Kepunahan Lemur Akan Berdampak Besar bagi Manusia

6 Februari 2019 9:08 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lemur Foto: Gerhard mauracher via Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lemur Foto: Gerhard mauracher via Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Lemur, hewan asli Madagaskar ini, tengah di ambang kepunahan. Sayangnya, manusia terlalu abai dan tidak sadar bahwa di balik kelucuannya, lemur ternyata banyak kesamaan gen dengan manusia. Kendati secara taksonomi lemur memang tidak sedekat simpanse (dalam hubungannya dengan manusia), tetapi mereka dan kita masih terikat dalam ordo yang sama, yakni primata. Lemur tikus, misalnya, dapat dibilang merupakan sepupu terkecil manusia. Dalam ihwal penyakit yang diidap, lemur dan manusia memiliki kesamaan kondisi. "Mereka mendapatkan beberapa penyakit yang sama dengan yang kita dapatkan. Mereka dapat mengidap Alzheimer, diabetes, mereka dapat mengalami obesitas," kata antropolog Dr. Patricia Wright dari Stony Brook University di New York, Amerika Serikat, sebagaimana dikutip dari CNBC News. Oleh karena itu, para ilmuwan percaya eksistensi lemur memegang kunci penting terhadap nasib manusia. Kepunahan mereka akan turut mengancam kehidupan kita.
Lemur ekor cincin, spesies King Julien. Foto: Mathias Appel via Flickr
ADVERTISEMENT
Sebagai contohnya, rata-rata hidup lemur yang mencapai 20 tahun memungkinkan para ilmuwan untuk membangun bank data genetik yang lebih akurat ketimbang penelitian terhadap tikus. "Banyak percobaan soal kesehatan manusia yang dilakukan pada tikus; tikus (sebetulnya) tidak berhubungan (dekat secara taksonomi) dengan manusia dan mereka hanya hidup selama dua tahun jadi kita tidak mungkin mempelajari beberapa penyakit jangka panjang," lanjut Wright yang telah mempelajari lemur selama lebih dari 30 tahun. Kondisinya menjadi memprihatikan pada saat ini, lantaran hampir semua lemur berada di Madagaskar dan mereka saat ini sedang berjuang melawan ganasnya perubahan iklim.
Dwarf lemur jenis baru di Madagaskar. Foto: Edward E. Louis, Jr
Jumlah bayi lemur yang mampu bertahan lebih dari enam bulan telah turun dari 70 persen menjadi 47 persen hanya dalam kurun waktu tiga tahun saja, seperti dilansir CBS News. Bahkan sekarang lemur menghadapi ancaman baru akibat cuaca ekstrem yang tengah melanda di Madagaskar. Dalam beberapa tahun terakhir, pulau ini telah dihantam oleh topan yang luar biasa kuat, kekeringan parah, dan kemudian hujan lebat. "Madagaskar ibarat burung kenari di tambang batu bara. Pulau ini sangat rentan sehingga perubahan iklim memberikan dampak lebih besar di sini (ketimbang di belahan Afrika lainnya)," tutup Wright.
ADVERTISEMENT