina adalah kesamaan kultur. Berdasarkan tulisannya di situs web Kepresidenan Rusia, Putin mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina adalah “satu orang”, dan pemisahan Rusia dengan Ukraina adalah “kesalahan yang diperbuat di periode waktu yang berbeda”. Putin membawa narasi sejarah bahwa Ukraina dan Rusia memiliki akar yang sama, yakni Ancient Rus.
ADVERTISEMENT
Ukraina, bersama dengan negara lain seperti Lituania, Latvia, dan Estonia (yang sudah gabung NATO), serta dengan Rusia pernah berada di bawah payung Soviet.
Putin menekankan bahwa keberadaan Ukraina sangat signifikan untuk keberadaan Uni Soviet. Kerajaan Kiev, yang menjadi cikal bakal Uni Soviet, berpusat di wilayah Ukraina saat ini.
“Spiritualitas kita, ikatan peradaban dan manusia terbentuk selama berabad-abad dan memiliki akar yang sama, mereka sudah ditempa oleh cobaan, pencapaian, dan kemenangan,” lanjut Putin.
Di tulisan yang sama, Putin mengatakan bahwa Rusia “menghormati” keinginan Ukraina untuk melihat negara mereka bebas, aman dan sejahtera.