Kisah Madhumala, Wanita Pertama yang Jalin Kontak dengan Suku Sentinel

12 Desember 2018 7:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Madhumala Chattopadhyay di Kepulauan Andaman. (Foto: Madhumala Chattopadhyay)
zoom-in-whitePerbesar
Madhumala Chattopadhyay di Kepulauan Andaman. (Foto: Madhumala Chattopadhyay)
ADVERTISEMENT
Selama ini suku Sentinel yang tinggal di Pulau Sentinel Utara, India, telah dikenal memiliki sifat tertutup dan menolak keras melakukan kontak dengan dunia luar. Tidak banyak orang yang pernah mengunjungi suku Sentinel dan berhasil kembali dari pulau suku terasing itu dengan selamat.
ADVERTISEMENT
Akhir November lalu misalnya, seorang misionaris asal Amerika Serikat, John Allen Chau, tewas di tangan anggota suku Sentinel karena nekat mengunjungi salah satu paling terisolasi di dunia itu. Kejadian ini menunjukkan, orang-orang Sentinel masih enggan membuka diri pada orang-orang dari luar wilayahnya.
Sampai saat ini, tercatat hanya ada segelintir orang yang berhasil menjalin kontak dengan suku Sentinel. Salah satunya adalah TN Pandit, antropolog asal India yang pertama kali mengunjungi Pulau Sentinel Utara pada 1967. Pada saat itu, para pejuang Sentinel menyambut Pandit dengan marah dan bersiap memanah mereka.
Tidak jera, pada 1991 Pandit mencoba sekali untuk menemui mereka. Kali ini, Pandit berhasil menjalin kontak dengan orang Sentinel selama ia tidak menginjak tanah pulau mereka.
ADVERTISEMENT
Satu lagi antropolog India yang berhasil menjalin kontak dengan suku Sentinel adalah Madhumala Chattopadhyay. Ia merupakan wanita pertama yang berhasil menjalin kontak dengan suku Sentinel saat melakukan penelitian bersama dengan Anthropological Survey of India (AnSI).
Madhumala telah bermimpi untuk melakukan penelitian mengenai suku Sentinel sejak kecil, hingga akhirnya pada tahun 1991 ia berhasil menemui mereka dan melakukan penelitian selama enam tahun. Ia menulis 20 makalah penelitian dan sebuah buku berjudul Tribes of Car Nicobar.
Madhumala Chattopadhyay (Foto: Madhumala Chattopadhyay via Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Madhumala Chattopadhyay (Foto: Madhumala Chattopadhyay via Facebook)
Kepada National Geographic, Madhumala menceritakan bagaimana ia bisa bertemu dengan suku Sentinel. Terlebih, dahulu ia dan orang tuanya harus memberi pernyataan tertulis bahwa mereka memahami risiko penelitian tersebut dan tidak akan meminta kompensasi dari pemerintah bila ia terluka atau meninggal.
ADVERTISEMENT
Dalam kisahnya yang dilansir National Geographic, Madhumala menuturkan, pertama-tama ia bersama dengan tim AnSI mendekati pulau tersebut menggunakan perahu kecil. Empat orang laki-laki Sentinel berada di garis pantai sementara anak-anak dan perempuan di belakangnya. Tim kemudian menghanyutkan beberapa buah kelapa, buah yang tidak tumbuh di pulau tersebut. Tanpa disangka, laki-laki Sentinel tersebut mau mengambil kelapa yang diberikan.
Saat Madhumala menggunakan kata-kata tribal yang dipelajari dari suku lain di sekitar Sentinel Utara, seorang perempuan Sentinel menyuruh seorang anak laki-laki untuk mengambil kelapa tersebut.
Di perjalanan kedua, orang-orang Sentinel mulai berani untuk mengambil kelapa dari perahu tim AnSI yang saat itu datang dengan lebih banyak orang. Sayangnya, salah seorang anggota tim mencoba untuk mengambil hiasan yang dibuat dari dedaunan yang dipakai oleh salah seorang Sentinel. Orang-orang Sentinel kemudian jadi marah dan tim AnSi terpaksa segera meninggalkan pulau.
Suku Sentinel india. (Foto: Facebook/Indian Magazine)
zoom-in-whitePerbesar
Suku Sentinel india. (Foto: Facebook/Indian Magazine)
Setelah beberapa bulan Madhumala kembali menemui orang-orang Sentinel. Sayangnya, karena cuaca buruk, tidak ada orang yang mereka temui. Adapun setelah itu, pemerintah India memutuskan untuk mengurangi frekuensi kunjungan ke pulau Sentinel Utara untuk mencegah penularan penyakit dari orang luar pada suku mereka.
ADVERTISEMENT
Madhumala sendiri saat ini bekerja untuk Menteri Keadilan Sosial India. Sudah 19 tahun berlalu sejak ia terakhir kali mengunjungi Pulau Sentinel Utara dan ia merasa tidak tertarik untuk kembali ke sana.
“Mereka telah hidup di pulau itu selama berabad-abad tanpa masalah. Masalah mereka justru dimulai setelah mereka melakukan kontak dengan orang luar,” katanya. "Mereka tidak membutuhkan orang luar untuk melindungi mereka, apa yang mereka butuhkan hanyalah dibiarkan untuk hidup sendiri."