Kisah Pesawat ‘Hantu’: Terbang dengan Seluruh Penumpang Meninggal Dunia

31 Mei 2023 9:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi private jet. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi private jet. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sebuah pesawat melakukan penerbangan lintas negara bagian di Amerika Serikat (AS), dari Florida menuju Texas, pada 1999. Namun alih-alih mendarat di Dallas, Texas, pesawat justru terbang ke luar AS menuju Kanada.
ADVERTISEMENT
Tidak ada kru yang bisa dikontak saat itu. Karena diduga telah terjadi sesuatu, jet militer bergegas meluncur mengejar pesawat tersebut.
Fenomena di luar nalar ternyata terjadi: Seluruh penumpang termasuk kru tewas di dalamnya. Ini membuat pesawat terbang seperti hantu tanpa ada yang mengendalikan.
Learjet 35 dengan nomor penerbangan N47BA adalah pesawat jet pribadi yang biasa dipakai oleh orang-orang penting dan berduit. Pada 25 Oktober 1999, pesawat Learjet 35 dilaporkan melakukan perjalanan dari Orlando, Florida, menuju Dallas, Texas.
Pesawat membawa beberapa penumpang, termasuk legenda PGA Payne Stewart; mantan gelandang sepak bola, Robert Fraley; presiden agen golf, Stewart van Arden; dan Bruce Borland, arsitek lapangan golf dari perusahaan Jack Nicklaus, sedangkan pilot diisi oleh Michael King dan Stephanie Belle Garrigue. Total ada enam orang di dalam pesawat kecil yang melakukan penerbangan selama 3 jam.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah lepas landas dari bandara, pesawat mulai mendaki ke ketinggian 11.900 meter di atas permukaan laut. Kontak radio masih tersambung dengan pilot pada ketinggian 7.000 meter, menunjukkan keadaan masih normal. Namun itu sekaligus menjadi kontak terakhir dari Learjet 35.
Jet F-16 hibah dari AS tiba di Magetan Foto: Siswowidodo/ANTARA
Kontak kembali dilakukan enam menit kemudian, tapi tidak ada jawaban. Petugas di bandara lantas melakukan berbagai upaya untuk terus menghubungi pilot dan memastikan keadaan baik-baik saja. Sampai akhirnya bel alarm berbunyi, menandakan bahwa Angkatan Udara harus turun tangan.
Sebuah pesawat tempur F-16 kemudian diluncurkan ke titik lokasi Learjet 35 berada. Setibanya di lokasi pasukan langsung melakukan penyelidikan. Kolonel Olson yang kala itu bertugas menyimpulkan bahwa Learjet 35 tidak mengalami kerusakan apa pun, dan terbang di jalur lurus.
ADVERTISEMENT
Olson mengaku tidak bisa melihat ke dalam kokpit untuk mengidentifikasi awak yang ada di dalamnya. Dia mengatakan jendela pesawat terlihat buram seolah-olah tertutupi embun atau es.
Karena tidak ada respons dari kru Learjet 35, ada dugaan Pentagon menyuruh petugas untuk menembak jatuh pesawat karena berpotensi mendarat di area penduduk. Namun, Pentagon membantah kabar tersebut. Mereka menyebut perintah itu tidak pernah terjadi.
Di lain pihak, Perdana Menteri Kanada Jean Chrétien mengakui Learjet 35 memasuki wilayah udara negaranya. Saat itu memang ada izin untuk menembak jatuh pesawat karena khawatir bisa mendarat di kota Winnipeg. Namun, penembakan itu juga tidak pernah terjadi.
Ilustrasi Jet Pribadi. Foto: Mikhail Starodubov/shutterstock
Setelah empat setengah jam mengudara, Learjet 35 mulai kehabisan bahan bakar. Pesawat jatuh menukik secara spiral.
ADVERTISEMENT
Menurut saksi mata, Learjet 35 meluncur tak terkendali dengan kecepatan supersonik, lalu menghantam tanah di South Dakota, AS. Saking kencangnya tabrakan, seluruh badan pesawat hancur berkeping-keping dan meninggalkan kawah besar seperti bekas hantaman meteor.
Jadi, apa sebenarnya yang terjadi?
Menurut laporan IFLScience, hasil penyelidikan menemukan telah terjadi depresurisasi di kabin pesawat selang beberapa menit setelah kontak terakhir. Depresurisasi adalah situasi saat tekanan udara di dalam kabin pesawat berkurang secara drastis.
Tidak jelas penyebab dan seberapa cepat depresurisasi itu terjadi. Kru dan penumpang dilaporkan kekurangan oksigen sehingga membuat mereka kehilangan kesadaran akibat hipoksia.
Peristiwa depresurisasi diketahui terjadi secara bertahap dan sangat singkat. Orang-orang di dalam pesawat akan mengalami gangguan kognitif dan kehilangan kesadaran saat oksigen berkurang di dalam kabin, dan ini mungkin telah melumpuhkan pilot Learjet 35.
ADVERTISEMENT
Ketika semua orang tak sadarkan diri, autopilot membantu pesawat mempertahankan ketinggian dengan melaju di jalur lurus sampai akhirnya kehabisan bensin dan kehilangan kendali. Artinya, Learjet 35 terbang tanpa seorang pun di belakang kemudi selama hampir empat jam.
Penyebab depresurisasi Learjet 35 tidak diketahui sampai hari ini. Namun berdasarkan rekaman black box (kotak hitam), tidak ada yang bangun di menit-menit akhir penerbangan. Ada kemungkinan semua anggota kru tidak sadarkan diri atau meninggal tak lama setelah kontak terakhir dilakukan.
Sekarang sebuah tugu peringatan berdiri di lokasi kecelakaan, didedikasikan untuk para korban jatuhnya Learjet 35. Tragisnya, kita tidak pernah tahu fakta sesungguhnya di balik kecelakaan Learjet 35.