Kisah Kecoak Diberi Makan Pasir Bulan dari Misi Apollo 11 NASA

1 Juli 2022 9:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Kecoak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Kecoak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Astronaut membawa pulang banyak batuan Bulan ke Bumi ketika misi pendaratan manusia ke Bulan pertama, Apollo 11, pada 1969 lalu. Batu-batu ini kemudian diteliti oleh ilmuwan di berbagai fasilitas penelitian di Bumi.
ADVERTISEMENT
Beberapa peneliti tersebut ada yang mencoba mencari tahu efek dari batu dan pasir Bulan terhadap bentuk kehidupan di Bumi. Caranya? Dengan memberi makan kecoak dengan pasir bulan.
Ada enam misi pendaratan Bulan, termasuk Apollo 11, yang berhasil membawa total 382 kilogram batuan, debu, dan pasir Bulan ke Bumi. Objek luar angkasa ini kemudian disebar ke banyak fasilitas penelitian di berbagai negara, salah satunya adalah University of Minnesota, AS.
Setelah pendaratan Apollo 11, ilmuwan University of Minnesota ingin meneliti apakah batu Bulan membawa patogen yang dapat membahayakan kehidupan di permukaan Bumi atau tidak. Peneliti sebenarnya sudah mengetahui bahwa bakteri tidak mungkin bisa hidup di permukaan Bulan, tapi mereka tetap ingin memastikan —dan mungkin juga karena penasaran.
Foto kecoak yang diberi makan debu bulan. Foto: RR Auction
Selain kecoak, juga ada tikus, burung puyuh Jepang, udang, bahkan kerang Oyster. Ilmuwan menginjeksi material Bulan ke tikus dan burung. Khusus hewan laut, peneliti meracik makanan yang sudah dicampur debu Bulan.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, kebanyakan hewan mati dalam eksperimen tersebut. Namun alih-alih mengatakan debu Bulan tidak layak makan, ilmuwan menarik kesimpulan bahwa debu bahaya untuk kehidupan Bumi.
"Hasil tes ini tidak memberikan informasi yang menunjukkan bahwa sampel Bulan yang dikembalikan oleh misi Apollo 11 mengandung agen replika yang berbahaya bagi kehidupan di Bumi," simpul penulis makalah yang menceritakan tes pada hewan yang diterbitkan dalam jurnal Science setahun setelah misi Apollo 11.
Debu bulan yang diekstrak dari perut kecoak. Foto: RR Auction
Penelitian sejenis dilanjutkan pada pendaratan Bulan setelahnya, dengan mikroorganisme, hewan, dan tanaman berbeda. Baru kemudian ilmuwan menyadari bahwa debu Bulan tidak berbahaya, dan tidak mengandung patogen apa-apa.
Eksperimen ini kemudian tidak dilanjutkan setelah pendaratan Apollo 14.

Kelanjutan kisah kecoak makan debu Bulan

Sebuah perusahaan lelang di AS memasukkan 'kecoak dengan debu Apollo 11' ke dalam daftar objek lelang pada Mei 2022. Perusahaan bernama RR Auction itu memamerkan bangkai kecoak itu ke dalam daftar lelang unggulannya.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, kecoak yang sudah diberi makan debu Bulan diteruskan ke Marion Brooks seorang ahli serangga University of St. Paul. Ia meneliti apa yang terjadi pada kecoak yang sedang mencerna material luar angkasa.
Brooks kemudian mengkonfirmasi bahwa tidak ada ancaman infeksi dari debu Bulan. "Saya tidak menemukan bukti agen menular," katanya kepada surat kabar pada saat itu. Ia melanjutkan penelitiannya terhadap kecoak —yang kemudian menjadi bangkai.
Pajangan Brook berisi kecoak yang ia teliti, dan kemudian terjual ke rumah lelang. Foto: RR Auction
Brooks pensiun pada 1989, dan kemudian menjadikan kecoak Bulan sebagai spesimen pajangan di rumahnya. Ia meninggal pada 2007.
Tiga tahun kemudian pajangan kecoak Bulan dijual ke sebuah rumah lelang Regency-Superior Galleries of Beverly Hills, California, AS. Pad tahun ini, kecoak tersebut berada di tangan RR Auction, dan dilelang dengan harga 400.000 dolar AS atau sekitar Rp 5,9 miliar (kurs Rp 14.887).
ADVERTISEMENT
Nasib buruk bagi kolektor, NASA meminta kecoak tersebut untuk dikembalikan ke mereka. NASA, melalui pengacaranya, berhasil menunjukkan surat-surat perjanjian bahwa semua sampel Apollo adalah miliknya.
RR Auction langsung menarik kecoak Bulan dari daftar lelangnya, dan mengatakan tidak akan memfasilitasi pelelangan objek yang terkait misi Apollo.