Kisah Phineas Gage: Kepalanya Tertembus Besi, Ajaib Bisa Bertahan Hidup

15 September 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Phineas Gage. Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Phineas Gage. Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Nama Phineas Gage mungkin terdengar biasa saja bagi banyak orang. Namun, pada tahun 1848, dia mendapat status legendaris dalam sejarah ilmu saraf dan psikologi setelah insiden besi runcing dan tebal menembus kepalanya.
ADVERTISEMENT
Ketenaran di perkumpulan neurologis ia dapat dengan cara paling tidak biasa dan disayangkan di waktu yang bersamaan. Kala itu, ia adalah seorang mandor konstruksi kereta api yang bertanggung jawab pada pembangunan Rutland dan Burlington dekat Cavendish, Vermont, Amerika Serikat.
Saat menggali batu untuk membuat jalan bagi rel kereta api, Gage yang saat itu berusia 25 tahun sedang bersiap untuk meledakkan lubang bor. Ia menggunakan besi runcing yang dipegangnya untuk memadatkan muatan ledakan.
Nahas, besi runcing itu menghasilkan percikan api dan menyalakan bubuk lebih cepat dari yang seharusnya. Ledakan yang dihasilkan mendorong besi itu langsung menembus ke kepala Gage.
John Harlow, dokter yang merawat Gage di tempat kejadian, mencatat bahwa besi runcing tersebut ditemukan 10 meter jauhnya — di mana kemudian diambil oleh anak buahnya, dan dipenuhi lumuran darah dan serpihan otak.
ADVERTISEMENT
Dalam surat berjudul “Passage of an Iron Rod Through The Head” yang ditujukan kepada editor Boston Medical and Surgical Journal, Harlow menulis deskripsi rinci tentang kasus yang disebut tak ada tandingannya sampai sekarang.
“[Besi runcing] memasuki tengkorak, melewati lobus kiri anterior serebrum, dan keluar di garis medial, di persimpangan sutura koronal dan sagital, merobek sinus longitudinal, mematahkan tulang parietal dan frontal secara luas, memecah sebagian besar otak, dan menonjolkan bola mata kiri dari rongganya, hampir setengah diameternya.”

Perubahan perilaku yang signifikan

Beberapa hari kemudian, salah satu luka Gage yang terinfeksi membuatnya jatuh ke dalam keadaan setengah koma. Efek ini membuat keluarganya mempersiapkan kemungkinan terburuk dengan menyiapkan peti mati. Ajaibnya, Gage segera pulih dan menjalani kehidupan yang terlihat normal.
ADVERTISEMENT
Di sinilah orang-orang terdekatnya mulai memperhatikan perubahan dramatis dalam perilakunya. Gage yang dianggap sebagai mandor yang paling efisien dan cakap dalam pekerjaan tiba-tiba mengalami perubahan dalam pikiran yang begitu mencolok. Dia menjadi gelisah, tidak sopan, bahkan terkadang menuruti kata-kata kotor (yang sebelumnya bukan kebiasaannya).
Tengkorak Phineas Gage. Foto: Wikimedia Commons
Ia juga menunjukkan sedikit rasa hormat kepada rekan-rekannya, menjadi tak sabaran menahan nasihat yang bertentangan dengan keinginannya, menjadi keras kepala, namun berubah-ubah dan bimbang.
Semua perubahan ini digambarkan Harlow sebagai "manifestasi mental" dari cedera Gage. Apalagi, ia mulai berperilaku tidak pantas dalam situasi sosial. Beberapa laporan menyatakan bahwa ia menjadi suka kekerasan dan tak terkendali — bahkan mulai menganiaya anak-anak.
Tentang kehidupan Gage setelah tak diterima kembali bekerja di perusahaan sebelumnya hanya sedikit yang diketahui. Menurut kabar yang beredar, dia bekerja di kandang kuda di New Hampshire, dan kemudian menjadi sopir pelatih jarak jauh di rute Valparaiso-Santiago di Chili.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1859 Gage meninggalkan Chili menuju California, di mana dia bekerja untuk waktu yang singkat di sebuah peternakan kecil di Santa Clara. Sekitar waktu ini, Gage tampaknya mulai mengalami kejang-kejang yang semakin parah, dan mengakibatkan ia meninggal pada tahun 1860.
Kasus Gage ini kemudian memberikan pengaruh yang luar biasa pada pengetahuan neurologi awal. Perubahan spesifik yang diamati dalam perilakunya memunculkan informasi tentang fungsi otak dan area otak yang spesifik. Tengkoraknya kini sekarang disimpan di Museum Anatomi Warren di Universitas Harvard, bersama dengan besi runcing yang menembusnya.