Kodok Ini Bisa Menyamar Jadi Ular untuk Hindari Predator

22 Oktober 2019 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kodok raksasa Kongo. Foto: Václav Gvoždík via wikimedia commons.
zoom-in-whitePerbesar
Kodok raksasa Kongo. Foto: Václav Gvoždík via wikimedia commons.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, amfibi yang berpura-pura menjadi seekor ular mungkin terdengar seperti cerita fiksi belaka. Namun faktanya, di dunia ini benar-benar ada amfibi yang mampu melakukan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Amfibi itu adalah kodok raksasa Kongo. Mereka mampu mengubah dirinya menjadi terlihat lebih menakutkan, dalam hal ini ular, dengan tujuan agar tidak dimakan oleh predator.
Kemampuan unik kodok raksasa Kongo ini diungkap oleh Dr Eli Greenbaum dari University of Texas El Paso (UTEP) bersama rekan-rekan ilmuwannya dalam Journal of Natural History.
Di jurnal itu dijelaskan, kodok raksasa Kongo ini memiliki warna menyerupai ular beludak Gaboon, khususnya bintik-bintik gelap dan garis-garis pada punggung kodok yang sangat mirip dengan kepala ular tersebut.
Lebih lanjut, Dr Chifundera Kusamba, herpetologis dari Centre de Recherche en Sciences Naturelles berkata, kodok ini juga mampu membuat suara mendesis yang sering dibuat ular sebelum membuat serangan defensif. Satu abad yang lalu, ahli biologi AS, James Chapin, mengaku bahwa ia pernah melihat kodok membungkuk dengan menyembunyikan kakinya.
ADVERTISEMENT
“Studi kami didasarkan pada 10 tahun kerja lapangan dan pengamatan langsung oleh peneliti yang cukup beruntung untuk melihat perilaku kodok secara langsung. Kami yakin bahwa ini adalah contoh mimikri Batesian, di mana spesies yang tidak berbahaya menghindari predator dengan berpura-pura menjadi spesies yang berbahaya atau beracun,” ujar Greenbaum dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip IFL Science.
Greenbaum mengakui, mimikri atau evolusi ini membutuhkan bukti, yang berarti pemangsa terkecoh oleh hewan buruannya. Dan ini sulit terjadi, karena kodok jarang terlihat di habitat aslinya, seperti kodok raksasa Kongo yang hidup di hutan hujan di Afrika Tengah ini. Butuh banyak waktu atau hanya keberuntungan untuk bisa menyaksikan seekor amfibi berhasil menakuti ancaman.
Selain itu, tidak selamanya hewan berhasil membodohi pemangsanya. "Mengingat ukuran kodok yang relatif besar dibandingkan dengan spesies lain, itu akan membuat mangsa dari berbagai macam predator tertarik, termasuk primata dan mamalia lain, kadal, ular, dan burung," ujar Kusamba.
ADVERTISEMENT
Adapun ular beludak Gaboon memiliki taring 5 sentimeter, dan menjadikannya sebagai spesies ular dengan taring terpanjang di dunia, dan memiliki jumlah racun terbanyak. Meskipun racunnya tidak mematikan, gigitan ular beludak digambarkan sebagai yang paling menyakitkan di dunia.