Kerangka Biarawati Ini Bukti Wanita Bizantium Lakukan Ritual Penyiksaan Diri

13 Maret 2025 10:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Merantai adalah salah satu bentuk penyiksaan diri yang populer di era Bizantium.   Foto: Israel Antiquities Authority/Yoli Schwartz
zoom-in-whitePerbesar
Merantai adalah salah satu bentuk penyiksaan diri yang populer di era Bizantium. Foto: Israel Antiquities Authority/Yoli Schwartz
ADVERTISEMENT
Kerangka manusia yang ditemukan terbelenggu dengan rantai tebal dan pelat besi ternyata adalah seorang wanita, mengungkap bahwa perempuan dan laki-laki era Bizantium pernah melakukan praktik asketisme ekstrem.
ADVERTISEMENT
Ditemukan di Yerusalem dan berasal dari abad kelima Masehi, biarawati itu diduga telah menyiksa dirinya sendiri dengan harapan dapat memurnikan jiwanya dan mencapai kesempurnaan spiritual.
Asketisme secara umum, merupakan suatu paham atau ajaran yang meninggalkan kehidupan bersifat duniawi dan materi. Paham ini memandang bahwa keterikatan terhadap dunia dapat membelenggu dan menjadi penghalang bagi manusia dalam usahanya mencapai kebaikan dan keselamatan.
Asketisisme terbagi menjadi dua macam. Asketisisme natural adalah suatu gaya hidup yang membatasi aspek-aspek kebendaan dalam hidup sehari-hari sampai ke taraf yang sangat bersahaja dan pada batas minimum tertentu tetapi tanpa merusak tubuh atau hidup dalam keadaan sungguh-sungguh berkekurangan sehingga menyengsarakan tubuh.
Sementara asketisisme non-natural adalah suatu praktik yang melibatkan tindakan bermati-raga (mortifikasi badani) dan menyakiti diri sendiri, misalnya dengan tidur di atas ranjang paku.
Kerangka biarawati ditemukan menggunakan rantai tebal dan pelat besi. Foto: Israel Antiquities Authority/Yoli Schwartz
Popularitas asketisme menyebar ke seluruh Eropa dan Timur Tengah setelah agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi pada 380 M. Banyak wanita kaya diyakini telah mengadopsi praktik ini sebagai cara untuk mengimbangi gaya hidup mewah mereka, meski hingga saat ini, bukti arkeologi menunjukkan bahwa merantai dan tindakan ekstrem lain menghukum diri hanya dilakukan laki-laki.
ADVERTISEMENT
“Para pendeta melakukan tindakan menyakiti dan melukai diri sendiri pada tubuh," jelas Zubair Adawi dan Kfir Arbiv pemimpin penggalain dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip IFL Science.
Di antara bentuk-bentuk penderitaan yang dijelaskan meliputi:
“Dalam beberapa kasus, para pendeta melemparkan diri mereka ke dalam api atau di depan binatang buas,” tambahnya.
Dalam studi baru yang terbit di Journal of Archaeological Science: Reports, para peneliti menjelaskan upaya mereka untuk menentukan jenis kelamin kerangka yang ditemukan di ruang bawah tanah dalam biara Bizantium abad kelima. Karena kondisi tubuh yang buruk, ini membuat peneliti sulit untuk mengetahui jenis kelaminnya. Jadi tim menggunakan inovatif yang memungkinkan identifikasi jenis kelamin biologis dari protein yang ada di enamel gigi.
ADVERTISEMENT
Hasilnya cukup mengejutkan, kerangka itu adalah milik perempuan yang merupakan seorang biarawati. “Ini adalah bukti pertama yang menunjukkan bahwa ritual penyiksaan diri Bizantium dilakukan oleh perempuan, tidak hanya laki-laki,” papar penulis studi.
“Wanita itu ditemukan di satu makam yang dipersembahkan kepadanya sebagai tanda penghormatan di bawah altar gereja,” jelas Adawi, Arbiv, dan rekan penulis dr. Yossi Nagar.
“Ia diikat dengan 12-14 cincin di lengan dan telapak tangan, empat cincin di leher, dan 10 cincin di kaki. Pelat atau cakram besi di perutnya, yang dipasang pada cincin-cincin itu, membuat kerangka tampak berlapis baja.”