Keren! Tikus Raksasa Berompi Merah Ini Bisa Lacak Organ Satwa yang Dijual Ilegal

4 November 2024 13:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tikus berkantung raksasa Afrika (Cricetomys ansorgei) digunakan peneliti untuk mengendus satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal. Foto: APOPO/Facebook
zoom-in-whitePerbesar
Tikus berkantung raksasa Afrika (Cricetomys ansorgei) digunakan peneliti untuk mengendus satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal. Foto: APOPO/Facebook
ADVERTISEMENT
Bagi para penyelundup organ satwa liar, ada tikus raksasa yang harus ditakuti. Tikus ini dilatih para peneliti untuk mencium bau hewan yang diperdagangkan secara ilegal.
ADVERTISEMENT
Pasar gelap perdagangan organ satwa liar merupakan masalah serius yang terjadi di banyak negara. Pihak berwenang dan ilmuwan telah mencoba berbagai metode untuk menghentikannya. Sayang, cara yang selama ini sudah dijalankan kurang efisien, menelan biaya besar, atau bahkan masih jauh dari kata berhasil.
Tim peneliti kemudian mencoba beralih menggunakan hewan pendeteksi aroma sebagai solusi memberantas perdagangan organ satwa liar ilegal, dan ternyata hasilnya cukup menjanjikan. Dalam hal ini, ilmuwan internasional memanfaatkan tikus berkantung raksasa Afrika (Cricetomys ansorgei).
Tikus raksasa Afrika diketahui memiliki indra penciuman yang sangat tajam. Mereka mampu mendeteksi banyak aroma berbeda. Peneliti telah melatih tikus raksasa Afrika untuk mengendus bahan peledak, bahkan bakteri penyebab TBC.
Kini, tikus dilatih untuk mengendus satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal. Terdengar mustahil, tapi mereka sukses melakukannya. Peneliti dari lembaga nirlaba Belgia, APOPO, berhasil melatih tikus untuk mencium bau gading gajah, cula badak, hingga sisik trenggiling yang merupakan mamalia paling banyak diperdagangkan di dunia.
ADVERTISEMENT
Melatih tikus menjadi ahli deteksi bukanlah tugas mudah. Sebanyak 11 tikus yang terlibat dalam misi ini pertama harus belajar cara mendekatkan hidung ke aroma target selama beberapa detik, diikuti dengan mempelajari perbedaan antara aroma target dan non-target karena penyelundup sering menggunakan benda seperti biji kopi dan bubuk pencuci untuk mengecoh detektor.
Tikus juga harus bisa mengingat aroma target bahkan setelah 5 hingga 8 bulan tidak menciumnya. Di akhir pelatihan, delapan tikus sukses menjadi detektor tingkat atas, mampu mengidentifikasi keempat aroma target dan melakukannya di antara 146 non-target.
Perlu dicatat, keberhasilan tikus dalam mencium aroma target ini dilakukan di laboratorium, sehingga jika ini diterapkan di lapangan belum tentu berhasil. Tim ilmuwan mengatakan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk terus menguji kemampuan tikus.
ADVERTISEMENT
Saat ini, periset akan terus melatih kemampuan tikus dalam mendeteksi satwa liar ilegal sebelum dikerahkan ke dunia nyata, termasuk melengkapi mereka dengan rompi khusus. Rompi ini memiliki bola kecil yang diikat di dada, yang ketika ditarik akan mengeluarkan bunyi bip. Tikus akan dilatih untuk menarik bola saat mendeteksi aroma target, dan bunyi ini akan memberi tahu pawang tentang temuannya.
“Rompi tersebut adalah contoh hebat dalam pengembangan perangkat keras yang dapat berguna di berbagai pengaturan dan tugas, termasuk di pelabuhan pengiriman untuk mendeteksi satwa liar yang diselundupkan,” kata Dr. Kate Webb, salah satu penulis pertama studi dalam pernyataan resmi, dikutip dari IFL Science.