Kisah Halodoc Perang Lawan Makhluk Tak Kasat Mata Bernama Virus Corona

16 Februari 2023 7:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis berpakaian hazma merawat pasien di salah satu rumah sakit di Wuhan, China. Foto: China Daily via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis berpakaian hazma merawat pasien di salah satu rumah sakit di Wuhan, China. Foto: China Daily via REUTERS
ADVERTISEMENT
Masih ingat dalam ingatan bagaimana kehidupan berubah 360 derajat ketika pandemi virus corona (COVID-19) datang pada awal 2020. Rumah menjadi tempat paling aman. Jalanan sepi bak kota mati. Ambulans melaju di jalanan kota yang lenggang. Suara sirene meraung nyaring.
ADVERTISEMENT
Di berbagai fasilitas kesehatan, para dokter, suster, dan tenaga kesehatan lain, super sibuk melayani pasien yang sesak napas. Di sisi lain, ada orang-orang yang tetap harus keluar rumah untuk bekerja. Jonathan Sudharta adalah salah satunya. Sebagai CEO Halodoc, dia harus terjun langsung melihat situasi dan kondisi di rumah sakit, laboratorium, atau fasilitas kesehatan lain, yang notabene sedang berjuang melawan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
CEO Halodoc, Jonathan Sudharta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Aktivitas yang sibuk di luar rumah ini membuat Jonathan dan keluarga terinfeksi COVID-19 di masa awal. Dia menjadi saksi bagaimana ribuan tenaga kesehatan berjuang menyelamatkan orang-orang yang terpapar COVID-19, bertaruh nyawa meninggalkan keluarga di rumah di tengah kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD).
Ada dua hal yang menurutnya jadi latar belakang mengapa para tenaga kesehatan mau turun membantu pasien COVID-19, yaitu "panggilan" dan "gotong royong". Semangat gotong royong adalah nilai kemanusiaan yang sungguh kuat dimiliki bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Kalau boleh saya sebut para pelaku kesehatan ini banyak yang sifatnya panggilan. Kita lihat saja dokter waktu Covid pertama kali datang. Seorang dokter itu kalau bukan panggilan, tidak banyak orang yang mau datang untuk bertemu sama pasien yang sakit, yang kita belum tahu bagaimana cara menyembuhkannya,” ujar Jonathan saat menceritakan bagaimana ekosistem kesehatan bahu membahu melawan COVID-19.
Unsur panggilan itu pula yang melatarbelakangi Halodoc membantu pemerintah menangani COVID-19. Ketika tingkat testing masih sangat rendah, Halodoc membantu pemerintah membangun fasilitas testing untuk mendeteksi COVID-19 lewat metode swab test antigen hingga PCR (Polymerase Chain Reaction). Halodoc membangun sendiri fasilitas testing itu di beberapa daerah. Mereka juga menjalin kemitraan dengan rumah sakit hingga laboratorium yang memungkinkan pengguna Halodoc untuk memesan swab test.
ADVERTISEMENT
Begitu vaksin COVID-19 Sinovac tersedia di Indonesia, Halodoc gegas bergerak membangun fasilitas vaksinasi, bekerja sama dengan Bio Farma selaku produsen vaksin hingga Kementerian Kesehatan yang mengeksekusi penyuntikkan vaksin. Fasilitas testing Halodoc diubah menjadi fasilitas vaksinasi. Total, Halodoc membuka lebih dari 400 fasilitas vaksinasi. Pemerintah menargetkan vaksinasi COVID-19 dapat diberikan kepada 70 persen dari total penduduk Indonesia guna membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).
Ketika varian Delta dari COVID-19 meluas, lagi-lagi Halodoc terlibat dalam penanganan. Halodoc menjadi aplikasi telemedicine yang paling siap untuk menyediakan layanan konsultasi dokter secara online, hingga pengiriman obat ke pasien. Di saat itu, ada ribuan dokter yang bersedia gabung ke Halodoc untuk bantu konsultasi pasien.
Ini juga terjadi pada apotek yang banyak bergabung di Halodoc untuk bantu menyediakan stok obat yang sulit didapatkan saat varian Delta.
ADVERTISEMENT
“Kata gotong royong itu adalah modal dasar bangsa Indonesia. Jadi waktu kita bikin aktivitas telemedicine, kita dapat ribuan dokter per hari mau gabung di Halodoc. Bukan karena uang, lho. Itu karena semangat dokter mau bersama-sama bergandeng tangan, bantu masyarakat,” ucap Jonathan.
Jonathan mengatakan, pihaknya mengeluarkan dana lebih dari Rp 30 miliar untuk membantu penanganan COVID-19 di masa pandemi.
Ekosistem kesehatan yang dibangun Halodoc memang sangat besar. Mereka mengintegrasikan seluruh akses kesehatan, mulai dari akses ke ribuan dokter untuk melayani konsultasi online, rumah sakit, hingga ribuan apotek dan perusahaan farmasi yang menyediakan obat-obatan.
Halodoc adalah aplikasi berbasis teknologi yang berada di tengah itu semua. Dampak yang diberikan Halodoc memang sungguh terasa nyata di masa pandemi. Tapi, Jonathan berkata, teknologi Halodoc itu sendiri hanya perekat saja. Dia menggarisbawahi bahwa "panggilan" dan "gotong-royong" dari para pelaku industri kesehatan adalah kata kunci yang membuat bangsa Indonesia sukses melewati pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Dampaknya sekarang kita melihat banyak masyarakat yang sehat, banyak masyarakat yang happy. Moga-moga upaya kami bantu vaksinasi, upaya kami bantu testing, upaya kami bantu telemedicine, itu sedikit ada dampak kepada keberhasilan kita rakyat Indonesia yang bisa kumpul-kumpul lagi dan hidup normal seperti sekarang,” ujar Jonathan.