Kenapa Umur Pria Lebih Pendek dari Wanita? Ini Salah Satu Alasannya

18 Juli 2022 11:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pria Fokus Menggunakan Handphone Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pria Fokus Menggunakan Handphone Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka harapan hidup pria Indonesia pada 2021 adalah 69,67 tahun, sementara wanita mencapai 73,55. Lelaki hidup lebih singkat dari wanita tidak hanya kasus di Indonesi tapi juga dunia. Dan mungkin terus mencari tahu penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Kromosom Y pada pria mungkin menjadi salah satu faktor krusial atas ketimpangan umur ini. Kromosom adalah pita DNA yang terdapat pada nukleus sel tubuh. Pria memiliki kromosom X dan Y, sementara wanita memiliki dua kromosom X.
Keberadaan kromosom Y di tubuh pria ternyata memiliki efek samping. Kromosom Y memudar seiring seorang pria menua, dan berdampak kepada kesehatan.
Sebelumnya sudah ditemukan indikasi bahwa berkurangnya kromosom Y di sel tubuh pria berkaitan dengan penyakit usia seperti kanker dan Alzheimer. Tapi, belum diketahui bagaimana hilangnya kromosom Y ini secara langsung menyebabkan pepenyakit.
Tim peneliti yang dipimpin Kenneth Walsh dari Internal Medicine, University of Virginia, ingin menjawab pertanyaan ini. Hasil studinya yang dipublikasikan di jurnal Science pada 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa memudarkan kromosom X di sel tubuh pria secara langsung terlibat ke resiko gagal jantung dan fibrosis jantung.
ADVERTISEMENT
Walsh dan kolega pertama meneliti efek dari menghilangnya kromosom Y pada sel darah putih tikus jantan. Sel darah putih dipilih karena prevalensi tinggi atas hilangnya kromosom Y.
Tikus dengan kromosom Y yang memudar tidak langsung mendapat efek samping, namun menua lebih cepat. Tikus-tikus dengan kromosom Y yang memudar ini kemudian mati lebih lebih cepat dibandingkan tikus dengan kromosom Y masih utuh.
Ilustrasi kromosom. Foto: ustas7777777/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ada luka di jantung yang biasa disebut cardiac fibroris ditemukan di jantung tikus yang mati muda, lengkap dengan fungsi jantung yang masih melemah. Kabar baiknya, luka ini dapat disembuhkan dengan obat dan dapat mengembalikan fungsi jantung.
Peneliti juga melihat gejala ini pada manusia. Mereka mengumpulkan data kesehatan di UK Biobank mencakup 500,000 partisipan.
Pria yang kehilangan 40 persen kromosom Y di sel darah putih memiliki risiko 31 persen meninggal akibat penyakit kardiovaskular, dan risiko hingga tiga kali lipat meninggal akibat gagal jantung, dibandingkan dengan pria yang belum mengalami kehilangan kromosom Y.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa hilangnya kromosom Y dapat secara langsung berkontribusi pada penyakit terkait usia seperti penyakit jantung melalui jaringan parut,” ungkap Walsh.
ADVERTISEMENT
“Kami percaya bahwa pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kromosom Y dapat berkontribusi pada penyakit terkait usia, dan kemungkinan proses penuaan itu sendiri, dapat mengarah pada cara untuk menyaring dan mencegah jaringan parut berlebihan yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular.”
Ilustrasi penyakit jantung. Foto: Thinkstock
Walsh juga mengungkapkan bahwa tikus yang mati muda juga memiliki luka di ginjal dan paru-paru. Diperlukan penelitian tambahan untuk memahami bagaimana hilangnya kromosom Y ini juga mempengaruhi organ lain.
“Kami sedang mencari gen spesifik yang hilang dengan kromosom Y yang mungkin bertanggung jawab atas efek penyebab penyakit dari hilangnya kromosom Y. Informasi ini dapat membantu kami menganalisis dengan lebih baik secara tepat bagaimana hilangnya kromosom Y dapat menyebabkan penyakit dan membantu dalam pengembangan perawatan untuk itu."
ADVERTISEMENT
Kromosom berkurang terjadi di sel tubuh, namun ini tidak mempengaruhi kromosom di sel reproduksi sehingga berkurangnya kromosom Y tidak diwariskan.