Kisah Leighton-Jones, Dokter Kontroversial yang Tanam Testis Monyet ke Manusia

18 November 2021 8:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memegang penis Foto: derneuemann via pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memegang penis Foto: derneuemann via pixabay
ADVERTISEMENT
Kisah ini terjadi sekitar tahun 1930-an. Dr. Henry Leighton-Jones memulai karirnya sebagai apoteker di Sydney, Australia. Kariernya melejit tatkala dirinya melakukan praktik kedokteran yang kontroversial, yakni mencangkok testis monyet ke orang-orang dengan harapan membantu mereka hidup sampai 100 tahun.
ADVERTISEMENT
Jika kamu berpikir dia adalah salah satu ilmuwan gila di masa lalu, kamu mungkin benar. Dan praktik yang dia lakukan tentu saja tidak sesuai dengan standar kedokteran dan etika modern.
Namun, pendekatan kontroversial yang dia lakukan mengungkap wawasan tentang catatan jaringan dan operasi transplantasi kelenjar yang diyakini beberapa orang sebagai cikal bakal obat-obatan dan prosedur menyelamatkan jiwa yang digunakan sampai sekarang.
“Dia menjadi terobsesi dengan keingin untuk mengobati orang yang dianggap kekurangan hormon, termasuk mereka yang pikun atau impoten sebelum waktunya,” tulis peneliti dalam The Medical Journal of Australia yang terbit 1977.
Rumah Dr. Henry Leighton-Jones. Foto: Jayne, Mr Eddie, CC BY-NC-ND
Leighton-Jones belajar cangkok dari mentornya sesama penggemar transplantasi testis monyet, ahli bedah Prancis Serge Voronoff, pada 1929. Ia belajar bahasa Prancis secara otodidak sehingga bisa membaca karya Voronoff yang sudah mempelajari transplantasi kelenjar. Voronoff diketahui telah menyelidiki berbagai transplantasi, mulai dari ovarium, testis, dan tiroid menggunakan simpanse, sapi, kambing, dan domba.
ADVERTISEMENT
Jika kamu bertanya apa hubungan testis dengan umur panjang, peneliti Voronoff dan penelitian Leighton-Jones berkaitan dengan endokrinologi: Studi tentang hormon dan penyakitnya.
Menurut Tragic Australia, sebuah buku yang merinci kisah-kisah sisi gelap sejarah Australia, Voronoff percaya bahwa penuaan adalah hasil dari sekresi endokrin yang melambat, terutama hormon seks. Oleh karena itu, dia mulai berusaha untuk membuat manusia awet muda dengan mengisi sekresi endokrin dengan organ seks hewan.
Leighton-Jones pergi ke Paris, Prancis, untuk membantu Voronoff dalam operasi pencangkokan. Di sana ia menikah dengan sekretaris Voronoff sebelum akhirnya kembali ke tempat tinggal asal di Lake Macquarie, Australia. Pengalamannya bekerja dengan Voronoff telah menginspirasi Leighton-Jones sehingga dia membangun kandang monyet sendiri.
Ilustrasi monyet rhesus pemakan biji kopi Foto: Dok.Shutterstock
Ia kemudian memelihara monyet Rhesus (Macacus rhesus) untuk donor yang dipilih secara khusus. Sebelum menerima cangkok testis monyet, pasien diharuskan berolahraga dan pantang mengonsumsi alkohol selama dua minggu. Sementara monyet ditempatkan di bawah anestesi.
ADVERTISEMENT
Suatu ketika Leighton-Jones kekurangan pasokan monyet Rhesus dan praktiknya terhenti. Dia memanfaatkan waktu itu untuk mendokumentasikan pekerjaannya dalam sebuah makalah. Tulisannya kemudian dipresentasikan pada pertemuan pascasarjana di Rumah Sakit Newcastle. Sayang, Leighton-Jones meninggal karena serangan jantung sebelum dia bisa mempresentasikannya
Makalah Leighton-Jones dikatakan sempurna. Dalam makalah itu disebut bahwa dia akan berusaha untuk selalu memberi informasi lengkap kepada pasiennya sebelum dan sesudah perawatan, melindungi privasi mereka dengan penggunaan kode. Sayangnya, kunci kode tersebut tidak dapat ditemukan sampai Leighton-Jones meninggal dunia. Sementara dokumen-dokumen lainnya dimusnahkan oleh istrinya karena perintah Leighton-Jones sebelum meninggal.
Dengan demikian, hanya ada sedikit informasi tentang karier Leighton-Jones dalam catatan sejarah, meski karyanya dibahas dalam A History of Eraring and its School oleh penulis Doug Saxon pada 2014. Perpustakaan Nasional Australia bahkan memuji Leighton-Jones karena menemukan "faktor Rhesus" dalam aglutinasi darah bertahun-tahun sebelum dipopulerkan oleh Landsteiner dan Wiener pada 1941.
ADVERTISEMENT