Kondisi Misterius Bikin Mata Wanita Ini Bersinar Bak Galaksi

26 Mei 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bulu mata lentik. Foto: kei907/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bulu mata lentik. Foto: kei907/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang wanita mengalami kondisi misterius sehingga membuat matanya bersinar seperti galaksi, di mana ketika dilihat dengan oleh orang lain, matanya tampak seperti langit malam yang penuh bintang.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, orang dengan kondisi ini tidak benar-benar melihat benda langit melayang di matanya. Namun, ketika seseorang menatap mata si penderita, mereka akan melihat bintik-bintik kecil cahaya yang muncul di korneanya.
Kondisi ini berkaitan dengan faktor usia, dan disebut sebagai asteroid hyalosis (AH). Belum diketahui penyebab seseorang bisa mengalami AH, termasuk apakah kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan atau tidak.
Yang pasti, usia tampaknya menjadi faktor risiko utama, namun kondisi ini dan korelasinya dengan masalah kesehatan lain belum diteliti dengan baik. Dugaan dari berbagai penelitian menyebut bahwa AH berdampak pada 1 hingga 2 dari setiap 100 orang. Ini juga terjadi pada anjing.
AH jarang menyebabkan masalah penglihatan dan biasanya muncul secara bertahap. Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi mata AH. Satu-satunya yang berubah adalah penampilan mata orang tersebut, sementara kesehatan dan bagian tubuh lain normal seperti biasa.
ADVERTISEMENT
Kondisi AH pernah dialami oleh seorang wanita penderita diabetes berusia 54 tahun pada 2018. Saat dia melakukan pemeriksaan mata rutin, ditemukan AH di mata kirinya. Dia tidak menyadari ada cahaya seperti benda di matanya. Untuk lebih jelasnya, simak video di bawah ini:
Fragmen seperti bintang ini adalah penumpukan bahan seperti kalsium di dalam cairan vitreus atau seperti gel mata. Cairan ini membentuk sebagian besar struktur mata dan berada di antara retina di belakang, dan lensa di depan.
Seiring bertambahnya usia, cairan vitreus dapat menumpuk sisa-sisa infeksi, peradangan, dan pendarahan sehingga menyebabkan floaters, yang tampak seperti bintik-bintik gelap dan berlekuk pada penglihatan seseorang. Saat di dilihat orang lain, bahan ini tampak berkilau.
ADVERTISEMENT
Sementara di bawah pencahayaan, dia seperti asteroid berwarna putih krem. Namun dengan menggunakan oftalmoskop, alat yang memungkinkan dokter mengintip ke dalam mata, bahan akan berkilau seperti emas.
Berdasarkan sebuah studi, kondisi AH pada seseorang terjadi tanpa peradangan, dan beberapa ahli berpendapat hal ini terkait dengan masalah pembuluh darah atau masalah daur ulang sel.
“Ada perbedaan yang sedang berlangsung, apakah AH memiliki mekanisme degeneratif dan mikrovaskuler yang serupa dengan disfungsi metabolisme dan penyakit arteri koroner mengingat faktor risiko yang umum diidentifikasi yaitu, usia, hipertensi, diabetes, dan jenis kelamin pria,” tulis para peneliti dalam studi pada 2013 sebagaimana dikutip Science Alert.
Dalam beberapa tahun terakhir para ilmuwan telah mengamati mata banyak orang untuk mencoba menemukan penanda penuaan, penurunan mental sebelum penyakit Alzheimer, atau kematian dini. Mata kita adalah satu-satunya bagian luar dari sistem saraf sehingga dapat mengungkap apa yang terjadi di dalam.
ADVERTISEMENT
Pada 2022, misalnya, model pembelajaran mesin (machine learning) menemukan cara memprediksi umur hidup seseorang dengan relatif akurat hanya dengan melihat retina.
Bagaimanapun, peneliti masih harus melihat apakah AH dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan serupa atau tidak. Pemahaman kita saat ini mengenai AH sebagian besar didasarkan pada bukti tidak jelas sumbernya atau pengalaman klinis. Uji klinis besar dan acak diperlukan untuk memahami AH dengan lebih baik, terutama pada kasus yang jarang menyebabkan gejala.