Kisah Pohon Kurma yang Tumbuh dari Biji Berusia 2.000 Tahun

14 Juni 2020 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
IIlustrasi kebun kurma. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
IIlustrasi kebun kurma. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah fenomena langka ditemukan di Yerusalem. Enam pohon kurma di Gurun Yudea, dekat kota Yerusalem, berhasil tumbuh dari biji yang berusia lebih dari 2.000 tahun.
ADVERTISEMENT
Awalnya, peneliti dari Hadassah Medical Center, Sarah Sallon, menemukan benih tua tersebut di dekat Laut Mati. Ketika diteliti, ternyata benih-benih tersebut telah berusia sekitar 1.800 hingga 2.200 tahun.
Beberapa spesimen kuno itu memang ditemukan dalam kondisi yang buruk. Namun terdapat 34 buah benih yang masih cukup baik. Sebanyak 34 buah benih itu pun direndam dalam air, hormon, dan pupuk cair.
Usaha tersebut ternyata membuahkan hasil. Sebanyak enam dari 34 benih berhasil tumbuh menjadi kecambah dan akhirnya menjadi pohon kurma yang sehat.
Biji kurma berusia sekitar 2.000 tahun ditemukan peneliti di dekat Laut Mati di Israel. Foto: Guy Eisner, Science Advances
Biji-biji itu membutuhkan waktu sekitar beberapa bulan untuk tumbuh. Peneliti menyebut bahwa ukuran pohon kurmanya berukuran lebih besar 30 persen dari pohon kurma modern.
“Sangat luar biasa memahami bahwa peneliti berhasil menumbuhkan benih setia itu,” ujar Oscar Alejandro Pérez-Escobar dari Royal Botanic Gardens di Inggris, dikutip dari Mongabay.
ADVERTISEMENT
Petani kurma diharapkan dapat terbantu oleh penelitian ini. Pasalnya, pertanian kurma harus terus beradaptasi terhadap perubahan iklim dan hama.
“Benih-benih kurma ini bisa mewakili hilangnya keragaman genetik yang tidak dapat kita lihat lagi di era saat ini,” lanjut Pérez-Escobar.
Enam buah pohon kurma berhasil tumbuh dari biji kurma kuno berusia 2.000 tahun. Foto: Guy Eisner, Science Advances
Kurma hasil dari biji pohon berusia sekitar 2.000 tahun ini disebut memiliki rasa yang manis dan bisa dijadikan obat. Kurma dari Gurun Yudea memang terkenal pada masanya hingga bisa diekspor hingga seluruh daerah Kekaisaran Romawi kuno.
Pertanyaan yang masih coba dijawab para ilmuwan adalah tentang bagaimana biji-biji tersebut bisa tetap hidup selama ribuan tahun.
Penulis utama dari penelitian ini, Sarah Sallon, menduga daerah Laut Mati yang merupakan tempat terendah di Bumi menjadi penyebabnya. Lapisan atmosfer di tempat tersebut menjadi sangat tebal sehingga dianggap bisa melindungi biji dari radiasi kosmik.
ADVERTISEMENT
“Posisi rendah, panas, dan kering, semua itu mempengaruhi umur dari embrio,” ungkap Sallon, dalam artikel yang dipublikasikan di jurnal Science Advances. “Ukuran biji yang tidak biasa juga memainkan peran.”
“Semakin banyak materi genetik, semakin besar kemungkinan untuk tetap utuh,” tutup Sallon.
(EDR)
***
Saksikan video menarik di bawah ini: