Kisah Mapogo: ‘Gangster Singa’ Kejam di Dunia Hewan, Penguasa Sabi Sands

4 Februari 2021 7:05 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makhulu pemimpin dari singa Mapogo.  Foto: Facebook/The Mapogos
zoom-in-whitePerbesar
Makhulu pemimpin dari singa Mapogo. Foto: Facebook/The Mapogos
ADVERTISEMENT
Mapogo Lions of the Sabi Sands adalah legenda mengesankan tentang koalisi singa yang menguasai wilayah cagar alam Sabi Sands di Taman Nasional Kruger Afrika Selatan. Kelompok predator ini seperti gangster. Mereka melakukan pembunuhan secara brutal, menjalankan praktik kanibalisme, serta mengambil alih dan mempertahankan kekuasaan selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Tampak seperti cerita fiksi, tapi ini benar-benar terjadi. Gang singa Mapogo dikabarkan bertanggung jawab atas pembunuhan 40 hingga 100 singa lain. Koalisi semacam ini jarang terjadi di dunia hewan, apalagi jumlah anggotanya terdiri dari 6 jantan dewasa.
Mapogo sering membuat gaduh, memasuki wilayah baru dengan meraung keras untuk menantang para penghuni, dan membunuh singa jantan yang mendominasi. Simak kisahnya berikut ini.

Siapakah mereka?

Mengutip African Travel Canvas, gang Mapogo terdiri dari enam singa jantan bernama Gimbal, Pretty Boy, Rasta, Kinky Tail, Mr T, dan Makhulu. Nama yang terakhir disebut adalah pemimpin kelompok. Makhulu datang dari Taman Nasional Kruger sebagai singa buangan dan bergabung bersama lima singa jantan dari kelompok Mapogo, yang juga dibuang oleh kelompoknya.
ADVERTISEMENT
Di kelompok barunya, Makhulu sangat dihormati. Dia menjadi kakak sekaligus ketua dalam kawanannya. Makhulu bisa dikatakan sebagai pemburu paling berani. Ia juga memiliki perawakan yang lebih besar dan gelap di antara Mapogo lain, karena memang Makhulu adalah singa paling tua.
Tiga singa Mapogo. Foto: Flickr/Mike Bird
Tanpa betina, Mapogo harus hidup mandiri dengan mengembangkan kemampuan berburu. Awalnya mereka sering merebut hasil buruan singa betina dari kelompok lain. Tapi seiring berjalannya waktu, Mapogo menjadi pemburu yang mahir. Keenam jantan mampu berlari cepat menyaingi singa betina dan berburu mangsa seperti kerbau, kuda nil, badak muda, hingga jerapah.
Tahun 2004 menjadi awal Mapogo melakukan operasi. Mereka mulai bergerak ke wilayah barat di Taman Nasional Kruger Afrika Selatan dalam upaya mengambil alih wilayah singa lain.
ADVERTISEMENT
Pada 2006, Mapogo memasuki wilayah Sabi Sands utara. Tak seperti singa pada umumnya yang lebih banyak diam kala memasuki wilayah asing, Mapogo justru meraung-raung dengan keras seakan menantang pemimpin yang ada di sana. Mereka juga langsung menandai wilayah itu sebagai daerah kekuasaannya.
Di sana, Mapogo menantang kelompok singa terkuat bernama Ottawa yang dikuasai empat singa jantan. Dalam pertempuran pertama, mereka berhasil membunuh salah satu singa jantan yang menjadi pemimpin wilayah Pasir Sabi Utara. Sementara tiga singa jantan lain kabur dan menyerahkan kekuasaan kepada Mapogo.
Dari kemenangan ini, Mapogo terus memperluas wilayahnya dan menantang pejantan dominan di daerah yang belum terjamah. Mereka tidak selalu solid, pertikaian antar anggota kerap terjadi terutama antara Makhulu dan Mr T. Sempat suatu ketika Mr T membunuh semua anak Makhulu karena terlibat sebuah pertengkaran.
ADVERTISEMENT
Ya, membunuh singa jantan yang dominan hanyalah bagian kecil dari kekejaman Mapogo, karena setiap kali mereka berhasil mengambil alih wilayah, Makhulu dan kawan-kawan akan membunuh semua anak singa yang ada di sana, termasuk betina yang mencoba menghalangi jalannya pembunuhan.
Perilaku ini dilakukan untuk menunjukkan kekuasaan dan dominasi agar tidak ada garis keturunan dari pejantan lain. Ini adalah salah satu contoh survival of the fittest paling nyata. Anak singa dari keturunan yang lemah akan dibunuh, dan diganti dengan garis keturunan dari pejantan yang lebih unggul.
Alasan lain singa membunuh anak adalah supaya si betina tidak menyusui dan kembali memasuki masa birahi untuk kawin dengan pejantan baru. Ini adalah cara paling cepat bagi singa jantan untuk segera memiliki keturunan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya membunuh sesama spesies, Mapogo juga melakukan praktik kanibalisme. Menurut Secret Africa, Makhulu dilaporkan membunuh singa jantan bernama Rocky secara brutal dan memakannya pada Februari 2007.

Akhir kekuasaan

Tapi, semua ada masanya. Setelah menguasai area sekitar 70.000 hektare, Mapogo harus menghadapi singa jantan yang datang dari daerah lain. Sementara usia tidak pernah bohong, kekuatan mereka semakin turun, termasuk dalam hal pertempuran.
Pada 2010, gang singa Majingilane yang terdiri dari lima ekor jantan memasuki wilayah kekuasan Kinky Tail dan Mr T. Pertempuran antara Majingilane dan Mapogo pun tak terelakkan. Salah satu pejantan Majingilane dibunuh oleh Kinky Tail dan Mr T.
Jantan Majingilane itu mati dengan luka robek di pangkal kaki dan patah tulang punggung. Sementara Mr T mengalami luka parah di bagian telinga. Pada malam yang sama, 4 jantan Majingilane bergerak memburu Kinky Tail dengan mengepungnya di berbagai sisi. Singa Majingilane berhasil menjepit, menggigit punggung, leher, dan alat kelamin Kinky Tail.
ADVERTISEMENT
Mr T mencoba menyelamatkan Kinky Tail dengan melawan singa Majingilane, namun dia kalah jumlah dan harus mundur. Dua dari singa Majingilane mencoba menahan dan mengejar Mr T, namun tidak berhasil. Kinky Tail akhirnya tidak berdaya dan dicabik hidup-hidup oleh keempat singa Majingilane, dengan memakan bagian ekor dan kaki belakangnya.
Mr T kembali ke kelompoknya yang dulu setelah berbagai wilayah. Ia bergabung dengan Rasta, Gimbal, Pretty Boy, dan Makhulu. Di sana, dia membunuh semua anak-anaknya. Ini membuat Mr T mendapat julukan ‘setan’. Dalam kurun waktu tiga tahun, dua anggota Mapogo hilang entah kemana.
Pada akhir 2012, Mapogo kembali bentrok dengan kelompok lain. Kali ini dengan gang Southern Pride. Southern Pride berhasil melumpuhkan Mr T dengan luka parah di bagian punggung. Yang tersisa kini adalah Makhulu dan Pretty Boy. Alam terus bergerak, kekuatan baru muncul, yakni Majingilane jantan yang kini jadi penerus Mapogo.
ADVERTISEMENT
Sementara Makhulu si pemimpin sampai saat ini tidak diketahui rimbanya. Ia terakhir kali terlihat pada 2013 sedang menyendiri di Mala-Mala. Makhulu sudah berusia 16 tahun saat itu. Kini, Mapogo dikenang sebagai gang singa sadis tanpa belas kasihan karena sifat brutal dan kanibalismenya.
Pada saat yang sama, mereka juga telah menciptakan rasa aman bagi kelompok dan garis keturunannya dengan mempertahankan wilayah selama bertahun-tahun dari ancaman kelompok singa lain.
***
Simak video menarik berikut ini: