Kisah Junko Furuta, Gadis 17 Tahun Diculik, Disiksa dan Diperkosa 44 Hari

26 Oktober 2020 7:07 WIB
Junko Furuta. Foto: Wikipedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Junko Furuta. Foto: Wikipedia Commons
ADVERTISEMENT
Nasib malang dialami seorang pelajar asal Jepang, Junko Furuta. Dia diculik, disekap dalam gudang, diperkosa, disiksa, hingga dipaksa makan kecoa. Penderitaan itu tak hanya berlangsung sehari dua hari, tapi lebih dari satu bulan lamanya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan Crime Library, peristiwa mengerikan itu dimulai pada tahun 1988, ketika Junko berusia 17 tahun. Junko lahir pada 22 November 1971. Dia adalah seorang pelajar di SMA Yoshio-Minami. Junko dikenal sebagai perempuan cerdas, rajin, dan pekerja keras. Ia memiliki pekerjaan sampingan demi membantu keluarga dan mewujudkan cita-citanya untuk masuk perguruan tinggi.
Perilakunya sangat kontras dengan teman-temannya yang terkesan liar dan pemberontak. Junko adalah murid yang tenang, pendiam, dan selalu berusaha membanggakan orang tua. Namun, pada malam tanggal 25 November 1988, peristiwa mengerikan mulai menghampirinya.
Menurut laporan All That’s Interesting, seusai Junko menyelesaikan pekerjaan, dia bergegas pulang mengendarai sepeda. Saat mengayuh sepeda di sepanjang trotoar jalan yang tenang dikelilingi rumah-rumah dengan pagar tanaman tinggi, tiba-tiba seorang pemuda melompat di balik pagar.
ADVERTISEMENT
Dia menendang Junko dengan kencang hingga tersungkur bersama sepeda yang dikendarainya. Pemuda itu melarikan diri, meninggalkan Junko yang terluka di tanah. Peristiwa semacam ini menjadi hal yang lumrah di Jepang, karena para pemuda saat itu kerap melakukan kekerasan untuk mencari kesenangan atau sekadar membuat lelucon menjijikan.
Keempat pelaku pembunuhan. Foto: Dok japaninsides
Junko bangkit, sejurus kemudian dia mengetahui bahwa dirinya cedera. Ia lantas menuntun sepedanya untuk meneruskan perjalanan. Beberapa saat kemudian, dia bertemu dengan pemuda lain. Ia adalah senior di sekolahnya, namanya Miyano Hiroshi (18).
Miyano menawarkan Junko untuk membantu mengantar ke rumah. Tanpa rasa curiga, Junko mengiyakan ajakan tersebut. Di sinilah awal mimpi buruk itu terjadi. Alih-alih diantar, Junko justru dibawa ke suatu tempat, menuju gudang bekas tak berpenghuni.
ADVERTISEMENT
Di depan pintu gudang, Miyano berubah menjadi agresif, memperlihatkan sisi gelapnya. Dia menyeret Junko ke dalam gudang. Memaksanya untuk melayani nafsu bejat. Junko diancam dibunuh. Miyano mengaku sebagai antek Yakuza, semacam mafia atau geng kriminal Jepang, untuk menambah kengerian pada korbannya.
Bagaimanapun, Miyano adalah siswa populer di sekolahnya. Semua orang takut dengannya yang berstatus sebagai Yakuza. Ia sudah sejak lama menyimpan rasa pada Junko. Namun cinta itu bertepuk sebelah tangan. Sampai pada kesimpulan, tindakan Miyano pada Junko adalah bentuk rasa dendam akibat cinta yang ditolak.

Disekap dan disiksa selama 44 hari

Usai memperkosa, Miyano bingung. Dia berpikir: “Jika Junko lepas, ia akan segera melapor kepada polisi”. Di tengah kebingungan itu Miyano menghubungi teman-temannya untuk mencari solusi terbaik. Sayang, teman Miyano sama bejatnya dengan dia. Mereka juga tertarik dengan kecantikan Junko.
ADVERTISEMENT
Alhasil, komplotan pemuda yang berjumlah empat orang itu memutuskan untuk menyekap Junko lebih lama. Hati Junko teriris saat mengetahui salah satu pemuda dari komplotan Miyano adalah orang yang menendang sepedanya. Dengan begitu, jelas sudah bahwa rentetan kejadian yang dia alami adalah bagian dari rencana busuk Miyano.
Ilustrasi kekerasan. Foto: Shutterstock
Beberapa hari kemudian, Junko dibawa ke rumah Miyano di Ayase, Adachi, kota yang terletak di utara-tengah prefektur Tokyo. Di tengah ketakutan dan ancaman pembunuhan, Junko dipaksa mengaku sebagai kekasihnya. Kepada orang tua Miyano, Junko disebut akan tinggal selama sebulan ke depan. Orang tua Miyano tak bisa apa-apa karena dia juga takut kepada anaknya.
Singkat cerita, keluarga Junko melapor kepada polisi terkait putrinya yang hilang. Pemberitaan mengenai orang hilang pun memenuhi pelataran kota, menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Junko dipaksa menelepon orang tuanya serta memberitahu bahwa dia baik-baik saja dan sedang akan tinggal sementara bersama teman-temannya. Laporan pun dicabut, dan pemberitaan mengenai Junko mereda. Tidak ada yang mengetahui bahwa Junko berada dalam bahaya.
ADVERTISEMENT
Pemberitaan yang mereda membuat Miyano semakin beringas. Dia merasa lebih aman dari sebelumnya. Miyano bersama tiga rekannya menyiksa Junko dengan sadis. Dia dipukul dan diperkosa sebanyak 400 kali selama ia disekap. Berikut adalah daftar penyiksaan yang dialami Junko, sebagaimana dikutip Japan Inside.
Ilustrasi kekerasan. Foto: Shutterstock
Pada 4 Januari 1989, Junko memohon kepada para pemuda itu untuk membunuhnya. Mungkin penderitaan yang tak berujung membuat Junko tak kuasa menahan sakit. Namun alih-alih dikasihani, Junko justru dipaksa bermain Mahjong, permainan tradisional asal China, oleh Miyano dan teman-temannya. Junko menang dalam game tersebut, membuat para pemuda itu marah dan kembali menendang dan memukulnya dengan benda tumpul.
ADVERTISEMENT
Aniaya yang tak kunjung berhenti itu membuat Junko Furuta akhirnya meninggal dunia pada hari ke-44 dirinya disekap. Mayatnya dibungkus dan dimasukkan ke dalam drum minyak, kemudian dicor menggunakan semen dan meninggalkannya di lahan pabrik kosong di Koto, daerah tepi laut di timur pusat kota Tokyo.
Junko ternyata bukan korban satu-satunya Miyano, ada gadis lain yang juga mereka perkosa. Singkat cerita, aksi keji Miyano diketahui setelah gadis lain itu melapor kepada polisi. Dari sinilah kasus penculikan Junko terungkap.
Saat ditemukan, mayat Junko tak bisa dikenali. Polisi hanya bisa mengidentifikasi korban dari sidik jarinya. Polisi kemudian menangkap dua pemuda berusia 17 dan 18 tahun, namun pengadilan tidak menghukumnya dengan alasan mereka di bawah umur. Surat kabar lokal Shunkun Bunshun lantas merilis nama-nama pelaku dan sontak membuat gaduh masyarakat karena ketidakadilan tersebut. Upaya melindungi pelaku pun gagal.
ADVERTISEMENT
Keempat pelaku akhirnya dihukum kendati tidak setimpal dengan penderitaan yang Junko alami. Miyano dan rekan-rekannya diadili pada Juli 1991. Miyano terbukti bersalah dan didakwa dengan hukuman 20 tahun penjara.
Sementara rekan-rekannya mendapat hukuman yang relatif singkat. Satu pelaku bernama Jo Kamisaku (17) dihukum 5 hingga 10 tahun penjara. Sementara Watanabe Yasushi (17) mendapat 5 sampai 7 tahun penjara, dan Minato Nobuharu (16) dihukum 5 sampai 9 tahun penjara. Salah satu keluarga pelaku memberikan kompensasi kepada orang tua Junko sebesar 50 juta yen. Apa yang dialami Junko telah menjadi cerita kelam yang masih diingat sampai sekarang.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.