Kisah Lina Medina, Ibu Termuda Sepanjang Masa Melahirkan di Usia 5 Tahun

27 Januari 2023 7:21 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perkembangan bayi dalam kandungan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perkembangan bayi dalam kandungan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Cerita ini mungkin bisa membuat kita heran dan bertanya-tanya, kok bisa bocah usia 5 tahun hamil dan melahirkan seorang anak dengan selamat? Padahal, hamil di usia belia sangat berisiko tinggi dan berpotensi mengancam jiwa.
ADVERTISEMENT
Dia adalah Lina Medina, perempuan termuda sepanjang masa yang melahirkan anak di usia 5 tahun. Menurut situs pengecekan fakta Snopes, Medina melahirkan anak lewat operasi caesar di usia 5 tahun, 7 bulan, 21 hari.
Medina tinggal di Ticrapo, Peru. Pada April 1939, orang tuanya membawa Medina ke Rumah Sakit Pisco dan mengatakan bahwa tumor besar tumbuh di perutnya. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter mendapatkan hasil yang sangat mencengangkan. Bukan tumor, Medina sebenarnya tengah hamil tujuh bulan.
Soal Medina hamil sama siapa atau diperkosa oleh siapa tidak bisa dikonfirmasi karena bocah berusia 5 tahun itu tidak dapat memberikan keterangan yang jelas, tulis dokter-peneliti, Edmundo Escomel, Mei 1939 di Jurnal La Presse Médicale.
ADVERTISEMENT
Medina melahirkan bayi laki-laki seberat 2,7 kilogram pada 14 Mei 1939 di sebuah rumah sakit di Lima. Bayi hanya bisa lahir melalui operasi caesar karena ukuran panggul Medina yang kecil.
Selama prosedur operasi, dokter membiopsi sampel jaringan dari salah satu ovarium Medina dan menemukan bahwa jaringan tersebut mirip dengan wanita dewasa. Medina sendiri mulai menstruasi di usia 3 tahun. Namun menurut laporan yang lebih baru, ia mengalami menstruasi pertamanya di usia 8 bulan.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Desember 1939 di La Presse Médicale, Escomel berteori bahwa seorang anak mungkin bisa memulai pubertas sangat dini karena beberapa gangguan pada kelenjar pituitari, yakni kelenjar berbentuk kacang di dasar otak yang mengatur produksi hormon seks tubuh.
ADVERTISEMENT

Hamil usia muda sangat berisiko

Bagaimanapun hamil di usia belia sangat berisiko bagi kesehatan, berpotensi mengancam jiwa selama proses kehamilan, apalagi melahirkan.
Kehamilan sendiri bisa terjadi sejak awal ovulasi, di mana ovarium mulai melepaskan sel telur yang matang yang disebut ovum, papar Dr. Melissa Simon, seorang profesor dan dokter kandungan-ginekolog di Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago.
“Penting untuk dicatat bahwa Anda dapat berovulasi sebelum Anda mulai mengalami menstruasi pertama dan pelepasan sel telur tidak selalu disertai gejala fisik yang jelas,” kata Simon sebagaimana dikutip Live Science.
Menurut data terbaru yang dikumpulkan pada tahun 2017 di StatPearls, ovulasi dimulai setelah menarche, yakni menstruasi pertama atau darah yang keluar dari vagina wanita sewaktu ia sehat, bukan disebabkan oleh melahirkan anak atau karena terluka. Menarche biasanya terjadi di usia 10 hingga 16 tahun. Namun, usia menarche pada wanita cenderung menurun. Artinya, anak mengalami menstruasi pertama lebih cepat dari biasanya, atau sebelum usia 10 tahun.
ADVERTISEMENT
“Ada banyak potensi bahaya kehamilan di usia 9 atau 10 tahun,” kata Simon. “Misalnya, selama kehamilan volume darah dalam tubuh seseorang meningkat sekitar 50% dan semua cairan ekstra itu dapat memberikan tekanan yang luar biasa pada jantung anak. Tubuh anak yang sedang tumbuh mungkin juga kekurangan nutrisi penting, seperti kalsium, karena nutrisi tersebut dialihkan ke janin yang sedang berkembang.”
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jika dibandingkan dengan ibu yang hamil di usia 20-an, ibu berusia 10 hingga 19 tahun menghadapi risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi, yang tentunya bisa berbahaya pada kehamilan. Ini dapat menyebabkan komplikasi seperti kejang dan koma.
Mereka juga menghadapi peningkatan risiko infeksi sistemik dan infeksi pada lapisan rahim (endometritis nifas), serta anemia di mana jumlah sel darah merah pembawa oksigen yang sehat dalam tubuh menurun secara drastis.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi ibu hamil mengalami kram perut Foto: Shutterstock
Karena panggul yang sempit, ibu muda berisiko tinggi mengalami komplikasi, terutama saat bayi terjebak dan sulit keluar atau dengan kata lain ‘persalinan macet’. Persalinan yang terhambat bisa menyebabkan tekanan pada kandung kemih dan uretra sertai meningkatkan risiko penyakit radang panggul dan infeksi pada organ reproduksi.
Selain itu, persalinan macet juga dapat menyebabkan lubang muncul antara vagina dan kandung kemih atau rektum di mana urine dan fases dapat bocor. Jika ini terjadi, maka pasien membutuhkan operasi untuk memperbaiki lubang yang pecah.
Karena risiko-risiko tersebut, bocah yang hamil biasanya direkomendasikan untuk menjalani operasi caesar ketimbang persalinan normal. Namun, menurut University of Utah Health, operasi caesar juga punya risiko sendiri, seperti pendarahan hebat, infeksi, luka kandung kemih dan usus, serta potensi membutuhkan operasi caesar di kehamilan berikutnya.
ADVERTISEMENT
Menjalani banyak operasi caesar meningkatkan risiko plasenta akreta, kondisi mengancam jiwa di mana plasenta berimplantasi di dekat bekas luka operasi caesar. Selain risiko medis ini, anak-anak yang hamil juga bisa mengalami trauma mental yang berat.
“Dampak dari mengandung bayi, saya bahkan tidak bisa membayangkan seperti apa kerugian mental yang akan terjadi pada seorang anak,” kata Simon.
***
Dapatkan informasi paling trending dan terpercaya seputar entertainment, bola & sport, tekno & sains, dan otomotif setiap saat hanya di kumparanPLAY! Klik di sini.